Aksi 9 : Makan Nasi Padang

Jam makan siang, Casya keluar dari ruang kerjanya. Dia melihat beberapa orang masih berada di mejanya. Arlo juga masih berada di meja kerjanya. Casya berjalan mendekat ke arah Arlo.

"Makan siang bareng?" ajak Casya.

Kanaya yang masih ada di sana melihat Casya sembari mendengus pelan. Arlo sendiri membereskan pekerjaannya, menyimpan file editan yang sedang dikerjakannya. Dia berdiri dari duduknya.

"Mau makan dimana?" tanya Arlo pada Casya.

"Nasi Padang?" Arlo mengangguk atas pilihan Casya tersebut.

Kini Casya dan Arlo berjalan menuju lift. Berita soal keduanya yang menjalin hubungan sudah tersebar ke seluruh penjuru Labyrinth Books. Meski begitu, Arlo dan Casya tetap menjadi perhatian orang-orang di sana.

"Naik motor?" Casya bertanya saat keluar dari lift dan Arlo berjalan terus menuju parkiran motor.

Hari ini Arlo membawa motor scoopy-nya. Dia sudah keluar pagi-pagi menuju bengkel langganannya untuk mengambil scoopy kesayangannya. Casya memperhatikan scoopy Arlo yang sepertinya sudah dicuci bersih karena terlalu kinclong.

"Biar cepat, jam makan siang suka macet," tutur Arlo yang mengeluarkan helm pink dari jok motornya. Dia menyerahkan helm tersebut pada Casya.

Melihat helm pink tersebut membuat Casya kembali teringat mengenai siapa pemilik helm tersebut. Sampai sekarang Arlo tidak mengatakan apa pun tentang helm tersebut.

Casya menolak helm tersebut dan berkata, "Gue nggak mau pakai helm orang sembarangan."

Arlo mengernyitkan dahinya menatap Casya. Bibirnya menarik senyum tipis. "Ya sudah, kalau begitu makan siang sendiri-sendiri saja," tutur Arlo.

Dengan cepat Casya merebut helm pink yang ada di tangan Arlo. Dia memakainya sembari mendelik sebal pada Arlo. Sementara Arlo, dia memundurkan motor scoopy-nya.

Casya pun naik ke boncengan motor Arlo. Dia memeluk pinggang Arlo tanpa malu-malu. "Lo suka olahraga apa?" tanya Casya saat Arlo mulai melajukan scoopy.

"Gue suka berenang," sahut Arlo.

"Kalau makan suka apa?" Casya sepertinya sedang mencari informasi mengenai Arlo sebanyak mungkin.

"Apa pun yang penting lidah Nusantara," jawab Arlo.

Dahi Casya mengernyit pelan, terakhir dia sempat bertemu Arlo di restoran Jepang. "Kemarin lo di restoran Jepang kan? Suka Japanese food?" tanya Casya lagi.

"Enggak. Kemarin nemanin Gemini doang."

Casya hanya ber-oh-ria mendengar jawaban Arlo. Lokasi restoran Padang tujuan mereka tidak begitu jauh. Letaknya di belakang gedung Labyrinth Books. Tidak sampai lima belas menit keduanya sudah sampai di tempat tujuan.

♥♥♥

Restoran masakan Padang yang didatangi Casya dan Arlo cukup ramai. Untunglah mereka mendapat tempat duduk. Masakan langsung dihidangkan di atas meja, ada banyak berbagai macam masakan di atas meja.

Arlo dan Casya mulai mengambil nasi secara bergantian, kemudian Casya memperhatikan lauk apa yang akan dia ambil. Sementara Arlo, dia sudah mengambil sepotong ayam goreng bumbu dan juga tumis tauge.

"Makan nasi Padang enaknya pakai tangan," kata Arlo saat melihat Casya mengambil sendok dan garpu untuk makannya.

Casya melihat kedua tangannya, dia semalam memang makan pakai tangan karena hanya nasi ayam bakar. Tapi, ini Casya ingin memakan kuah gulai. Dia merasa kasihan dengan kukunya yang bercat merah.

Arlo paham saat melihat Casya memandangi kedua tangannya. Dia akhirnya mengambil ayam gulai yang ada di piring Casya. Kemudian apa yang dilakukan Arlo membuat Casya terbelalak kaget, pria itu melepaskan daging-daging ayam gulai dari tulangnya dan meletakkannya di atas piring Casya.

"Makan," ucap Arlo yang kemudian langsung melanjutkan makannya sendiri.

Casya terdiam memperhatikan piring makannya. Dia kemudian tersenyum tipis dan memulai mengangjat sendok dan garpunya. Keduanya makan dalam diam. Casya bergerak langsung begitu melihat air mineral yang tutup botolnya belum dibuka, berhubung dia makan menggunakan sendok dan garpu membukakan tutup tersebut untuk Arlo.

