03 - masa lalu


"Awal mula lo ketemu sama bini lo, gimana dah?"

Halilintar menghentikan kegiatannya, Ia menatap kearah sahabatnya yang sebentar lagi akan menikah.

"Gue udah bilang kan? Bantuin dia nyebrang jalan."

"Lebih detail gitu maksud gue!"

Bola matanya Ia putar dengan malas, dirinya kembali menatap laptop dan melanjutkan kegiatannya yang terhenti, hingga akhirnya Halilintar kembali membuka suara,

"Lo segitu kepo nya sama hidup orang, Fang."

Aishh, Fang pikir dirinya akan mendapat jawaban yang memuaskan, namun nyatanya malah dibuat kesal oleh sahabatnya.

"Lin!"

"Iya dah iya! Bentar," pemuda dengan surai ungu itu tersenyum puas kala mendengar jawaban sang sahabat, Ia berhenti mengerjakan kerjaannya dan duduk rapi seolah sudah siap mendengar dongeng—masa lalu yang akan Halilintar ceritakan.

"Gue ketemu dia itu waktu kelas 12 SMA, deket-deket kelulusan. Lo inget gak, gosip dulu yang heboh banget di sekolah kita? Tentang anak tunanetra?"

Fang mengerutkan alisnya, sebelum akhirnya mulutnya membentuk huruf O dan dia menganggukkan kepalanya.

"Iya, gue inget. Tapi lo ga tertarik sama sekali kan sama tuh gosip?"

Halilintar mengangguk, "Ternyata itu [Name]."

"... Boong ya lo?"

Faktanya, Fang satu sekolah dengan tujuh bersaudara ini dari SD, dirinya juga hingga kini masih hafal murid-murid seangkatannya dari SD sampai SMA, tapi Fang tak pernah mendengar nama [Fullname] disaat jaman sekolahnya.

"Lo gatau karena dia dekel dulu,"

"Hah, [Name] lebih muda dari pada lo, Lin?!"

"Lo baru tau?"

"Gue kira kalian seumuran..."

"Enggak. Mau gue lanjutin ga?"

"Mau lah,"

"Makanya jangan ngomong terus lo. Ngomongnya nanti aja pas gue selesai cerita."

Fang cengar-cengir tak jelas, Ia menggaruk pipinya yang tak gatal lalu kembali duduk rapi, mendengarkan ucapan Halilintar.

"Gue cuma tau namanya sama orangnya doang waktu jaman SMA, mulai ngobrol dan kenalnya sih pas bantuin dia nyebrang," Halilintar menjeda ucapannya, Ia meminum infused water yang memang selalu dirinya bawa tiap hari dari rumah.

"Lo inget mantan gue dulu, gak?" lanjutnya, setelah minum untuk menyegarkan tenggorokan nya.

"Inget, mantan lo yang sekarang jadi adek ipar lo kan? Alias Istrinya Thorn, pfft—"

Fang sendiri terkejut ketika mendengar mantan Halilintar menikah dengan adik kelimanya; Thorn. Juga, Fang termasuk orang yang mendukung hubungan Halilintar dengan si mantan sampai pelaminan, eh malah ke pelaminan sama yang lain. :)

Pacarannya sama siapa, nikahnya sama siapa. Memang, ya, jodoh gak ada yang tau.

"Berisik. Tapi iya, emang dia yang gue maksud. Waktu itu gue galau berat habis putus sama dia, padahal gue yang mutusin. Kebetulan, pas itu gue mau makan di resto sebrang jalan... Terus, gue ketemu [Name]."

Pemilik netra ruby itu menatap keatas, pikirannya kembali mengingat masa-masa Ia dan sang Istri bertemu.

Flashback. [On]

Pemuda itu menggenggam erat ponsel yang saat ini sedang ia gunakan untuk menelpon sang kasih, tangan kanannya tak berhenti gemetar, dirinya juga terlarut dalam lamunannya hingga suara dari sebrang sana menyadarkan pemuda itu.

"Haloo, Halilintar? Kenapaa?"

Halilintar, nama pemuda itu—dirinya menghela napas panjang, sebelum ia menjawab suara dari sebrang sana.

"Let's break up."

"...."

"Halo...?"

"Lintar, serius?"

"Gue serius. Gue ngerasa kita gak cocok, akhir-akhir ini juga kita jarang ketemuan dan ada kesibukan masing-masing. Hubungan kita jadi canggung, kalo diterusin dan di paksain pasti ga akan berhasil juga. Maaf,"

Jarang-jarang Halilintar berbicara panjang lebar seperti ini—dirinya hanya ingin putus dengan damai, tanpa ada acara berantem atau bagaimana yang membuat hubungan mereka setelah putus malah jadi kayak musuh.

"... Okey, aku paham, Lintar."

"Maaf, tapi kita tetap masih bisa jadi temen,"

Halilintar bisa mendengar suara tawa kecil di seberang sana, membuatnya sedikit bingung dengan respon si pacar—mantan.

"Hahahaha, apaansih! Ya iyalah, ya kali habis putus kita jadi musuhan? Thanks buat 2 tahunnya, Lintar. Barang-barang dari kamu perlu ku balikin?"

"Gausah, simpen aja. Barang-barang dari lo juga perlu gue balikin?"

"Gak, simpen aja! Anggap kenang-kenangan dari mantan. Jangan lupa cap aku sebagai mantan terindah ya, Lintar. Hahaha!"

Halilintar tersenyum tipis. Syukurlah Ia bisa putus dengan damai,

"Ngarep lo. Gak bakal."

"DIIIH!"

Sebenarnya dari awal Halilintar juga sadar, kalau mereka berdua hanya cocok sebagai teman curhat atau bestie, tak lebih.

