08 - kembali


"Hali, aku mau di operasi."

"... Kamu serius, kan?"

___________________

Pukul 20:00.

Pria dengan netra ruby itu memainkan jarinya gelisah, tiada henti dirinya mondar-mandir di depan ruang operasi. Membuat kedua adiknya yang menemani dia; Blaze dan Ice merasa kebingungan.

Sesekali dirinya juga mencoba mengintip-walau hasilnya nihil, ia tak melihat sosok sang istri karena tertutup oleh tubuh orang lain yang ada disana.

"Kak, duduk aja dulu." Ice menepuk-nepuk tempat duduk disebelahnya yang tak terisi orang, ia tawarkan tempat itu kepada Kakaknya.

Namun, tawaran itu Halilintar tolak dengan sebuah gelengan.

"Aku mau berdiri aja."

"Enggak pegel berdiri terus? Selesai operasinya masih lama, loh."

Gak ada Taufan, gak ada Hali--maksudnya, gak ada angin, gak ada petir, tiba-tiba pemuda dengan gelar Dokter itu masuk ke dalam obrolan mereka.

"Kak Gem? Bukannya udah pulang?"

Pemuda itu-Gempa-terkekeh, ia memberikan kopi dingin dari cafe yang ia kunjungi tadi kepada tiga saudaranya itu.

"Kebetulan aku beli 4 karena ada diskon, ambil satu-satu sambil nunggu [Name]."

"Yes! Minuman gratis, makasih Bang!" Blaze langsung mengambil salah satu kopi dingin itu dari Gempa, yang langsung di respon dengan gelengan kepala.

"Harusnya kamu udah pulang kan, Gem?"

"Iya. Niatnya habis dari cafe mau langsung pulang, tapi Gempa baru inget ada barang Gempa yang ketinggalan, Kak. Jadi Gempa balik kesini." Jelasnya.

"Nih, Kak."

Gempa menyodorkan satu kopi dingin terakhir yang menjadi sisa karena tiga lainnya sudah diambil oleh dirinya juga saudaranya.

"Makasih."

Sang pemberi hanya mengangguk, ia berjalan mendekati kedua adiknya yang tengah asik bermain 'jebot'.

Main jebot gak bakal seru kalo dua orang aja, kan? Jadi---Gempa join lah!

(( kalian tau jebot kan ya? Itu mainan Indonesia jaman dulu gitu--seru, lucky-luckyan aja sih mainnya.

Halilintar sendiri? Dirinya masih setia berdiri di depan pintu, menunggu sang istri keluar lewat pintu ini.

.
.
.
.
.


Pintu ruangan itu terbuka setelah 2 jam-an mereka bertiga menunggu, terlihat sosok yang ditunggu-tunggu Halilintar sedari tadi kini berada di atas ranjang dengan wajah yang dipenuhi perban semua.

Udah kayak Mumi--tapi kepalanya doang.

"[Name]/Kak [Name]!"

Halilintar langsung mendatangi sang istri yang kini sedang dalam perjalanan ke ruang inap rumah sakit. Matanya meneliti wajah sang istri yang nampaknya masih memejamkan matanya.

Sesampainya di ruang inap, Halilintar berbicara sebentar dengan sang dokter, lalu ia segera menuju kearah ranjang [Name] yang masih memejamkan mata.

"Bang, aku pulang duluan ya! Ini sayangnya Blaze udah nelpon." Ujarnya sambil menatap Ice dan Gempa dengan tatapan mengejek.

Seolah-olah Blaze berkata-

"Jiakhh, ada yang masih jomblo."

Kan Gempa sama Ice jadinya kesel :( tapi ditahan-tahan karena ini rumah sakit.

Gapapa, besok Gempa sama Ice bakal kunjungan mendadak ke rumah Blaze, kok.

"Iya, hati-hati. Ice sama Gempa juga pulang aja, aku bakal di rumah sakit sampe besok."

"Beneran gapapa, Kak?"

