Aksi 12 : Menjadi Pencuri
Suasana café Labirynth tidak begitu ramai. Jam makan siang sudah habis, hanya ada beberapa orang yang pekerjaannya fleksibel bekerja sambil menyeruput kopi. Di salah satu bagian café terlihat Arlo tengah melakukan wawancara dengan seorang pengusaha –Devan Singgih. Bella ada di sebelah Arlo mencatat dengan baik hasil wawancara mereka. Seorang fotografer freelance mengambil beberapa kali jepretan foto.
Casya melangkah masuk ke dalam café, dia berjalan terus menuju meja Arlo. Tidak mendekat, Casya justru berhenti dua meja dari meja Arlo. Devan menatap Casya yang berdiri di belakang Arlo.
Mas Arlo tuh udah punya pacar. Cantik dan kelihatan galak, atasan dia di kantor.
Ucapan Gemini dua hari yang lalu tersiarkan secara automatis di dalam pikiran Devan. Dari sekali lihat saja, Devan tahu bahwa definisi cantik dan kelihatan galak Gemini adalah sosok Casya. Mata Devan melirik pada Arlo, kemudian Devan membuat kode dengan Gerakan matanya.
"Miss."
Bella yang pertama kali berbalik. Dia menyapa Casya dan berdiri secara refleks. Apa yang dilakukan Bella itu membuat Arlo berhenti mengajukan pertanyaan, dia menoleh ke belakang dan mendapati Casya di sana.
"Lanjutkan saja, saya hanya mampir sebentar," ucap Casya pada Arlo dan Bella, dia juga mengangguk sopan kepada Devan.
Meskipun sopan, bagi Devan aura Casya terlalu kuat. Dia bahkan bisa memahami kenapa Gemini menjuluki Casya 'kelihatan galak'. Melihat interaksi Casya dan Arlo membuat Devan heran. Tidak ada kesan romantis seperti sepasang kekasih.
Tidak ingin mengganggu pekerjaan Arlo, Casya berbalik. Dia berjalan menuju sudut lain dimana ada Dino yang sedang berdiskusi dengan Liona. Sepertinya Dino langsung melaksanakan perintah Casya tadi pagi.
"Miss Casya ..." Dino menyapa Casya.
Liona yang mendengar nama Casya disebut mengangkat pandangannya dari naskah di tangannya. Dia tersenyum pada Casya, sayangnya tidak ada sambutan ramah dari Casya. Dia justru berdiri dengan tangan dilipat di depan dada.
"Jangan terlalu besar kepala lo. Gue hanya percaya dengan pilihan Dino. Seenggaknya jangan kecewakan Dino yang percaya dengan naskah lo," ucap Casya saat melihat Liona akan melontarkan sesuatu dari bibirnya yang sudah terbuka.
Casya tidak memberikan kesempatan Liona untuk berkata-kata. Dia langsung meninggalkan Liona dan Dino, berjalan dengan tegak dan anggun seperti biasa. Walaupun tanpa banyak orang ketahui Casya menyimpan kepedihan di dalam hatinya.
Melihat Liona membuat Casya kesal dan teringat tentang apa yang sudah perempuan itu lakukan dulu. Tapi, melihat Liona datang dengan penampilannya yang sekarang dan memohon pada Casya, membuat Casya merasa lebih kesal pernah diinjak-injak oleh perempuan itu.
Terlepas dari masa lalu mereka, Casya tahu bahwa Liona memiliki bakat. Dia bisa melihat dari suguhan naskah yang diberikan Liona padanya. Sebagai seorang kepala editor, Casya pasti akan mengambil orang berbakat seperti Liona.
♥♥♥
Rayan : Sya, kamu nggak mau pulang buat makan malam keluarga?
Casya menghela napasnya menatap chat yang masuk dari papinya. Casya menghela napasnya pelan, semenjak dirinya tidak ingin menjadi dokter seperti sang papi, Casya jarang pulang ke rumah.
Chat dari Rayan tersebut hanya diabaikan oleh Casya. Dia paham sekali kegiatan bulanan keluarga Ogawa, kumpul keluarga. Tapi, bagi Casya kegiatan justru sangat menyebalkan baginya. Seperti neraka yang panasnya luar biasa.
Telinga Casya akan berulang kali mendengar nasihat dan sindiran mengenai dirinya yang tidak ingin berkecimpung di dunia medis. Hanya Randa dan Jean yang bisa memahami Casya, atau yang tidak pernah mengungkit tentang profesi yang dipilih Casya.
"Miss!"