"Gue izin tutup telpon. Makasih juga 2 tahunnya, gebetannya Thorn."

"Loh, kamu tau dariman—"

Tit.

Sebelum perempuan itu kembali berbicara, Halilintar lebih dulu mematikan telponnya.

Ia menghela napas panjang, lalu berjalan keluar rumah untuk memenuhi keinginan perutnya yang kosong.

"Welcome back, status jomblo."

Halilintar ingin ke resto seberang jalan dekat dengan kampusnya. Kadang, saat dia malas masak atau tak ada makanan di rumahnya pasti dia akan ke resto itu. Harganya terjangkau aman untuk dompet anak kuliahan.

Awalnya ingin langsung menyebrang, tapi tak jadi karena Ia mendengar seorang gadis yang berbicara disampingnya.

"Aku gaaa suka banget kalo nyebrang. Plis, semoga ada yang bantuin nyebrang." hanya gumaman, namun terdengar di telinga Halilintar.

"Butuh bantuan?"

Gadis itu tersentak kaget, Ia menoleh kearah asal suara dan dengan cepat dirinya mengangguk.

"Tolong bantu saya sebrangin jalan."

Halilintar menatap sang gadis dari bawah ke atas, sampai akhirnya Ia menyadari jikalau gadis yang ada di sampingnya ini tunanetra.

"Aku izin pegang tanganmu."

Dengan cepat, Ia menggenggam erat tangan si gadis lalu menariknya bersama dirinya kearah jalanan yang sudah lumayan sepi mobil lewat.

Setelah selesai menyebrang, Halilintar melepaskan genggaman tangan mereka berdua, matanya melirik kearah netra [e/c] sang gadis.

'Cantik.'

"Makasih udah bantuin nyebrang, emm..."

"Halilintar."

"Oh! Makasih udah bantuin aku nyebrang, Halilintar."

"Bukan masalah, hati-hati di jalan, jangan sampai menubruk orang."

Gadis itu tersenyum manis, Ia mengulurkan tangannya kepada Halilintar bermaksud untuk berjabat tangan.

"Aku [Fullname], MaBa di Universitas Rintis."

Pemilik netra ruby itu menerima jabatan tangan [Name],

"Boboiboy Halilintar Bin Amato, Mahasiswa di Universitas Rintis juga."

"Eh beneran!? Ga nyangka, ternyata gak cuma se-SMA, tapi se-kampus juga sama Kak Hali."

Halilintar mengerutkan keningnya tak mengerti, kenapa tiba-tiba gadis di depannya bersikap seolah mereka dekat?

"Maaf, aku agak sksd, hahaha. Aku [Name] adek kelas Kakak dulu, yang selalu di gosipin satu sekolah. Tapi kita gak pernah ngobrol ataupun kenalan, Kak. Cuma sekedar tau nama."

Oke, sekarang Halilintar ingat.

"Oh. Ternyata itu kamu?"

Flashback off.

"Woy, Lin! Lo napa malah ngelamun dah?"

Halilintar kembali sadar ketika Fang melempar koran ke wajah tampan miliknya, dia memandang Fang kesal lalu melempar balik Koran itu tepat di muka Fang.

"Ganggu lo." ujar Halilintar lalu kembali mengerjakan dokumen-dokumen miliknya yang belum selesai.

"Gak mau lanjutin cerita masa lalu lo?!"

"Kapan-kapan."

Fang menatap malas Halilintar, ingin rasanya ia melempar koran lagi ke muka sahabatnya itu, namun niatnya Ia urungkan karena kedatangan wanita cantik secara tiba-tiba.

"Fang, keluar."

"Lah, gue mau kerja."

"Di ruangan Taufan, orangnya keluar bareng Solar."

"Ck, iya dah, mentang-mentang bini nya dateng."

Fang langsung mengambil barang yang Ia perlukan, lalu pindah ruangan ke ruangan Taufan sesuai perintah Halilintar.

Setelah Fang keluar, Halilintar langsung menatap Istrinya dengan lembut.

"Ada apa?"

"Oh, itu Hali—"

"—Kalo kamu ngomong sama aku dari kejauhan 5 meter pake suara kecil, aku gak bakal dengar, [Name]."

"...."

"Sini, mendekat."

[Name] tak melawan, Ia mendekat kearah Halilintar seperti yang Halilintar mau, lalu menyerahkan sebuah surat berwarna coklat itu kepada suaminya.

"Gempa nitipin ini ke aku, aku gatau ini apa, pokoknya Gempa bilang kasih ke kamu."

"Makasih,"

Niat awal [Name] ingin langsung pergi, namun tak jadi ketika hidungnya mencium wangi parfum yang familiar di dekat suaminya.

"Halii, ini bukannya wangi parfumku?!"

"... Maaf, aku lupa bilang aku bawa parfummu ke kantor."

"Buat?"

"Gak buat apa-apa,"

[Name] mendengus, sebelum akhirnya seringai muncul di wajahnya dengan tatapan menggoda.

"Oh, biar kalo kangen tinggal nyemprotin parfumku, ya~?"

"Ha-halu nya ketinggian!"

_______________________________

Halooo aku balik lagi, hahay.

sebelumnya, aku lupa bilang.
buku bbb buatanku ini alurnya bakal nyambung terus, kayak buku suami atau anak sama buku beautiful eyes ini.

Makanya mantannya Hali ini sama, awalnya pengen kutulis [Name-nya Thorn] cuman aneh banget! Makanya aku gak tulis nama dan cuma kutulis gebetannya Thorn. :')

InshaAllah besok atau malam ini aku bakal update lagi, see u ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top