years.
Bunyi dentingan gelas menyapa indra telinga, bau alkohol menyengat menguasai ruangan bernuansa merah dengan beberapa aksen emas menghias dinding itu. Vodka dituangkan perlahan ke dalam sebuah gelas khusus berukuran kecil hingga penuh, jemari kasar langsung menyambar dan meneguknya hingga habis.
"Apa-apaan?! Itu giliranku!"
"Aish.. tinggal ambil lagi toh~"
Plak!
Ringisan nyeri keluar dari bibir tipisnya saat sisi kepala dihantam kuat oleh lengan bertato, melempar tatapan kesal pada sang empu yang malah dengan santai memutar bola matanya.
"Tumben minum banyak," ucap Shiro Oni, pemuda bermanik putih dengan bekas luka menyeramkan di sekitar kelopak matanya itu melirik sekilas sosok yang duduk di sampingnya.
Psikopat pirang tak menanggapi ucapan partnernya, pemuda itu menyandarkan punggungnya ke kebelakang sofa lalu menghelakan nafas panjang. Efek alkohol mulai menguasai dirinya, ia terbang tinggi hingga kedua bola matanya memutih sempurna, racauan tak jelas melantur keluar dari bibir tipisnya, menyebutkan sebuah nama.
"Ah~ aku harus segera menikahinya."
"Tolol."
•••
"Nona [Name], lama tak jumpa~"
"Bagaimana kabar, Paman?"
"Seperti yang terlihat."
Di dalam sebuah ruangan penuh debu bernuansa vintage, seorang gadis kini sedang duduk manis di atas sebuah kursi panjang terbuat dari kayu yang disediakan di tengah-tengah ruangan itu sambil berpikir berat, di tangan kirinya menggenggam erat sebuah kertas laminating.
"Tidak mungkin seorang gadis sepertimu datang kemari hanya untuk berbasa-basi denganku."
[Name] tersenyum kikuk, merasa tak enak. Dengan gugup ia menyerahkan kertas laminating di tangannya pada pria paruh baya bertubuh besar yang kini duduk di hadapannya.
Sambil menyipit, pria itu membaca kertas tersebut, "Kim Jong- ah! Bukan, Kim Jung Goo. Kenapa? Ada masalah dengan anak itu?" mendongak menatap [Name].
"Itu.. ada beberapa hal, yang ingin kutanyakan pada Paman."
"Hm~?"
"Apa benar.. paman mengasuhnya- Goo dari kecil- maksudku, dari ia lahir?" tanya [Name] yanga pasti 'Tidak' jawabannya.
"Huh? Tentu saja tidak. Ngapain aku ngasuh bayi? Buang-buang tenaga." Ucap Paman itu sambil tertawa kecil.
[Name] ber'oh' ria, "Jadi.. paman mengasuhnya sejak dia umur berapa?"
"Huh? Umur berapa? Berapa ya..?" berakhir mengingat.
"Berapa ya~?" [Name] menggigit pipi bagian dalamnya tak sabar menunggu jawaban pria di depannya.
"Sepuluh tahun? Sembilan? Ah, iya- sebelas tahun."
[Name] mulai menyusun sesuatu di dalam otak kecilnya, "Kenapa kau menanyakan hal itu? Bukannya kau sudah tahu sendiri?"
[Name] menggeleng sambil tersenyum, "Aku sedikit lupa." Dalam benak [Name] kebingungan.
"Iya sih.. itu sudah lama sekali."
'Aku berteman dengannya kan saat dia umur dua belas tahun, mana kutahu..' batinnya.
"Um.. kalau boleh tahu.. apa orang tuanya tidak mengapa kalau dia diasuh oleh Paman?"
"Huh?" mengeryitkan kening curam, [Name] sontak gelagapan.
"A-aku tidak bermaksud- bagaimana ya cara mengucapkannya? Itu-"
"Ahahahaha! Santai saja! Aku paham!" sang pria tertawa renyah kemudian memasang raut serius.
"Maksudmu itu bagaimana sih?" nampak bingung, [Name] ikut bingung.
"Maksud Paman?"
"Huh?"
Keduanya bersitatap lalu tertawa.
"Kenapa malah ikut bingung!"
[Name] menggaruk tengkuknya kikuk, "Ahahaha, aku malah bingung ini jadi bahas apa.."
"Kau tadi bertanya apa respon orang tuanya kan?"
"Iya," [Name] mengangguk.
"Kenapa tanya aku? Kau bisa menanyakannya langsung kan?"
"Eh? Bagaimana?" [Name] menaikkan kedua alisnya.
Pria berkaos coklat itu menggaruk perutnya yang tiba-tiba gatal, "Loh? Kau sudah tidak tinggal bersama orang tuamu?"
"Huh? Maksud Paman?" [Name] melotot, "Aku tinggal sendiri. Ayah dan Ibuku sudah meninggal lama sekali.." lirihnya.
"HAH?!"
Tercengang kaget, sampai tangannya berhenti menggaruk kulitnya yang tiba-tiba gatal.
"Loh? Anak itu tak pernah cerita.. kapan orang tua kalian meninggal?"
[Name] menggaruk pipinya, "Ayah dan Ibu pergi delapan tahun lalu."
"Hah? Delapan? Kau tak salah hitung?" dengan raut tak percaya, bapak-bapak di depan [Name] menyandarkan punggungnya kebelakang.
"Tidak.." [Name] menggaruk pelipisnya, percakapan semakin lama terasa semakin berat, keringat mengalir di lehernya sebagai bukti.
"Aku bertemu dan berbicara singkat dengan orang tua kalian tujuh tahun lalu."
[Name] terpaku, "Paman berbicara dengan orang tuaku?"
"Iya, orang tua kalian."
[Name] merasa ada yang aneh dengan ucapan Paman di depannya, "Kalian? Kalian.. maksud Paman bagaimana? Orang tua Goo dan orang tuaku?"
Tawa keras mengudara, membuat ruangan penuh debu itu hilang nuansa dinginnya beberapa saat, "Aish! Jaman sekarang orang-orang aneh ya!"
"Keluarga tak saling mengakui satu sama lain?"
"Keluarga?"
"Ah! Kuperhatikan kau tak memanggil Jung Goo 'Kakak' dari tadi."
Deg!
"Walau kau sudah besar, kau harus tetap hormat pada Kakakmu loh, [Name]."
"Tapi wajar sih, orang seperti Jung Goo tidak dihormati.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top