Casya tersentak kaget saat mendengar nada suara Bella. Sepertinya dia melamun dan tidak sadar dengan Bella yang terus memanggilnya di depan pintu. Hari sudah sore dan Casya belum juga berniat untuk pulang, sementara Bella dan yang lainnya mulai waspada sejak pagi tadi. Mood Casya sangat buruk hari ini.
"Ah! Kamu dan yang lainnya boleh pulang," ujar Casya akhirnya.
Bella mengangguk mengerti dan berpamitan pada Casya. Kemudian Bella mengatakan pada yang lainnya bahwa mereka bisa pulang. Sebenarnya, Casya tidak pernah mengatur jam lembur. Terkadang, ada kalanya yang lain merasa bahwa ketika Casya lembur mereka ingin ikut lembur bersama.
"Lo nggak pulang?" Kanaya bertanya pada Arlo yang masih betah di mejanya.
"Bareng Casya, dia nggak bawa mobil," sahut Arlo tanpa menoleh pada Kanaya.
Setelah menjadi pacar Casya, Arlo selalu menunggui Casya yang sedang lembur atau pulang telat. Entah kenapa, bagi Arlo ada satu hal yang membuatnya melihat bahwa Casya butuh teman. Dari luar, Casya memang terlihat kuat, galak dan penuh karisma, tapia da satu aura dingin yang menandakan bahwa Casya kesepian. Itulah yang dilihat Arlo.
♥♥♥
Jam delapan malam, Casya keluar dari ruangannya. Dia melihat Arlo yang tertidur di kursi kerjanya. Kepala Arlo terlungkai di sandaran kursinya.
Perlahan Casya bergerak mendekat, dia bersandar di meja Arlo sembari menatap pria itu. Senyum Casya tertarik pelan. Arlo terlihat sangat tampan saat sedang tertidur, bibir yang biasanya selalu sinis dan mengucapkan kalimat-kalimat singkat itu kini terkatup rapat.
"Kalau gue cium kira-kira ketahuan nggak ya?' Casya bertanya pada dirinya sendiri.
Casya memajukan dirinya mendekat pada Arlo. Dia menunduk dan perlahan menggapai bibir Arlo. Casya menutup matanya dan dia berhasil mengecup pelan bibir Arlo. Karena takut Arlo akan terbangun, Casya lekas menjauh dari dari dekat Arlo.
Beberapa detik kemudian Arlo bergerak, dia membuka matanya perlahan. Casya mengusap bagian belakang lehernya dengan salah tingkah. Kemudian dia berdeham pelan seraya berkata, "Ayo pulang! Tidur terus!"
Arlo hanya menjawabnya dengan gumaman pelan. Dia membereskan mejanya, sementara Casya berjalan ke pojok menuju lemari penyimpanan sementara. Casya mengambil helm minion miliknya dengan jantung yang berdebar kencang.
"Sya! Lo ngelamun?" Arlo memanggil Casya sembari menepuk Pundak Casya, membuat Casya terlonjak kaget.
"Enggak!" sahut Casya yang langsung berjalan lebih dahulu menuju lift.
Sementara Arlo mengikuti Casya dari belakang. "Lo kenapa? Kayak habis ketangkap basah nyuri aja," tutur Arlo dengan senyum tertahan.
"Apaan sih! Siapa yang nyuri? Ini helm aku kok!" kata Casya membela diri. Dia berbalik badan dan mengangkat helm di tangannya.
"Eh! Gue cuma nebak doang!" Arlo mengangkat tangannya karena takut Casya akan menghantam helm di tangannya ke kepala Arlo.
Sadar bahwa dia terlalu tinggi mengangkat helmnya, Casya menurunkan posisi tangannya. "Ayo buruan," ajak Casya saat pintu lift terbuka.
Arlo dan Casya hanya diam-diaman di dalam lift. Jantung Casya berdebar dengan keras, dia bahkan melirik Arlo berkali-kali. Melihat bibir Arlo, membuat Casya merutuki kekhilafannya mencium Arlo secara diam-diam tadi.
"Kenapa lirik-lirik?" pertanyaan Arlo yang mendadak itu membuat Casya kaget.
"Eh! Pede banget lo!" sungut Casya.
♥♥♥
Lunas ya 3 babnya!
Yuk ramein, aku mau kasih target lagi deh. 6000 komentar untuk 3 bab lagi besok. Gimana? Setuju ya~
Cerita ini merupakan proyek kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, tapi penolong. Berikut judul dan penulisnya:
#1 Pop The Question oleh sephturnus
#2 Beat The Bond oleh Azizahazeha
#3 Main Squeeze oleh anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top