tremble
“[Name]!”
Lega yang semula perlahan menyelimuti dada kini hilang begitu saja saat mendengar suara bass masuk ke telinga, dengan sorot kesal sepasang manik semerah darah itu bergulir kearah suara lalu menaikkan sebelah alis malas.
“Ada apa, Seok Jin?”
“Ah! Lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?”
[Name] mengibaskan tangannya santai, “Great, sangat baik.”
Keduanya saling berhadapan, memandang netra satu sama lain dengan pikiran berbeda. Hembusan angin menerpa pelan sisi wajah, membuat surai keduanya bergoyang seirama.
Wajah ayu [Name] terpapar sinar sang Surya, sore yang begitu hangat, aura kalem menguar dari dalam diri gadis itu, tak seperti biasanya, ia nampak lebih ramah dan halus. Surai sebahunya diikat asal-asalan, membuat kesan seksi. Ditambah leher jenjangnya yang menampakkan bekas keringat mengalir. [Name] sangat cantik.
Seok Jin terpana, kedua pupil matanya melebar bersamaan dengan detak jantung yang berpacu semakin kuat. Kedua tangan mengepal erat di masing-masing sisi badan, berdehem pelan berusaha untuk tak gugup dan grogi.
“Bukankah sebentar lagi kau ulang tahun?” memulai topik.
[Name] mengeryitkan keningnya, bagaimana pemuda itu bisa tahu kapan ulang tahunnya? Dirinya sendiri saja lupa. Menggaruk tengkuk mencoba mengingat tanggal berapa ia lahir, “Hm.. bukankah ulang tahunku masih lama ya? Tiga bulan lagi?” ucapnya setelah berusaha keras mengingat.
“Eh? Seminggu lagi loh.”
“Huh? Iya kah? Ah, aku pikun sih..” gumam [Name] sambil menepuk jidat pelan.
“Kau mau kado apa dariku?” tanya Seok Jin dengan nada bercandanya.
[Name] terkekeh kikuk, “Tidak perlu, aku bukan anak kecil, tak perlu memberi kado, cukup ucapkan selamat saja.”
“Tidak usah malu-malu– Atau.. kau mau buket uang?” Seok Jin menaik-turunkan alisnya.
Keduanya tertawa kecil, [Name] memukul lengan pemuda di hadapannya pelan, “Tidak usah, serius deh!”
“Aku tidak akan mengataimu cewek gila uang kok!”
“Tidak! Tetap tidak!”
•••
Sepasang netra hitam di balik kacamata minus itu menatap tajam layar laptop menyala di atas meja, kedua tangannya saling bertaut erat, menahan geram dan cemburu melihat interaksi kedua sejoli berstatus teman itu saling bercanda. Andai saja kini ia sedang berada di antara keduanya, maka tanpa segan ia akan menarik gadisnya pergi dari hadapan laki-laki bermuka dua menjijikkan itu.
Bahu naik turun karna nafas tak stabil, amarah hampir saja mengambil alih jika ia tak memejamkan mata erat-erat sejenak untuk mengingat resiko.
“Oi, wibu! Sudah belum? Aku mau pergi main nih.”
Melirik kesal bocah berambut ungu yang kini sedang duduk di atas meja sambil menggenggam konsol game, mulutnya mencebik cuek saat dilempari tatapan tajam.
“Ngapain sih nyuruh-nyuruh aku merentas CCTV..” gerutunya sambil beranjak dari atas meja lalu duduk manis ke atas sofa.
“Untung kau wangi duit.”
•••
Srek!
Bruk–
Srak!
Srak!
Kreeet–!
Bruk!
Srak!
Srak!
Srak!
Ceklek!
Dengan raut kaget [Name] menoleh ke arah pintu kamar yang baru saja terbuka, bak maling ketahuan basah gadis itu terburu-buru memasukkan kembali berkas-berkas di tangannya ke dalam laci.
“Apa yang sedang kau lakukan?”
“K-ketuk pintu sebelum masuk, sialan! Tidak sopan!” ucap [Name], di awal kata gadis itu nampak jelas gugup, namun ditutup-tutupi dengan umpatan. Gerak-geriknya menyembunyikan sesuatu.
