Beautiful Destiny - chapter 2

Siapa yang tidak suka hari Jumat? Jenna mungkin tidak hanya menyukainya tapi mencintainya. Hari jumat berarti weekend dimulai dan dia bisa menenangkan dirinya dari pekerjaan yang padat. Jumat berarti, besok dia bisa bangun lebih siang dan nanti malam dia bisa membaca novel-novel yang sudah dibelinya secara online.

Dan sabtu besok, Luna akan mengajaknya jalan keluar. Nonton, makan, karaoke, dan lain sebagainya. Sebenarnya Luna sudah mempunyai pacar, dan biasanya setiap weekend dihabiskan dengan pacarnya. Namun karena weekend ini pacarnya sedang ada meeting di luar kota, jadilah Luna mengajak Jenna berjalan-jalan.

Jenna tidak terlalu suka kegiatan-kegiatan seperti itu, namun belakangan ini dia memang jarang keluar, lagipula dia butuh udara segar yang bisa membuat otak dan pikirannya fresh lagi.

***

Luna berjoget menggoyang-goyangkan pinggulnya mengikuti irama sebuah lagu dangdut. Sementara Jenna tertawa terpingkal-pingkal melihat kelakuan sahabatnya. Sabtu yang mendung ini akhirnya mereka habiskan di sebuah tempat karaoke keluarga yang cukup ramai. Mereka sudah menghabiskan dua jam disini, dan belum tampak akan pulang. Satu pitcher minuman iced lemon tea dan kentang goreng sudah hampir habis di meja.

Setelah hampir 3 jam akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Tadinya mereka ada rencana menonton, namun begitu di lihat film apa saja yang sedang tayang, Jenna hanya bisa menaikkan alis sambil menggelengkan kepalanya. Selalu dan selalu film horor yang menampilkan artis dengan pakaian super seksi.

Malam ini Jenna akan menginap di apartemen Luna. Sudah lama Luna meminta Jenna untuk tinggal satu apartemen dengannya. Apartemen ini di belikan ayah Luna untuk Luna, sehingga jika Jenna setuju untuk tinggal bersama dengannya, dia tidak perlu mengeluarkan biaya apapun.

Namun Jenna merasa tidak nyaman meskipun Luna sahabatnya sendiri, bagaimanapun mereka masing-masing memiliki privasi dan Jenna yang selalu nyaman dengan kesendiriannya pun akhirnya menolak secara halus.

Jenna sedang menonton dvd korea saat Luna baru saja keluar dari kamar mandi. Jenna tersentak ketika ponselnya berbunyi. Ternyata mama yang meneleponnya.

"Ya ma.."

"Jenna kamu sehat?"

"Sehat ma..mama sehat?"

"Iya mama sehat. Nak, mama mau minta tolong sama kamu.."

Jenna mengernyitkan keningnya sejenak

"Mam, jika itu tentang ayah maka.."

Omongannya terputus oleh selaan mama

"Dengar dulu Jen..ini bukan tentang ayahmu.."

Jenna menghembuskan nafas lega.

"Jadi tentang apa ma?"

Hening sejenak. Luna duduk di sofa samping Jenna. Seakan tahu ada hal penting yang akan di sampaikan mama Jenna.

"Nak..mama bertemu seseorang. Teman SMA. Kami sepakat mencoba berhubungan. Dan dia mau melamar mama dalam waktu dekat."

Mama mencoba menjelaskan dengan terbata-bata sambil mengukur reaksi Jenna. Jenna diam dalam waktu yang cukup lama. Tidak pernah sekalipun terpikir olehnya bahwa mamanya akan menikah lagi. Bukankah mama hanya cinta kepada ayah? Dan jenna tahu persis bahwa banyak pria yang sebenarnya sudah mendekati mama, namun mama menolak mentah-mentah dengan alasan tidak bisa melupakan ayah.

"Ma, mama yakin?"

"Entahlah Jen, maka itu mama minta tolong kamu ambil cuti dan pulang kesini. Sekitar seminggu atau dua minggu untuk berkenalan dengan calon mama. Istrinya sudah lama meninggal, dan dia memiliki anak laki-laki yang 5 tahun lebih tua darimu.."

Sepertinya kali ini Jenna tidak bisa menolak. Bahasa anak muda jaman sekarang, mama Jenna saat ini sedang galau tingkat dewa. Jadi sebagai anak satu-satunya Jenna harus menolong mamanya.

"Baiklah ma..nanti aku akan coba ambil cuti. Mama sehat-sehat ya.."

Jenna mengakhiri pembicaraan itu. Dan bercerita pada Luna apa yang di ceritakan mamanya.

"Bagus dong Jen..mama kamu berarti udah bisa move on. Kamu harus minta cuti sama Nathan, kamu kan belum ambil cuti tahunanmu. Kamu harus kenal baik calonnya mama, kalau orangnya baik, kamu harus support.."

Jenna hanya terdiam mendengarkan kata-kata Luna. Hatinya bertanya-tanya, benarkah dia sudah siap untuk ini? Memiliki ayah lagi? Bagaimana jika orang ini sama seperti ayahnya yang dulu?

Beribu pertanyaan memenuhi benaknya, membuatnya sulit tidur. Besok pagi-pagi sekali dia akan menelepon Nathan, meminta ijin cuti dan surat cutinya akan di email. Setelah itu Jenna akan mencari tiket kereta agar bisa berangkat secepat mungkin.

***

"Halo.."

