Money or me?


"[Name]."

"Hm?"

Gadis bernetra merah itu menoleh malas saat bahunya ditepuk pelan, melayangkan tatapan kesal karena sedang asik-asiknya bermain ponsel tapi diganggu.

"Tadi aku.. dapat tawaran kerja tambahan dari Pak Chairman."

"Bagus tuh, kau bisa tambah sibuk menghasilkan uang lebih banyak."

"Ambil saja!"

[Name] menggulir layar ponselnya kembali sambil berucap santai, menanggapi sosok yang ikut rebahan di sampingnya tanpa menatap.

"Bukan begitu.."

"Lalu?"

"Aku disuruh mengawal seseorang."

"Mengawal? Jadi bodyguard?" [Name] kini mulai tertarik, terbukti dari matanya yang perlahan bergerak menuju sudut.

"Iya, dan mungkin aku akan sering keluar Seoul jika mengambil tawaran ini."

"Hm.." [Name] berpikir, "Ya.. jika kau mau, ambil saja! Selagi tidak membebankan dirimu. Kau kuat kan?"

Surai pirangnya ambruk, beberapa helai jatuh menutupi mata, dengan bibir dicebikkan ia memprotes kesal, "Tahan aku dong!"

"Huh?"

"Kau tidak mau tahu aku akan mengawal siapa jika mengambil tawaran ini?!"

[Name] menyipitkan matanya, "Siapa?"

"Sudahlah, aku kesal!"

"Heh?"

[Name] mengulurkan tangannya menampar pelan pipi pemuda di sampingnya, "Dasar tidak jelas!"

Kim Jungoo, ia meringis dramatis saat merasakan samar-samar rasa nyeri menjalar di pipi sebelah kanannya, meski tamparan [Name] kali ini dikategorikan pelan, tapi damage nya bukanlah main. Ada sedikit rasa sesal pada dirinya karna dulu ia sempat mengajari gadis itu beberapa teknik dasar bertarung, dan salah satunya adalah cara memberikan tamparan yang akan memberikan rasa sakit tak main-main. Senjata makan tuan.

"Sakit, [Name]!" Rengeknya.

"Sudah sana pulang!"

"Ini kan juga rumahku!"

"Pulang!"

"Tidak mau!"

"Goo, kupukul pantatmu ya?! Serius!"

"Aish! Kubilang tidak mau!" Goo menenggelamkan wajahnya di bantal, kedua tangannya menggenggam erat pinggiran ranjang saat merasa kedua kakinya mulai ditarik paksa [Name] untuk beranjak pergi.

"KAKAK! KELUAR!"

"Jangan panggil aku begitu!" Terdengar jelas nada suaranya begitu tak senang.

"GOO, KELUAR DEH! JANGAN MENGINAP DI SINI TERUS! RUMAHMU NANTI BERHANTU!"

"BIARIN! NANTI AKU TINGGAL DI SINI BERSAMAMU, HEHE!"

"TIDAK SUDI!"

GREK!

PLAK!

"ITTAI!"

Sudah lelah dengan adegan tarik-menarik, [Name] menyerah. Melepas genggamannya dari kaki kiri si psikopat pirang, lalu menampar pantatnya sekuat tenaga melampiaskan rasa kesal.

Goo mendudukkan dirinya sambil meringis kesakitan, "Sakit banget gila.."

"Kalau menginap, kau tidur di sofa!" Ucap [Name] kembali merebahkan tubuhnya dan memainkan ponsel.

Sebuah lengan melingkar di perut [Name], gadis itu tak tersentak kaget sekalipun karna sudah tahu siapa sang empu, menampilkan raut malas saat deru nafas hangatnya menyapu lehernya.

"Aku mengantuk, tidur di sini boleh ya?"

"Terserah!"

•••

"Bagaimana? Kau terima?"

"Tidak hanya aku di sini yang untung, namun kau juga. Dengan mengirimmu ke sana untuk mengawal putrinya, kerja sama pasti terjalin, dan keuntungan menjadi besar."

"Kenapa tidak Jong Gun saja?"

"Kau tahu kan? Dia sudah mengawal putriku?"

"Aish.."

Berpikir sejenak, menimbang-nimbang.

'Uang atau [Name]?'

•••

"Apa ini!?"

"Uang."

[Name] melotot kaget, sangking kagetnya mulutnya sampai terbuka lebar, melihat lima puluh gepok uang digeletakkan di atas meja di hadapannya, beberapa lembar sampai jatuh ke atas lantai.

Manik mawarnya bergulir ke samping, menatap tak percaya Goo yang kini sedang menyengir sambil bersedekap dada penuh bangga.

"Buat apa?!"

"Kau ambil!"

"HAH?!"

Semakin kaget.

"Maksudmu?! Goo, aku tak heran kau bisa dapat sebanyak ini dari mana, tapi- what the hell?! Untuk apa?!"

"Kubilang kan? Untukmu!"

[Name] sontak menggeleng, "Tidak mau."

Tolaknya membuat aura di sekitar Goo berubah suram dan kecewa.

"Yah.. padahal aku menerima tawaran itu demi dirimu."

"Huh?"

[Name] mencuramkan alisnya, "Tawaran? Bosmu yang kemarin?"

"Iya."

Goo menopang pipi sebelah kanannya sambil memasang raut sedih, "Itu baru uang muka sih.."

"WHAT THE FUCK?!"

"KAU DITAWARI MENGAWAL ANAK PRESIDEN KORUT ATAU BAGAIMANA?!"

•••

Ting!

Tong!

"Iya, cari siapa-"

Di saat kedua pasang mata itu jumpa, sebuah petir tak kasat mata muncul di antara keduanya.

"Kau lagi?"

Tatapan merendahkan dilemparkan, tanpa menurunkan sedikit rasa sopan dengan santai ia bersandar ke pinggiran pintu sambil bersedekap dada dan tersenyum remeh.

"Di mana [Name]?" To the point.

"Ada urusan apa kau dengan istriku?"

"[Name] bukan istrimu!"

Untuk kedua kalinya, Goo bertemu dengan Seok Jin, tak surut aura permusuhan di antara keduanya sejak awal bertemu.

"Heh~? Tahu darimana dia bukan istriku?" Sedikit direndahkan suaranya karna merasa kesal.

"[Name] sendiri yang bilang!" Seok Jin menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum remeh.

'Tengil sekali..' batin Goo, diam-diam ia mengepalkan telapak tangannya erat menahan emosi, jika saja sekarang ia tidak sedang berada di rumah [Name] maka tanpa pikir panjang bogeman mentah akan ia layangkan.

"Begitu?"

Goo berdiri tegak, melangkah pelan ke depan dan berdiri tepat beberapa senti di hadapan pemuda yang lebih pendek darinya itu lalu menunduk sedikit menyorotnya datar.

"Lalu.. apa urusanmu, brengsek?"

"Mau mati dikuliti hidup-hidup..?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top