“Buat apa ketuk pintu, toh ini sudah seperti kamarku sendiri..” orang itu merebahkan tubuhnya keatas kasur lalu menghirup rakus wangi [Name] yang menempel lekat di sprei.
“Kalau aku sedang ganti baju bagaimana?!” bentak [Name], ia mendekati pemuda itu lalu menampar pantatnya kuat, kebetulan sekali dia sedang menungging.
Plak!
“Aduh! Sakit, sayang~!”
“Jangan tiduran di sini! Kau bau keringat!” pekik [Name] sambil menaiki ranjang lalu menarik-narik tangan orang itu agar beranjak pergi dari atas surga dunia miliknya.
“Aku sudah mandi, heh!”
“Tetap saja! Nanti bantalku bau parfum nyong-nyongmu!”
“Enak kok!”
“BAU! BANGUN, GOO!”
“Ish! Kenapa sih?! Biasanya juga tidak apa-apa,” dumel Goo sambil mendudukkan dirinya lalu menatap kesal [Name] yang setia mencengkram erat lengannya.
“Sana ke sofa!” usir [Name].
”No!”
“Pergi!”
“Tidak mau–” hendak merebahkan tubuhnya kembali tiba-tiba [Name] menaikinya kemudian mencekik lehernya, psikopat pirang itu langsung membatu.
“Kau benar-benar tidak bisa diajak berbicara ya?!” geram [Name] sambil melotot, ia tak benar-benar mencekik sahabatnya, toh gadis itu tak ingin menghabiskan masa mudanya mendekam di dalam penjara, ia hanya menekan sisi kiri dan kanan leher Goo pelan.
“Jangan masuk kedalam kamarku sembarangan mulai kedepannya! Kau harus mengetuk pintunya terlebih dahulu! Jangan sentuh kasurku tanpa ijinku terlebih dahulu– Oh iya! Satu lagi! Jangan makan kue terang bulan di dalam kulkas, itu milikku! Jika kau mau, kau harus meminta terlebih dahulu padaku–”
“[Name]–”
“Apa?!”
“Aku–”
“Kenap– Ya ampun!” [Name] melepas cekikannya segera, gadis itu langsung memasang raut khawatir, menutup mulut kaget.
“Kau tidak bisa bernafas?! Maaf! A-aku tidak mencekikmu kuat loh– hei! Goo! Kau kenapa?! Kau punya asma?! Ya Tuhan!”
“Ah–”
“Should i call 911?!” [Name] pucat pasi, tangannya gemetar, melihat wajah pemuda di bawahnya memerah hebat dengan nafasnya naik-turun berat, gadis itu berpikir bahwa si psikopat pirang kesusahan bernafas karna cekikannya.
“G-Goo, aku tidak pernah berniat membunuhmu–! Sumpah! Oh God– aku hanya bercanda–”
“[Name].. bisa kau menyingkir dari atasku..?”
“A-ah iya!” dengan buru-buru [Name] menyingkir dari atas tubuh Goo, pemuda itu mendudukkan dirinya lalu merapikan kerah kaosnya, melirik gadis bersurai hitam di sampingnya menatap lekat.
“Aku baik-baik saja, tenang..” tersenyum tipis, memberi tahu [Name] bahwa dia baik-baik saja. Bukannya tenang, [Name] malah semakin khawatir, Goo akan benar-benar baik-baik saja jika tertawa konyol, dan ini dia hanya tersenyum tipis?!
“Kau punya asma?” tanya [Name] dengan sorot cemas, Goo menggeleng.
“Aku.. pinjam kamar mandi ya..?” ucap Goo pelan hampir seperti bisik.
“Eh? I-iya,” [Name] menatap lekat gerak-gerik pemuda itu berjalan lemas ke arah kamar mandi, matanya menangkap kedua tungkai kakinya yang terbalut celana pendek gemetar hebat.
“Goo, kau yakin kau baik-baik saja–?”
Kreet–
Brak!
CRASSSSHH!!!!
“Sepertinya aku keterlaluan..” gumam [Name] sambil menatap kedua telapak tangannya.
“Janji deh terang bulannya akan kubagi dua dengannya jika dia tak marah.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top