10 - membiasakan diri
KRINGG!
Bunyi alarm pada jam 05:10 membangunkan sosok cantik yang tengah tertidur. Tangannya meraih jam tersebut, lalu mematikannya dan mengucek matanya.
"Pagi, sudah bangun?"
"Humm?" [Name] mengerjapkan matanya, sebelum akhirnya ia melihat pria tampan dengan piyama sedikit berantakan ada di depan matanya.
"He-HEH???"
Astaga, baru bangun langsung dibuat jantungan.
Halilintar terkekeh kecil, ia merubah posisi menjadi duduk di ranjang, lalu membawa sang istri mendekat kearahnya.
'MAAK AKU DIPELUK COWOK GANTENG MAK'
Saat ini [Name] tak tahu harus bereaksi seperti apa, rasa senang, jantungan, kaget bercampur menjadi satu.
Kalau tiap buka mata ia selalu mendapati pria tampan ini, bisa-bisa dia kembali masuk ke rumah sakit.
"Ha-hali!" [Name] menjauh dari sosok tampan itu, pipinya sudah memerah dan panas. Batinnya sudah berulang kali teriak histeris.
Sang suami, Halilintar, mengerutkan keningnya. Ia menatap sang istri bingung,
"Masih kaget?"
"Ma-masih lah!"
[Name] melihat Halilintar dari bawah ke atas, namun, pandangannya langsung teralihkan begitu tak sengaja melihat sebuah roti ekhemsobekekhem milik Halilintar karena piyamanya tak di kancing dengan benar.
Astaga, rasanya [Name] ingin pingsan saja.
'HUWSHWSSUFKFUDI AKU GAKKUAT'
Halilintar mendekat kearah [Name], dia mengarahkan pipinya ke depan, lalu menutup matanya.
"E-eh?! Apaa maksudnya?!"
"Kamu lupa? Tiap pagi kamu selalu kasih aku ini." Halilintar menunjuk bibir [Name], lalu berganti menunjuk pipinya.
"Ha ... Haha ... Ha ...." [Name] tertawa paksa dengan rona merah di wajahnya kala ia mengingat rutinitas tiap pagi yang ia lakukan dengan Halilintar dulu.
Biasanya, [Name] akan mengecup pipi Halilintar, lalu gantian Halilintar yang mengecup bibir ranum milik [Name].
Terkadang juga, tiap sabtu atau hari libur——mereka akan mandi bersama.
Mengingatnya saja sudah membuat [Name] ingin menghancurkan Bekasi--maksudnya, membuat [Name] gila, jantungan, kejang-kejang.
Pokoknya kalo kedepannya [Name] jantungan, teriak-teriak atau kejang-kejang, itu gejala awal penyakit pelet Halilintar.
"Hali, ish!"
[Name] menutup matanya, lalu mengecup pipi Halilintar singkat. Setelahnya, Halilintar menangkup wajah [Name] dengan kedua tangannya. Dia kecup singkat bibir [Name] lalu turun dari ranjang.
"Ayo ambil wudhu, sholat dulu."
((( bagi yang nonis maaf, ya huhu :'
[Name] mengangguk, ia mengikuti Halilintar untuk wudhu dan sholat bersamanya sebagai aktivitas pertama mereka di subuh hari.
Setelah selesai sholat, keduanya langsung bersiap-siap. Halilintar mandi, [Name] menyiapkan sarapan. Lalu, saat Halilintar selesai mandi, gantian [Name] yang mandi. Baru deh mereka sarapan bersama.
"Hali hari ini sibuk, gak?" tanyanya ketika memberikan jas kerja milik Halilintar kepada sang pemilik.
"Engga terlalu, kenapa?"
Mata [Name] berbinar terang,
"Akuu mau jalan-jalan sama Hali!"
Halilintar diam sebentar, hingga akhirnya ia mengangguk dan mengelus rambut halus sang istri.
"Oke, nanti sore, ya? Aku bakal suruh Fang atur jadwalku."
