Beautiful Disaster 11
Haaii ... Bastian is coming 🥰
Sambil dengerin lagu di atas, aku rasa cocok banget sama kisah ini💖 selamat membaca 🙏
🍁🍁🍁
"Kamu aneh tahu nggak!"
"Apa mengungkapkan perasaan itu aneh menurutmu?"
"Bastian, aku perempuan, Sheila perempuan. Aku tahu dia sangat mencintaimu, dan aku juga tahu dia akan melakukan apa pun jika tahu kamu sampai lepas darinya. Tidak bisakah kamu berhenti mendekatiku?"
Mendengar ucapan Kinara ia tersenyum. Diam-diam dirinya merasa perempuan yang tengah marah itu semakin menarik.
"Kan! Kamu nyebelin, kan! Kamu dengar nggak sih aku bicara apa?"
"Dengar."
"Ya udah! Jangan ganggu aku!" Kinara berjalan melewati Bastian.
"Nara, dengar! Aku dan Sheila hanya terikat hubungan kontrak. Kedekatan kami hanya sebatas status," tuturnya mencekal lengan Kinara, membuat keduanya begitu dekat.
"I love you, Kinara!" bisiknya dengan sorot mata mengharap.
Keduanya saling tatap, dunia seolah berhenti tepat di kedalaman mata mereka. Degup jantung Kinara yang tak biasa bertalu seiring dengan munculnya perasaan seolah kupu-kupu yang menggelitik perutnya.
Perlahan cekalan tangan Bastian melonggar, berganti dengan jemari yang lembut menyingkirkan poni yang mengganggu mata perempuan itu. Sementara Kinara seperti terpaku di tempat ia berdiri. Hati dan pikirannya tidak bisa berjalan seiring. Otaknya memerintah pergi, tetapi hatinya memaksa tinggal.
Keduanya masih di posisi semula saat Rani berdehem dan membuyarkan semuanya. Dengan wajah memerah, dan tak ingin ibunya curiga, Nara meninggalkan Bastian yang masih mematung dan tempatnya.
"Nara! Kamu gimana sih, pembukaan sebentar lagi malah pacaran di situ!" Rani mengekori Kinara.
"Ayo kita sambut tamu!" ajak Nara merapikan kacamatanya. "Ibu mana?"
Rani memberi isyarat dengan matanya ke sudut ruangan. Tampak Bu Hanifa tengah duduk berhadapan dengan beberapa orang seusianya. Sudut bibir Nara terangkat, ia melihat kebahagiaan terpancar di wajah perempuan yang telah melahirkannya itu.
Para undangan mulai berdatangan, tak terkecuali Farhry dan teman-teman kantornya yang lain. Kinara menyambut mereka semua dengan gembira. Keempat rekan Bastian juga hadir di pembukaan toko kue itu.
Sepanjang acara, mata Bastian tidak pernah lepas dari Kinara. Aroma segar yang menguar dari tubuh perempuan itu seakan tak mau pergi dari indra penciumannya.
"Jadi kamu sudah di tahap ini?" Leo menyenggol lengan rekannya yang memang sejak tadi seolah menjadikan Kinara pusat perhatiannya.
"Hmm."
"Aku merasa kamu bakal kalah, Bastian!" tuturnya lagi.
"Maksud kamu?" tanya Bastian tanpa menatap Leo. Ia masih terus memindai semua gerak-gerik Kinara. Perempuan itu tampak luwes menghadapi para undangan. Sesekali Kinara merasa diperhatikan, perempuan itu tahu jika ia sejak awal tadi tak lepas dari mata Bastian.
Ketiga rekan pria itu seling melempar pandangan. Mereka mulai merasa jika Bastian sudah semakin melibatkan perasaannya pada Kinara. Hal itu membuat Andre si pencetus ide tak sanggup menahan tawa membuat mereka semua yang duduk satu meja melotot padanya.
"Bastian! Aku mencium aroma perasaan yang berbeda!" ujar Andre seraya meneguk secangkir cappucino.
"Sama, akupun merasakan hal itu," timpal Mario terkekeh.
"Kalian kenapa satu suara?" tanyanya heran menatap satu persatu rekannya.
"Jadi benar hanya karena Giethoorn? Bukan yang lain?" selidik Andre.
Merasa disidang oleh rekan-rekannya, Bastian menyadarkan tubuhnya ke punggung kursi. Sementara alunan musik terdengar lembut menyapa seiring dengan suara sapa dan tawa dari para undangan.
"Sudahlah, aku tahu bagaimana cara memandang orang yang tengah jatuh cinta dengan yang tidak," bisik Leo menepuk bahu Bastian. "Mengaku sajalah, Bro!"
Dengan mata malas ia menatap satu persatu temannya. Lalu berkata, "Aku ... aku rasa kalian nggak sepenuhnya benar, tapi juga nggak salah!"
"Lalu? Apa ini pertanda kamu akan mentraktir kita bertiga ke Giethoorn?" potong Mario tertawa.
Mendengar ucapan dan tawa Mario sontak Bastian menegakkan tubuhnya menatap pria berkulit cokelat itu dengan kesal.
"Sori, Bro. Sori ... habisnya seperti senjata makan tuan gitu!" ungkapnya masih tertawa, tetapi lirih.
"Jangan lupa, kamu punya Sheila!" Leo menatap ke pintu masuk.