Halilintar mengangguk.

"Yasudah, kalo gitu kita pulang duluan juga."

Setelah ketiganya pamit, Halilintar langsung menutup pintu ruang inap sang istri. Ia duduk di pinggiran ranjang, lalu menepuk-nepuk pelan pipi istrinya.

"Bangun, sweetheart. Semuanya sudah selesai."

Tangannya masih setia menepuk-nepuk pipi [Name]. Sebelum matanya menuju kearah bibir mungil milik istrinya.

Namun, ia melihat pergerakan kecil di tangan [Name] saat dirinya baru selesai berbicara dengan dokter. Menandakan jikalau [Name] sudah bangun dari tadi.

"Kamu kalo gak bangun juga, aku pake cara lain, loh. Aku tau kamu udah bangun dari tadi."

Perkataan Halilintar sukses membuat [Name] bangun dan membalas ucapannya.

"Ish! Hali gak seru, ah."

Halilintar terkekeh, ia membantu istrinya duduk dan merapikan rambutnya yang berantakan.

"Hali, aku dimana? Kok gelap semua!"

Ah, Halilintar lupa muka istrinya ini penuh dengan perban-kecuali di mulut dan hidung.

"Tenang. Mukamu di lilit perban, kayak mumi. Kata dokter boleh dibuka setelah 12-15 jam, sekarang udah jam sembilan lewat lima belas menit. Mending kamu tidur lagi."

"Tapi aku pengen cepet-cepet liat muka Hali!"

"Besok kamu bisa liat."

"Maunya sekarang,"

"Jangan, inget kata Taufan sebelum kita ijab qobul, 'Nanti jantungan'."

[Name] menghela napas, ia kembali menyenderkan tubuhnya ke tepi ranjang dengan bibir dimanyunkan.

"Bibirnya,"

"Biarin!"

Halilintar tak menjawab lagi, tangannya fokus dengan buah Apel yang sedang dia kupas dan potong sekarang.

[Name] itu tipe orang yang kalo makan buah di kupas. Halilintar tau banget memang.

"Kamu makan Apel dulu, habis itu tidur."

"Hali tidur dimana?"

"Di sofa."

"Yahhh, Hali gak mau tidur disini juga?"

"Gak muat kasurnya, [Naaamee]."

"Yasudah Hali di sofa. Tapi Hali gak boleh tidur sampe aku tidur, ya?"

"Kenapa gitu?"

"Ya masa aku ditinggal tidur duluan sama kamu, Lin?"

Gak salah, sih.

Akhirnya, Halilintar hanya mendengus lalu mengelus pelan rambut harum istrinya.

"Besok, semuanya bakal kembali kayak sebelumnya, [Name]. Makanya cepet tidur, biar cepet-cepet ganti hari."

Kecupan singkat Halilintar berikan di bibir mungil istrinya. Setelah, dia menggenggam tangan sang istri sampai istrinya itu benar-benar terlelap.

.
.
.
.

Sreet, sreet.

Perban di buka oleh perawat dari kepala [Name] setelah 12 jam lamanya, pada pagi hari ini, pukul 09:00 akhirnya, setelah sekian lamanya, [Name] bisa kembali seperti dulu.

Wanita itu mengerjapkan matanya, ia melihat ke sekeliling dengan pandangan tak percaya.

Baginya, ini semua terasa seperti mimpi. Ia bisa melihat dunia sekali lagi-rasanya seperti mimpi.

"Gimana, [Name]?"

Suaranya, suara yang sangat [Name] kenal-

"Hali....?"

Matanya ia kedipkan beberapa kali, sebelum akhirnya ia merona dan menatap dengan teliti sekali lagi.

"Hali, ini kamu!?!?"




























































_________________

Halooo!

Akhirnya mbak nem bisa liat muka Hali setelah sekian lama wkwkwk 👀

Aku gak tau mau ngomong apa lagi, tapi inshaAllah nanti malem/besok pagi aku update lagi.

See u nanti!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top