Setelahnya, Halilintar mengecup pipi [Name] lembut dan keluar rumah untuk berangkat kerja.
"Pagi ini, jam 10 aku mau ke rumah Blaze, boleh?"
"Ngapain?"
"Nyapa istrinya sama Blaze, dong! Istrinya Blaze kan lagi hamil, usia kandungannya udah 7 bulan. Sekalian aku bawain mangga dari pohon di belakang rumah kita, soalnya tadi Blaze nelpon kalo istrinya mau mangga kita."
"Oh, yasudah boleh. Tapi jangan lama-lama, nanti kamu makin ga bener gara-gara dia."
[Name] tertawa, ia mengangguk mengiyakan saja dan melihat keberangkatan suaminya ke kantor.
"Dadaaah Halii!"
Setelah mobil Halilintar benar-benar sudah tak ada di pandangannya, [Name] kembali masuk ke dalam rumah yang berukuran cukup besar itu.
Ia membersihkan rumah sebentar, lalu bersiap-siap tuk pergi ke rumah Blaze ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 09:27.
Sebenarnya, selain ingin bertemu dengan calon ponakan, [Name] ingin bermain monopoli dan UNO dengan Blaze.
Makanya, ia nampak bersemangat.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pukul 18:00.
Halilintar mengunci mobilnya, ia masuk ke dalam rumah dengan salam.
"[Name]?" matanya mencari sang istri ke sekitar ruangan, namun, yang ia temukan hanya dua piring berisi daging steak diatas meja makan.
"Oh, Halii, udah pulang ya. Aku gak denger tadi, maaf."
Terlihat [Name] yang sudah siap jalan dari penampilannya. Nampaknya wanita kesayangan Halilintar ini sudah tidak sabar untuk jalan keluar.
"Kita jalan habis adzan aja, Hali. Sekarang makan dulu. Aku, loh, yang buat! Tanpa bantuan siapapun."
Halilintar menatap steak yang nampak lezat itu, ia menaruh tas dan jasnya ke sofa lalu duduk di kursi meja makan.
"Hali harus nilai dari 1-10!"
"Kalo nilainya di bawah 5, kamu harus peluk aku." ujar Halilintar tanpa sadar.
"Kalo di atas 5?"
"Aku yang peluk kamu."
Ya, pada akhirnya Halilintar tetap dapat sebuah pelukan, sih. Mau di bawah lima atau di atas lima tetap sama.
"Gak adil kayak gitu!"
"Adil."
"Gaaak. Aku gamau meluk atau dipeluk Hali sebelum Hali mandi, bau soalnya."
Halilintar mendengus, ia mencoba mencium bau badannya namun wangi tuh, ga ada bau-baunya. Emang hidungnya [Name] aja nih rada-rada.
"Yasudah, aku mau mandi dulu baru makan."
"Kenapa gitu?"
"Biar dipeluk."
"Kalo habis mandi kamu ga pake parfum, aku tetep gamau peluk." canda [Name].
Oh ayolah, Halilintar saat ini hanya ingin dimanja saja karena sedang merasa kesal dengan salah satu karyawan di kantornya. Namun, kenapa ada saja sih sesuatu yang menghalang dirinya untuk segera di manja.
"Nyebelin."
"Wlee" [Name] menjulurkan lidahnya, membuat Halilintar mendengus dan ingin memakan gadisnya.
Tiba-tiba, ide random datang di kepala Halilintar,
"Aku gak mau nilai masakanmu kalo kamu gakmau mandi bareng."
"Heee??!"
____________________________
Haloo haloo! Balik lagi sama aku, bosen gak sih tiap sabtu minggu ketemunya aku terus? /heh
Anw, aku sudah bikin keputusan. Setelah book ini tamat, aku langsung update dua book sekaligus, yang Gempa sama Ice.
Ice bakal update tiap jumat-sabtu, Gempa bakal update tiap sabtu-minggu. ✋
Okeey itu aja, see u minggu depan!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top