Seorang perempuan dengan t-shirt kuning dan rok mini berwarna putih datang dengan tiga orang temannya. Tampak Rani pasang badan sebelum Sheila masuk.
"Mau apa kamu!"
"Aku hanya ingin tahu dan ingin ikut merayakan opening toko ini, nggak boleh?" sahutnya sinis kemudian melangkah masuk. Sementara Kinara menatap tajam Bastian dengan wajah meradang.
"Aku yakin dia akan membuat keributan, Bastian! Karena ...."
"Sudah kuduga, kamu di sini, Sayang! Jadi ini usaha kekasih barumu?" Sheila telah berada di tengah-tengah mereka.
Bastian mengeratkan rahangnya mendengar ucapan Sheila. Perempuan berlipstik merah itu duduk tepat disampingnya.
"Jangan dipikir aku nggak tahu, Bastian. Kamu mencoba menjauhi aku karena dia? Kamu belum tahu siapa dia, kan?"
"Sheila, tolong jangan bikin malu di tempat ini!" bentaknya geram.
Seolah ingin membuat pria itu semakin kesal, Sheila tersenyum miring.
"Kenapa? Kamu takut Kinaramu itu marah?" sindirnya.
Bastian terlihat menahan geram, berkali-kali ia berusaha mengajak Sheila keluar, tetapi perempuan itu justru mulai membuat kericuhan yang menyebabkan perhatian undangan mengarah padanya.
"Kenapa, kamu mau apa? Kamu mau aku umumkan bahwa ...."
"Tutup mulutmu, Sheila! Aku nggak perlu bantuanmu untuk mengumumkan! Biar aku saja!"
Sheila tersenyum miring, dengan memutar bola matanya ia menatap Kinara yang berjalan mendekat.
"Maaf, Sheila. Aku tidak merasa mengundangmu di acaraku! Tapi tak apa jika kamu berlaku sopan di sini, jika tidak bisa, kuminta kamu keluar sekarang!"
Sheila membulatkan matanya, lalu tertawa. Tak ingin ada keributan, Bastian meraih tangan Kinara lalu membawanya ke tengah-tengah ruangan. Pria itu menautkan jemarinya ke jemari Nara seraya berkata, "Mohon perhatian sebentar, para undangan."
Suara bariton Bastian memenuhi ruangan, sontak seluruh yang hadir menoleh ke arahnya. Sementara Kinara masih tak mengerti, ia berulang kali mencoba melepaskan diri, tetapi tangan Bastian semakin menggenggam erat.
"Terima kasih atas perhatiannya. Maafkan saya jika sedikit ingin memberikan kejutan untuk para undangan yang hadir di sini."
"Kamu mau ngapain, Bastian!" bisik Kinara kembali mencoba menarik tangannya.
Seolah tak menyadari kekesalan perempuan berkacamata di sebelahnya, ia kembali melanjutkan berkata, "Dalam kesempatan baik ini, izinkan saya Bastian dengan ketulusan hati dan rasa cinta yang mendalam, mengumumkan bahwa hari ini saya melamar Kinara untuk menjadi pasangan hidup saya selamanya."
Mata Kinara membeliak seiring dengan gemuruh tepuk tangan seluruh undangan di ruangan itu. Tanpa memberi kesempatan Kirana berkata, segera ia mengambil cincin dari kantong celananya, lalu menyematkan di jari manis Kinara.
"I love you, Nara!"
Seolah terhipnotis, perempuan itu tak sanggup berkata apa-apa. Ia hanya bisa mengatupkan bibirnya dengan pandangan mata berkaca-kaca. Masih riuh tepuk tangan undangan ketika Sheila ditarik keluar oleh kawan-kawan Bastian.
Perempuan yang mengenakan high heels itu tak kuasa menahan amarah, sehingga hampir saja ia maju dan merusak semuanya.
Kebahagiaan menghiasi wajah para tamu, demikian pula wajah Bu Hanifa juga Rani. Keduanya bahkan terlihat saling berpelukan melepas haru dengan kejutan ini.
"Baik, saya rasa bisa kembali dilanjutkan mencicipi hidangan. Terima kasih untuk perhatiannya."
Kinara masih mematung tak percaya. Dengan mata menyelidik ia menatap pria yang juga tengah menatapnya.
"Kamu!"
"Masih nggak percaya kalau aku serius?"
"Nggak!"
"Sini ikut aku!"
Lagi-lagi ia tak memberi ruang penolakan untuk Kinara. Dengan tangan masih dalam genggaman Bastian, ia dibawa ke sudut ruangan.
"Ngapain?"
Bastian tersenyum. Lalu ia memberi isyarat agar Kinara melihat ke arah lain. Tanpa curiga perempuan itu mengikuti perintah Bastian.
Sadar tidak ada obyek yang perlu diperhatikan, Nara kembali menoleh ke pria jangkung di sebelahnya, tetapi tanpa disangka sebuah kecupan mendarat manis di pipi perempuan itu.
Kembali mata indahnya membeliak dengan tangan mengusap pipi.
"Kamu!"
"Masih belum percaya? Mau aku kasi kenang-kenangan di leher?"
"Bastian!"
Kinara berlari menjauh dengan wajah memerah, sedangkan Bastian justru terkekeh geli.
🍁🍁
Wkwkw, Bastian nackalll 😄😅
Well, timiichii udah setia nungguin kisah ini. Salam chayang 🥰
Jan lupa, colek jika typo 😁🤭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top