Selesai makan siang, Arlo tidak membiarkan Casya untuk membayar makanan mereka. "Gue yang bayar, nasi padang doang gue sanggup," tutur Arlo membuat Casya menganggukkan kepalanya.

"Thanks!" ucap Casya di depan kasir.

♥♥♥

Casya membaca sebuah e-book biografi pebisnis-pebisnis luar. Belakangan ini Casya terpikir untuk mencoba membuat sebuah biografi pebisnis handal Indonesia. Dia sedang melihat-lihat beberapa profil pebisnis yang berpengaruh di Indonesia.

Jari telunjuk Casya mengetuk-ngetuk pelan di atas meja kerjanya. Dia melihat profil seorang Putra Mahesa, kemudian ada Devan Singgih. Tapi, yang menarik perhatian Casya adalah sosok Gilang Singgih. Seorang dosen yang ternyata juga seorang pebisnis dan selalu memperhatikan usaha kecil menengah masyarakat sekitar.

"Bella, tolong kamu dan Arlo ke ruangan saya," pinta Casya melalui sambungan telepon.

Tidak berapa lama kemudian Arlo dan Bella mengetuk pintu ruang kerja Casya. Sosok keduanya muncul setelah Casya mempersilahkan mereka masuk. Arlo dan Bella duduk di hadapan Casya.

"Saya mau kamu menulis profil pebisnis Indonesia, nanti Bella akan membantu. Saya sudah susun beberapa daftar nama yang akan masuk ke dalam buku biografi," kata Casya yang memperlihatkan layar tabletnya kea rah Arlo dan Bella.

"Yang utama itu Putra Mahesa dan Gilang Singgih. Mereka yang paling menarik untuk diulas," kata Casya.

Arlo diam saja saat nama papanya disebut oleh Casya. Bella sudah sibuk menulis di atas buku catatannya.

"Berapa orang yang akan masuk ke dalam buku biografi?" tanya Arlo kemudian.

"Ada 10 sampai 15 orang. Daftarnya akan saya email," jawab Casya. "Oh ya! Ketika wawancara jangan lupa untuk ambil beberapa foto, Bella akan membantu semuanya," lanjut Casya.

"Baik Miss!" ujar Bella.

"Oke, mulai minggu depan kalian bisa jalan. Untuk jadwal susun sebaik mungkin dan buat narasumber nyaman." Casya berkata sembari kembali menatap layar tabletnya.

Arlo dan Bella mengangguk mengerti, mereka pun mulai keluar dari ruangan Casya. Proyek ini diberikan Casya kepada Arlo karena dia yakin Arlo bisa mengerjakannya dengan baik. Memiliki pengalaman yang banyak, membuat Arlo pasti bagus dalam melakukan wawancara dan Menyusun biografi ini.

Sampai sekarang Casya belum tahu bahwa orang yang dipercayanya untuk mewawancarai Gilang Singgih adalah anak dari Gilang Singgih itu sendiri. Arlo juga merasa pekerjaannya lebih ringan. Dia tidak perlu banyak usaha untuk mewawancarai Gilang Singgih.

1. Putra Mahesa

2. Devan Singgih

3. Gilang Singgih

4. Laksamana Hadi Aji

5. Primus Sanjaya

6. Varol Saladin

7. Arion Kalandra Adipura

8. Inggrit Clarissa Surendra

Untuk nama selanjutnya silahkan tentukan bersama Bella.

Arlo membaca nama-nama yang masuk ke dalam email-nya dari Casya. Dia tersenyum tipis saat melihat nama-nama yang dikenalnya. Lebih dari setengah nama-nama tersebut merupakan orang yang Arlo kenal.

Arlo : Pa, kapan ada waktu luang? Arlo mau wawancarai Papa untuk buku biografi terbitan Labyrinth Books

Arlo sengaja mengirimkan chat itu kepada Gilang Singgih terlebih dahulu. Orang yang terdekat dan yang paling mudah untuk dia minta bantuannya. Dari semua nama-nama yang dia kenal, Putra Mahesa akan menjadi orang terakhir yang dia hubungi karena kesibukan Om dari Arlo tersebut.

♥♥♥

Lunas dong 3 babnya!
Yuk ramein lagi, besok Hari Minggu. Kita kasih target lagi gimana?
5000 komentar untuk 3 kali update lagi, gimana? Sanggup? Harus sanggup dong ya~

Cerita ini merupakan proyek kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, tapi penolong. Berikut judul dan penulisnya:

#1 Pop The Question oleh sephturnus

#2 Beat The Bond oleh Azizahazeha

#3 Main Squeeze oleh anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top