Suara serak dan dalam milik Nathan terdengar. Jenna menelepon di hari minggu jam 6 pagi, agak kelewatan sebenarnya membangunkan orang sepagi itu di hari libur. Tapi sungguh, Jenna tidak bisa tidur nyenyak semalam. Ia hanya memikirkan mamanya, dan tiba-tiba ingin segera pulang.

"Nathan, maaf aku telepon pagi-pagi.."

"Jenna? Ini Jenna? Ada apa Jen?"

Suara pria itu berubah bersemangat. Jenna merasakan senyumnya ikut mengembang mendengar suara Nathan yang bersemangat.

"Aku ingin mengajukan cuti Nathan..untuk 10 hari. Bisa tidak?"

"Mm untuk urusan apa Jen?"

"Mama..dia membutuhkan aku. Ada yang harus di urus.."

Jenna tahu, Nathan berat melepasnya karena pekerjaan akan menjadi menumpuk. Mengingat selama ini Jenna lah yang banyak membantunya, sementara pegawainya yang lain, rata-rata bekerja kurang becus.

"Oke..baiklah. Email ke aku surat cutinya. Dan oh ya, katakan ya untuk ajakan makan malam setelah kau pulang dari cutimu?"

Nada suaranya terdengar menggoda.

Jenna tersenyum sambil menghembuskan nafasnya, Nathan yang manis selalu menyelipkan usahanya.

"Baiklah..satu kali makan malam sepulang aku cuti."

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan Nathan, Jenna langsung bergegas pulang untuk menyiapkan barang-barangnya. Berulang kali Jenna menguatkan hatinya, ini pasti tidak akan mudah. Tapi demi kebahagiaan mama, Jenna akan berusaha.

Beruntung, ini bukan saat liburan. Jadi tiket kereta eksekutif bisa dengan mudah Jenna peroleh. Ia sudah duduk manis di kereta. Jenna memilih tempat duduk dekat jendela agar bisa melihat pemandangan.

***

Jenna membuka matanya perlahan, waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Perjalanan kereta semalam suntuk sudah sukses membuat badannya remuk redam. Jenna mematikan iPodnya dan memasukannya ke dalam tas. Ia sengaja tidak memberitahu mamanya agar menjadi kejutan. Pasti mamanya akan senang. Matahari perlahan-lahan mulai terbit. Jenna meraih tasnya dan berjalan keluar dari kereta. Hanya ada beberapa penumpang yang ada di gerbong itu.

Sudah lama sekali, kurang lebih 5 tahun sejak Jenna meninggalkan kota ini. Kota yang dulu begitu di cintainya. Kota yang begitu ramah penduduknya. Kota yang setiap sudutnya seakan menyimpan cerita. Ya, Jogja, kota yang seakan memanggilmu untuk selalu kembali.

Jenna langsung menyetop sebuah taksi berwarna biru dan menyebutkan tujuannya. Sebuah rumah di daerah Kaliurang. Suasana pagi di kota ini selalu menarik perhatiannya. Beberapa orang tua terlihat memanggul dagangan mereka ke pasar. Sementara anak-anak sekolah sedang menunggu angkutan umum di pinggir jalan.

Dulu, saat dirinya masih TK dan SD, ayahnya selalu mengantarnya pergi sekolah. Kata ayah, kasian Jenna jika harus naik angkutan umum, panas dan berdesakan. Namun semua itu berubah ketika perusahaan ayah bangkrut. Ia bahkan tidak memperdulikan lagi Jenna sekolah atau tidak.

Lagi..air mata mengambang di pelupuk matanya. Ia sudah mengingatkan dirinya sendiri, akan ada pertarungan batin jika ia kembali. Hatinya masih belum menerima dan tidak akan menerima perlakuan ayah kepadanya dan mama. Jenna tersadar ketika supir taksi sudah berhenti di sebuah rumah bercat putih dengan pagar berwarna cokelat. Halamannya yang luas terawat dengan baik. Jenna membayarkan sejumlah uang kepada supir taksi tersebut kemudian berjalan keluar dan berhenti di depan pagar.

Jenna ingin memencet bel, tapi pagar tidak terkunci. Ia langsung masuk ke halaman depan, ada sebuah mobil sedan vios berwarna hitam milik ayahnya dulu yang masih ada di garasi rumah. Di halaman, koleksi anggrek mama bertambah banyak, bahkan beberapa sedang berbunga. Mama masih merawat rumah ini seperti dulu. Tidak ada yang berubah. Bahkan dua buah kursi dan sebuah meja kecil di teras, masih tetap pada posisinya. Tiba-tiba Jenna merasakan panggilan alam. Ia teringat belum buang air kecil sejak tadi malam. Hal itu membuatnya berlari tersaruk-saruk menuju ke kamarnya di lantai 2. Kopernya di tinggalkan begitu saja di ruang tamu.

Jenna meraih handle pintu kamar yang bertuliskan "girls only" dan membukanya secara cepat. Dan Jenna merasa nafasnya seketika berhenti.

Oke, ia terpaku dengan pemandangan yang oh-apalah-itu di hadapannya. Ada seorang pria yang tampaknya baru selesai mandi. Rambutnya masih basah dan tetesan airnya menetes ke bahunya. Sementara dada bidangnya yang tidak di tutupi apa-apa. Hanya handuk kecil yang bahkan sangat kecil untuk menutupi tubuh bagian bawah dari pria itu. Dan pria itu mengernyitkan keningnya melihat Jenna. Seketika itu Jenna tanpa berkata-kata langsung membanting pintu kamarnya kembali.

-----------------------------------------

please commentnya dong dear...

buat semangat saya nih. sekalian biar saya tahu pada suka nggak crita yang ini..

tengkyu..

love. vy.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: