Aksi 15 : Arlo yang Perhatian
Casya mengerjapkan matanya perlahan, dia menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya. Dahi Casya mengernyit heran saat dirinya justru ada di dalam kamarnya. Saat melihat jam dinding, sudah jam sembilan malam.
Perlahan Casya turun dari tempat tidurnya, dia berjalan menuju pintu kamar. Kondisinya sudah sedikit membaik, kepalanya sudah tidak seberat dan sepusing tadi. Walaupun dia masih merasakan hawa yang panas, karena sepertinya suhu tubuh Casya naik.
"Je ..." Casya memanggil Jean.
Seingatnya, dia menghubungi Jean. Mungkin saja Jean datang bersama Randa dan sepupunya itu yang memindahkan dirinya ke kamar. Tidak ada jawaban dan tanda-tanda keberadaan Jean, Casya berjalan menuju ruang tenang.
"Je, kok lo tidur di...." Ucapan Casya terhenti saat melihat sosok yang tidur di sofa ruang tengah bukanlah Jean. Casya yakin itu sosok pria, dan dia tahu itu bukan Randa. Sepupu laki-lakinya itu punya pola hidup sehat dan enggan tidur di sofa seperti itu.
Penerangan di ruang tengah tidak begitu jelas, lampu yang masih mati dan hanya cahaya dari televisi yang menyala. Casya pun menjadi waspada, dia berjalan tanpa membuat suara, lebih mendekat kea rah sofa.
Demi apa pun, Casya tidak berpikir dua kali untuk menduduki sosok pria yang tertidur tengkurap itu. Dia mengunci kedua tangan si pria, tenaga Casya tetaplah kuat meskipun dia sedang sakit. Suara erangan kesakitan terdengar sangat jelas.
"Ini gue, Arlo!" pekik pria yang punggungnya diduduki oleh Casya.
Mendengar nama Arlo, Casya langsung menunduk dan memastikan wajah Arlo. Dia langsung meringis pelan dan melonggarkan kunciannya di kedua tangan Arlo. Baru terakhir Casya turun dari punggung Arlo.
"Kok lo bisa masuk? Dan ngapain lo ke sini?" tanya Casya yang berjalan menuju saklar lampu, sementara Arlo masih meringis sembari mengusap-usap pergelangan tangannya secara bergantian.
"Gue dengar dari Bella lo sakit," sahut Arlo saat lampu di ruang tengah hidup.
Casya memicingkan matanya. "Lo masuk gimana? Bella yang kasih tahu password-nya?" Casya sudah siap akan mengamuki Bella jika hal itu yang terjadi.
"Gue pernah lihat password apartemen lo waktu numpang makan," sahut Arlo cepat, dia tidak ingin Bella menjadi sasaran kemarahan Casya.
"Ngintip-ngintip bintitan ntar," gerutu Casya yang berjalan menuju meja, dia mengambil ponselnya yang ada di sana.
Arlo yang mendengar gertuan Casya juga membalasnya dengan gerutuan yang sangat pelan. "Dari pada lo nyai cabul."
"Lo bilang apa?" Casya menatap Arlo heran, dia benar-benar tidak mendengar dengan jelas gerutuan Arlo.
"Bukan apa-apa," elak Arlo.
Casya tidak lagi membahas soal gerutu menggerutu, dia lebih memilih mengecek chat masuk dari Jean. Casya langsung mendesis sebal saat membaca chat dari Jean tersebut.
Jean : Pacar baru lo ganteng dan oke juga. Uwu uwu gitu!
"Lo ketemu sepupu gue?" Casya menatap tajam Arlo yang dengan santainya mengangguk.
"Dia bilang ada tugas penting, jadi batal nginap," ucap Arlo kemudian.
Casya berjalan menuju dapur, dia duduk di kursi bar yang tersedia. Sementara Arlo mengambilkan bubur yang dibuatnya sendiri untuk Casya. Senyum Casya terbit, dia merasa sangat-sangat tersanjung dengan perlakuan Arlo.
"Habis makan minum obat, tadi Jean nitip obat. Katanya dari Papanya," jelas Arlo yang meninggalkan Casya di bar. Arlo menyiapkan obat untuk Casya.
♥♥♥
Arlo memperhatikan Casya yang tidak ingin kembali ke atas tempat tidur. Casya justru membuka laptop dan duduk bersila di ruang tengah. Membuat Arlo ingin sekali memaksa Casya istirahat, tapi dia sadar bisa-bisa Casya mengeluarkan jurus kick boxing-nya.
"Lo nggak balik?" Casya bertanya sembari mengecek email yang masuk.
Arlo duduk santai, dia bersila di atas sofa. Keduanya duduk bersebelahan, Casya dengan laptop di pangkuan tentunya.
"Kemalaman mau balik, gue numpang nginap di sini. Besok pagi-pagi gue balik, di sofa ini aja nggak papa," kata Arlo.
Casya yang sedang mengetik balasan email, jarinya langsung berhenti bergerak. Dia menatap Arlo dengan mata melotot. "Lo nginap di sini? Gila ya lo?" Casya jelas sepertinya siap akan menggebuki Arlo dengan laptop miliknya.
"Lo emangnya nggak papa sendirian? Nanti kalau kenapa-napa nggak lucu besok munculnya di headline berita."
Casya hanya bisa menghela napasnya pelan, dia tidak bisa membantah Arlo. Inilah kenapa sebenarnya tidak enak tinggal seorang diri. Ketika sakit, susah karena tidak ada yang merawat dan menemani.
Arlo langsung menggunakan kesempatan Casya yang melamun untuk menutup laptop di pangkuan Casya. Dia menatap Casya dengan lurus dan berkata, "Lebih baik lo istirahat sekarang. Besok ada banyak kerjaan di kantor yang menunggu lo."
Casya mengalah, dia meletakkan laptop di pangkuannya ke atas meja. Meskipun begitu, Casya tidak juga pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Dia justru menunduk sembari memainkan jari-jarinya.
"Lo tinggal sendiri?" Casya bertanya dan hanya gumaman yang dijawab oleh Arlo. "Pernah nggak sih lo nggak suka tinggal sendirian? Saat sakit, nggak ada yang bisa ngerawat lo," ucap Casya kemudian.
Arlo mengusap pelan kepala Casya. "Jangan pikirkan yang macam-macam, Sya."
Casya menoleh, dia melihat Arlo yang tangannya masih bertengger di atas kepalanya. Casya menepuk tangan Arlo, dia mendelik. "Gue bukan kucing yang suka dielus-elus ya," omel Casya.
Arlo menggerakkan bahunya pelan. Dia melepaskan tangannya dari kepala Casya. Kini Arlo justru mengambil remot TV dan mencari-cari siaran yang bagus. Ketika menemukan siaran yang menyiarkan bola, Arlo memilih siaran tersebut.
"Berasa kayak di rumah sendiri ya," sindir Casya karena Arlo terlihat nyaman berada di apartemennya.
"Tidur deh lo, ini yang ada gue yang pusing dengarin lo ngomong," usir Arlo sembari mendorong Casya.
Mendengus pelan, akhirnya Casya turun dari sofa. Karena kesal dengan Arlo, dia justru melempar bantal sofa ke arah Arlo. Baru kemudian Casya masuk ke dalam kamarnya. Tanpa Arlo ketahui, jantung Casya sejak tadi berdebar lebih cepat. Dia merasa sangat senang Arlo ada di apartemennya, memperhatikannya yang sedang sakit.
Begitu pula dengan Arlo, dia hanya tersenyum menatap pintu kamar Casya yang tertutup. Jelas Arlo bisa saja kembali ke apartemennya yang ada di lantai paling atas. Percuma, karena dirinya sendiri juga tidak akan bisa tidur nyenyak, terlalu terpikirkan Casya. Maka dari itu, Arlo tidak akan meninggalkan Casya sendirian untuk malam ini.
Arlo memang memindahkan Casya tadi setelah memasak bubur, dia tidak tega membangunkan Casya. Melihat Casya yang tidur tidak nyaman di sofa juga membuat Arlo mengambil keputusan memindahkannya. Baru tidak lama kemudian Jean datang, sepupu Casya itu jelas kaget mendapati Arlo ada di apartemen Casya.
Setahu Jean, Casya tidak pernah membawa pria masuk ke dalam apartemennya. Walaupun Casya suka gonta-ganti pacar, Casya tidak akan membawa pria sembarangan ke ruang privasinya. Tapi, kini Jean melihat sendiri sosok Arlo di dalam apartemen Casya. Membuat Jean yakin bahwa hubungan Casya dan Arlo tidak hanya sekedar pacaran biasa semata.
♥♥♥
Guys, aku nggak akan pakai-pakai target lagi ya. Jadi, cerita ini akan aku buat update satu bab satu hari. Terima kasih~
Cerita ini merupakan proyek kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, tapi penolong. Berikut judul dan penulisnya:
#1 Pop The Question oleh sephturnus
#2 Beat The Bond oleh Azizahazeha
#3 Main Squeeze oleh anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top