Aksi 4 : Pemaksaan Makan Malam

"Arlo! Mau kemana?" Casya memanggil Arlo yang sudah duduk di atas motor scoopy miliknya.

Arlo menutup kaca helm bawaan dari scoopy yang dia kenakan, menghidupkan mesin motor tanpa menghiraukan Casya. Beberapa karyawan lain yang berdiri di belakang Casya menatap penasaran.

Tidak menyerah begitu saja, Casya langsung berjalan cepat menuju motor Arlo. Dengan santainya Casya naik di boncengan motor, hal itu sukses membuat Arlo kaget. Kepala Arlo teroleh ke belakang, dia menatap Casya dari balik kaca helm yang bening.

"Kita teraktir mereka makan, lo jangan lupa," ucap Casya mengingatkan Arlo mengenai janji spontan dan sepihak yang diucapkannya.

"Lo yang janjiin mereka, gue enggak," sahut Arlo.

Casya yang sebal mendengar ucapan Arlo langsung membuka paksa kaca helm Arlo. "Kasihan mereka sudah berharap." Casya masih kekeuh ingin mentraktir anak-anak.

"Oke!" Arlo akhirnya mengalah, dia menyetujui keinginan Casya. Senyum di bibir Casya terbit, dia merasa puas telah berhasil membujuk Arlo. "Sekarang lo turun!" perintah Arlo yang dijawab Casya dengan gelengan.

"Gue mau naik motor bareng lo!" Casya menolak untuk turun dari scoopy, dia justru memeluk pinggang Arlo dengan erat, membuat Arlo berjengit kaget. "Restoran biasa ya! Ketemu di sana!" kata Casya pada anak-anak yang sejak tadi memperhatikan interaksi Arlo dan Casya.

Para karyawan memperhatikan Arlo yang meminta Casya untuk turun dari motor, semuanya menatap kasihan pada Arlo yang ditempeli Casya. Mereka semua tahu bagaimana sifat Casya, tidak mudah menghadapi seorang Casya Goldie Ogawa.

Kanaya pun hanya bisa tersenyum getir, dia melihat bagaimana Casya turun dari scoopy Arlo dan bagaimana pria itu membuka jok motor, mengeluarkan helm dan diberikan kepada Casya. Ada sorot mata menyebalkan terpancar dari kedua bola mata Kanaya. Dia tidak suka melihat Casya dan Arlo.

"Eh ayo! Nanti Miss Casya ngamuk kalau dia sampai lebih dulu." Bella menarik tangan Kanaya agar mengikuti mereka semua dan meninggalkan Casya dan Arlo yang sibuk berdebat soal warna helm.

Casya duduk di boncengan Arlo, wajahnya tidak begitu baik. Dia sebal saat melihat warna helm yang Arlo berikan kepadanya, berwarna pink. Membuat Casya merasa bahwa helm itu merupakan milik seseorang yang special bagi Arlo.

"Ini helm siapa? Kok warnanya pink?" Casya masih tidak menyerah untuk bertanya.

Arlo melihat Casya dari kaca spion, mereka sedang berhenti di depan traffic light yang menunjukkan warna merah. "Punya seorang perempuan," sahut Arlo yang enggan menjelaskan lebih jauh.

Casya mendengus pelan, dia justru kembali memeluk pinggang Arlo. "Ingat ya, lo itu pacar gue," ucap Casya dengan keras kepala.

Arlo tidak menjawab lebih jauh, dikarekana traffic light sudah kembali berwarna hijau. Dia melajukan motornya dan tidak ada percakapan lebih jauh. Casya juga sibuk dengan pikirannya sendiri, menyusun banyak rencana untuk keberhasilan misinya.

♥♥♥

"Menurut kalian gimana? Cocok bukan?" Casya bertanya saat beberapa orang akan menyuap makanan mereka masing-masing. Dia menggandeng tangan Arlo yang duduk di sampingnya.

Perlahan Arlo mencoba melepaskan gandengan tangan Casya padanya. Sayang, Casya tidak membiarkan itu terjadi, dia langsung kembali menggandengan tangan Arlo dengan kuat. Sementara para karyawan yang lain mengangguk dan tersenyum dengan canggung. Hanya Kanaya yang meletakkan sendoknya, dia kehilangan selera makan.

"Ayo makan, dihabiskan. Kalau kurang bisa pesan lagi," kata Casya dengan senyum manis dan nada suara yang semangat.

Casya mengecek ponselnya, dia menatap beberapa chat masuk dari Milky dan Oceana. Tidak ada balasan dari Casya, dia hanya mengintip isi chat dari pop up yang ada di jendela atas ponselnya. Casya memilih untuk berdiri dari duduknya, dia ingin ke kamar mandi.

Sepeninggal Casya, semua karyawan menghela napasnya pelan. Arlo melirik mereka satu persatu dan hanya menggeleng pelan. Dia tahu bahwa karyawan yang lainnya merasa tegang dengan keberadaan Casya.

