Aksi 11 : Mood yang Buruk
Casya turun dari motor Arlo, dia membuka helm yang dikenakannya. Sedangkan untuk ikatan rambut, Arlo yang menarik lepas ikatan rambut Casya. Dia menggapai tangan Casya dan meletakkan ikat rambut tersebut di atas telapak tangan Casya.
"Nanti hilang lagi," ujar Arlo yang ingat saat hari pertama Casya merutuki ikat rambut miliknya yang hilang entah dimana.
"Thank you baby," sahut Casya sembari mengedipkan sebelah matanya.
Arlo hanya bisa menggeleng pelan, dia meletakkan helmnya di atas kaca spion. Sementara Casya sudah berjalan lebih dahulu masuk ke dalam gedung Labirynth Books. Tangan sebelah kanan Casya membawa tas yang ukurannya agak besar dan terdapat naskah yang menonjol keluar. Sementara tangan sebelah kirinya menenteng helm minion dengan warna kesukaan Casya.
"Pagi Miss!" beberapa karyawan kompak menyapa Casya di depan lift.
Saat Arlo sudah menyusul Casya dan berdiri di depan lift, pintu lift terbuka. Dua orang office boy dengan peralatan tempur mereka keluar dari dalam lift. Gantian Casya, Arlo dan beberapa karyawan lain masuk ke dalam lift.
"Sekarang lagi trend klub motor? Scoopy ada klubnya juga?" tanya Casya.
Arlo melirik Casya yang sedang menekan tombol lantai tiga. "Maksudnya, Miss?" Jika di jam kerja, Arlo memang selalu sopan dan formal pada Casya. Meski begitu, sikap cuek pria itu tidak berubah atau pun berkurang.
"Miss terlalu banyak baca novel sepertinya," tutur Arlo yang membuat beberapa karyawan menahan tawa mereka.
Casya mendelik pada Arlo yang tidak perduli dengan reaksinya, pandangan mata Arlo lurus menatap pintu lift yang tertutup. Ingin sekali Casya melayangkan helm minion di tangannya ke kepala Arlo. Bisa-bisanya pria itu mempermalukan Casya di hadapan karyawan lainnya.
"Lo lihat Miss Casya nenteng helm kan? Mobil kebanggaannya kemana?"
"Ih! Lo nggak tahu kalau Miss Casya sekarang lagi pacaran sama Pak Arlo?"
"Editor senior itu?"
"Iya! Nggak tahu deh sama ini bertahan berapa bulan."
"Paling juga bulan depan udah ganti yang baru."
Arlo mendengar dengan jelas ucapan dua orang karyawan di dalam lift saat dirinya akan keluar. Arlo menatap Casya yang berjalan menjauh lebih dahulu. Entah kenapa, Arlo merasa panas mendengar dirinya dan Casya digosipkan seperti tadi.
"Kalau ingin bergosip, pastikan orang yang digosipkan sudah pergi jauh," ucap Arlo yang keluar dari lift tanpa menoleh pada kedua karyawan yang ada di belakangnya.
♥♥♥
Dion kaget bukan main saat Casya meletakkan sebuah naskah tebal di atas mejanya. "Sunting ini sebaik mungkin, hubungi penulis dan katakana bahwa ini kamu yang sunting. Bilang saja kamu diberikan oleh saya kemarin sore dan kamu tertarik. Bimbing penulis dengan baik, minta bagian legal siapkan kontraknya," jelas Casya cepat.
Wajah Dion hanya bisa kaget dan melongo. "Paham tidak?!" tanya Casya sedikit menaikkan nada suaranya.
"Pa-ham .. Miss." Kepala Dion mengangguk dengan kaku.
Casya langsung pergi meninggalkan meja Dion. "Bella, wawancara dengan Devan Singgih jam berapa?" tanya Casya sembari berjalan menuju ruangannya dan Bella langsung sigap mengikuti di belakang.
"Habis makan siang Miss," sahut Bella.
"Oke, nanti saya akan datang untuk melihat saja." Casya berbalik badan, dia menatap Bella yang kaget karena Casya tiba-tiba berbalik. "Patikan berjalan lancar, tinggalkan kesan yang baik. Pokoknya, saya mau biografi ini sukses," lanjut Casya yang membuat Bella mengangguk kaku.
Setelah Casya duduk di kursinya, Bella baru berpamitan keluar dari ruangan Casya. Tepat di depan pintu, Bella bergidik pelan dan berkata, "Mood-nya lagi jelek guys!"
Arlo yang mendengar ucapan Bella tersebut hanya diam saja. Dia merasa tidak bersalah dengan perubahan mood Casya. Padahal, itu karena ucapan dirinya di dalam lift tadi.
