Pregnant, your fucking ass!
Bruk!
“Aduh! Bagaimana sih?!” [Name] meringis, memegang bahu sebelah kanannya yang nyeri.
“Sialan! Kalo jalan lihat-lihat dong!”
[Name] mendelik, ia menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah suara bariton barusan, “Kau yang lihat-lihat jalan, bangsat!” seru [Name] kesal pada pelaku yang menabrak bahunya barusan, seorang laki-laki.
Lelaki bertubuh jangkung dengan tindik di sepasang telinganya itu menaikkan sebelah alisnya lalu menatap [Name] remeh, “Apa kau bilang?” mendekati [Name] kemudian mensejajarkan tingginya dengan gadis itu.
[Name] menarik sudut bibirnya kesal, ia merasa remeh ketika preman kesiangan di hadapannya saat ini mensejajarkan tingginya dengan dirinya, “Kalau jalan lihat-lihat, keparat!” tekannya.
Preman jangkung itu memasang raut tak senang, “Beraninya orang sepertimu mengumpatiku!” mengangkat sebelah tangannya berancang-ancang hendak menampar gadis di hadapannya.
“Kau tahu aku siapa?” ucapnya dengan tangan tergantung di udara.
[Name] dengan raut datar menyahut, “Orang bodoh yang tidak lihat-lihat saat berjalan.”
“Kau-!”
Syut!
Grep!
Satu senti lagi lengan kasar bertato itu menghantam mulus pipi [Name], namun dengan mudah ditahan oleh gadis bersurai hitam itu sendiri, insting bertahan hidupnya telah berbunyi sedari awal, cara bela diri yang diajarkan oleh sahabatnya tak sia-sia.
[Name] meremas pergelangan tangan yang hendak melukainya itu begitu kuat hingga sang empu meringis, sedikit memutarnya ke samping.
“Cewek sialan-!”
Krek-!
“Argh!”
[Name] menghempaskan tangan pemuda itu lalu berlalu pergi begitu saja setelah mendengar bunyi kesakitan keluar dari mulutnya, memutar bola matanya malas sambil melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
“Sok kuat.. padahal kertas dibandingkan dengannya lebih kuat kertas.”
Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku coat lalu tersenyum tipis.
‘Nanti malam makan daging ah!’ batinnya, ia begitu tak sabar menerima gaji bulanannya.
•••
“Ini untukmu, [Full Name].”
[Name] menerima amplop yang disodorkan bosnya sambil tersenyum senang, “Terima kasih, Nyonya bos!” mengintip isi amplop berwarna coklat yang telah berada di tangannya itu lalu mengerjapkan mata bingung, manik merahnya bergerak menatap bosnya.
“Ini?”
Wanita paruh baya berpostur wajah sempurna itu mengangguk lalu tersenyum tipis melihat reaksi gadis di hadapannya, “Karna bulan ini kau bekerja sangat keras, aku sedikit menambahkan totalnya.”
[Name] terperangah, matanya sampai berkaca-kaca, “S-saya sangat berterima kasih kepada Nyonya bos!” ia berdiri dari duduknya lalu membungkuk sembilan puluh derajat hormat.
“Ya, tetaplah bekerja dengan baik, [Name].”
“Siap, Nyonya bos!”
•••
Menyipitkan matanya bingung melihat tingkah laku sang gadis pujaan di depannya saat ini.
“Kau kenapa senyum-senyum begitu?” Kim Jung Goo, psikopat pirang itu menatap [Name] dengan raut aneh, gadis itu tak henti tersenyum sedari tadi sambil menatap cangkir berisi teh di hadapannya.
“Nani~?”
JEEENG!
BOOM!
Seluruh bulu yang tumbuh di tubuh Goo secara bersamaan berdiri tegak, suara mendayu [Name] barusan membuatnya sangat kaget, begitu menggelitik, aksen Jepang yang begitu kental.. sejak kapan gadis itu bisa berbahasa Jepang?!
Wajah si pirang itu tiba-tiba merona.
Tak bisa dipungkiri, raut sayu dan senang secara bersamaan milik gadis itu itu sangat mendukung suara seksinya barusan. Bak oneesan cantik di film-film anime yang sering ditontonnya, so hot!
“K-kau kenapa? Senyum-senyum sedari tadi, sudah gila ya?” mengusap tengkuk sambil memalingkan wajahnya kearah lain, salah tingkah.
[Name] bertopang dagu, “Tebak! Hari ini apa yang membuatku begitu bahagia!?” raut ceria yang jarang dikeluarkannya muncul.
Goo melirik gadis itu sekilas lalu berpikir sambil menatap kearah lain, “Kau gajian?”
“Betul!” [Name] tersenyum lebar, “Dan dapat bonus!”
“Bonus?”
[Name] mengangguk semangat, “Nanti malam kutraktir makan daging!”
Goo tersenyum, mengulurkan tangannya mengusap pipi [Name] yang memerah karna gadis itu tak henti tersenyum senang sedari tadi, “Boleh! Aku yang traktir minumannya.”
“Ide bagus!”
[Name] menatap sebuah kulkas yang berada tak jauh darinya, “Goo.”
“Ya?” Goo bertopang dagu, [Name] menatapnya sebentar lalu berdehem.
“Tidak jadi.”
“Huh? Kenapa sih? Jangan membuatku kepo deh!” kesal Goo.
[Name] menggaruk pelipisnya lalu meringis, “Aku tiba-tiba ingin mangga muda.”
“Eh? Sore-sore begini?”
“Ya, terus? Tengah malam, begitu?” [Name] mencebikkan bibirnya.
Goo mengerjapkan matanya lalu melempar tatapan penuh selidik, “Kau tidak sedang hamil kan, [Name]?”
Melotot kesal lalu melempar sebuah pukulan, “Siapa yang hamil!? Memangnya jika ingin mangga muda, harus hamil dulu?!”
Goo terkekeh, mengusap bahunya bekas pukulan penuh dendam dari [Name], “Kan tidak ada yang tahu jika kau hamil.”
[Name] emosi, “Hamil, your fucking ass! Kalaupun aku hamil, hamil dengan siapa? Nenekmu?! Pacar saja tidak punya.”
“Denganku dong,” Goo mengedipkan sebelah matanya lalu kabur, [Name] berancang-ancang hendak melempar sebuah pisau dapur pada pemuda itu.
“AWAS KAU, GOO! KUPOTONG MASA DEPANMU!”
“IYA, SAYANG!”
“BELIKAN MANGGA MUDA!”
“IYA!”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top