Arlo bangun dari duduknya, dia menatap sekilas karyawan yang mulai bercanda dan mengobrol ringan. Arlo pun kemudian keluar dari ruang VIP yang mereka gunakan. Dia berjalan menuju kasir, namun terhenti karena seseorang menahannya.

Kanaya, dia berdiri di depan Arlo. "Maaf Pak ..." Kanaya menarik tangannya dari tangan Arlo. Dia tersenyum canggung pada Arlo yang menatapnya dalam diam.

"Ada apa?" tanya Arlo.

"Kenapa Bapak keluar?" Kanaya justru balik bertanya pada Arlo.

"Saya perlu menelpon sebentar," sahut Arlo yang kemudian menjauh dari Kanaya. Membuat Kanaya terlihat sedih dan hanya bisa memandang Arlo yang berjalan menuju pintu keluar restoran.

Kanaya hanya mampur berdiri dan mendesah pelan, sementara itu dari arah belakang muncul Casya. Melihat Kanaya yang berdiri di luar ruang VIP membuat dahi Casya mengernyit. Dia menghampiri Kanaya yang terus saja memandang sosok Arlo yang berada di luar restoran dari pintu kaca.

"Ngapain kamu?" Casya bertanya dengan nada tidak suka. Itu karena dia melihat tatapan mata Kanaya yang fokus pada Arlo.

Kanaya berjengit pelan mendengar suara Casya. Dia hanya menggeleng pelan dan tersenyum simpul. Selanjutnya, Kanaya dan Casya masuk ke dalam ruang VIP kembali. Meninggalkan Arlo yang sedang menelpon di luar restoran.

♥♥♥

Arlo meminta Casya untuk pulang sendiri, karena dia ada urusan penting dan mendadak. Mau tidak mau Casya mengiyakan, dia juga tidak mungkin terus-terusan memaksa Arlo. Membuat pria itu menjadi pacarnya dan datang ke acara makan malam saja sudah lebih dari cukup bagi Casya.

Setelah semua karyawan lain pulang, barulah Casya keluar dari ruang VIP. Dia berjalan menuju kasir. "Berapa? VIP 2." Casya bertanya sembari meletakkan tas mahalnya di atas meja kasir. Casya membuka tasnya, mengeluarkan dompet kulit dari dalamnya.

"Sudah dibayar Bu," sahut kasir yang berjaga.

Dahi Casya mengernyit, dia heran. "Siapa?" tanya Casya.

"Bapak Arlo, Bu."

Casya terdiam, dia menatap dan mengerjap pelan pada kasir yang menatap Casya heran. "Semua tagihannya berapa?" tanya Casya kemudian saat dia tersadar dari rasa kagetnya. Restoran tempat mereka makan sekarang merupakan restoran mahal, Casya juga memesan ruangan VIP yang menambah biaya pelayanan.

"Dua juta delapan puluh delapan ribu, Bu."

Pesanan makanan tadi memang sangat banyak, rata-rata seafood yang harganya memang cukup mahal. Tapi, kenapa Arlo yang membayarnya? Bukankah dia tidak setuju dengan acara makan-makan ini? Pertanyaan-pertanyaan itu terus ada di dalam pikiran Casya.

"Ada yang bisa dibantu lagi Bu?" tanya kasir yang sepertinya mulai rishi dengan keberadaan Casya.

Cepat Casya menyingkir dari depan meja kasir seraya berkata, "Terima kasih ya."

Berjalan menuju pintu restoran, pikiran Casya tidak pada tempatnya. Dia terus-terusan menebak ada apa dengan Arlo. Hingga Casya lupa memesan taksi online untuk pulang.

Di depan pintu restoran, sudah menunggu sebuah taksi yang menyambut Casya. "Dengan Bu Casya?" tanya si sopir taksi. Membuat Casya mengerjap pelan dan mengangguk ragu-ragu.

"Mari Bu." Sopir taksi itu membukakan pintu taksi untuk Casya.

"Yang manggil bapak siapa?" tanya Casya saat dia duduk di dalam taksi.

"Abang-abang ganteng pakai scoopy, Bu." Senyum di bibir Casya terbit, dia tahu siapa abang-abang ganteng yang dimaksud sopir taksi tersebut -Arlo.

♥♥♥

Wah! Udah lama ya aku nggak update. Maaf ya guys, aku lagi banyak banget kerjaan. Tapi dari sekarang aku bakalan rajin update lagi. Yuk ramaikan cerita Casya! 500 komentar untuk bab selanjutnya, gimana? setuju nggak? sanggup? Coba mana ini penggemar kebar-barannya Casya~

Cerita ini merupakan proyek kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, tapi penolong. Berikut judul dan penulisnya:

#1 Pop The Question oleh sephturnus

#2 Beat The Bond oleh Azizahazeha

#3 Main Squeeze oleh anothermissjo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top