♥♥♥
"Arlo ..." Kanaya datang menghampiri Arlo saat jam makan siang. "Makan siang bareng?" tawar Kanaya.
Arlo menatap ruang kerja Casya yang tertutup. Dari pintu kaca Arlo bisa melihat Casya sedang sibuk menelpon sembari emnatap layar laptopnya.
"Oke, tapi yang dekat sini saja. Gue ada kerjaan soalnya," ujar Arlo yang dijawab Kanaya dengan senyuman senang.
Arlo, Kanaya dan Bella pergi bersama untuk makan siang. Bella ikut makan siang dengan Arlo agar mereka tidak perlu saling mencari lagi nantinya. Lagi pula, mereka hanya makan di restoran yang jaraknya tidak jauh dari Labirynth Books.
Kanaya beberapa kali mencuri pandang pada Arlo yang justru sibuk mengecek ponsel sembari makan. Senyum Kanaya terus terukir, dia merasa senang karena akhirnya bisa makan dan puas melihat Arlo tanpa dipelototi Casya.
Tiba-tiba, Bella mengangkat tangannya memanggil seorang pelayan. "Bungkus satu nasi ayam bakar, Mbak. Yang free es teh," ujar Bella.
"Buat siapa?" tanya Arlo yang ternyata sejak tadi menunggu balasan chat dari Casya. Arlo menanyakan Casya ingin menitip makan siang apa, sayang chat-nya hanya centang dua berwarna biru saja.
Bella menoleh pada Arlo. "Buat Miss Casya, Pak."
Arlo menganggukkan kepalanya sekilas. Sementara Kanaya memperhatikan Arlo, senyum Kanaya semakin lebar karena tahu Casya memilih menitip makanan pada Bella.
Ponsel Arlo kemudian berdering pelan, nama kontak 'Papa' muncul di layar ponselnya. Kebetulan Arlo yang sedang makan menggunakan sendok meletakkan sendoknya, dia mengangkat telepon dengan berdiri dari duduknya.
Arlo berjalan menuju depan pintu restoran, dia mengangkat telepon sembari mendorong pintu untuk keluar. "Kenapa Pa?" tanya Arlo setelah keduanya bertukar salam.
"Mama kamu kangen. Kamu kapan pulang? Tahu sendiri Mama kamu gimana," ucap Gilang Singgih di ujung panggilan.
"Hari Minggu nanti Arlo pulang," ujar Arlo.
"Arlo ..." Gilang memanggil nama Arlo dengan tegas, membuat detak jantung Arlo berdebar sangat kencang. Arlo tahu jika papanya sudah memanggilnya begitu pasti beliau akan mengatakan hal yang sangat penting dan serius. "Gemini bilang kamu punya pacar. Kenapa tidak dikenalkan? Anak orang jangan dimain-mainkan, pacar-pacaran saja kemudian putus tidak baik. Segerakan agar tidak menimbulkan pandangan negatif orang-orang," tutur Gilang.
"Baik Pa."
Arlo memang hanya bisa menurut dengan ucapan Gilang. Sebagai seorang anak memang sudah seharusnya mengidolakan orangtua sendiri dan Arlo sangat-sangat mengidolakan papanya. Dia ingin sukses di bidang yang diinginkannya seperti sang papa.
Setelah percakapan singkat itu, Arlo masih berdiri sejenak di depan restoran. Dia menghela napasnya pelan. Hubungannya dengan Casya bukan hubungan normal seperti orang banyak. Dia bahkan hanya pacar paksaan perempuan itu.
Walaupun begitu, Arlo merasa Casya perempuan yang baik. Meskipun suka mengomel ketika harus naik motor saat gerimis, Casya tetap tidak kapok untuk diantar dan dijemput oleh Arlo. Setiap pagi, Arlo pasti akan keluar lebih dahulu dan menunggu di lobi apartemen. Begitu pula saat pulang, Arlo akan menuruni Casya di depan lobi. Saat Casya masuk, barulah dia melaju menuju parkiran motor yang ada di basement.
♥♥♥
Satu Bab lagi ya, tungguin loh! Jangan tidur dulu~
Oh iya, tiap babnya tetap diramaikan loh. Komentar dan vote kalian tuh pengobat lelah buatku #eaaaa
Cerita ini merupakan proyek kolaborasi dengan genre Komedi Romantis. Nama serinya: #BadassLove yang digawangi 3 wanita super badass, tapi penolong. Berikut judul dan penulisnya:
#1 Pop The Question oleh sephturnus
#2 Beat The Bond oleh Azizahazeha
#3 Main Squeeze oleh anothermissjo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top