i really miss you!


NSFW! 17+

“Halo, gadis nakalku.”

Mati sudah!

[Name] gelagapan saat pintu didobrak paksa dan akhirnya terbuka, Goo muncul dengan seringai serigala. Penampilannya nampak tak terurus, wajah pucat, surai pirang berantakan, kantung mata hitam tercetak jelas di bawah kedua matanya, kemeja putih acak-acakan dengan tiga kancing teratas yang terbuka hingga menampakkan dada bidangnya.

[Name] terpaku pucat di tempat saat dengan langkah lunglai pemuda itu mendekat kearahnya, jemari telunjuknya terulur menyentil pelan dahi mulus gadis itu yang terbalur bedak tipis.

“Bohong..!” kekehan serak melantun lembut, lalu dengan tergesa-gesa ia menarik gadis pujaannya ke dalam rengkuhan erat penuh kerinduan. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher [Name] lalu menggerutu tak jelas.

“Sudah kuduga.”

[Name] meronta pelan saat kedua lengan kekar Goo melingkar erat di pinggangnya, tak ingin terlepas.

“J-jangan. Aku sedang flu.” Lanjutnya berbohong.

“Peduli setan.” Goo menangkup wajah [Name] lalu menatap wajah manis gadis itu lekat-lekat dari jarak beberapa sentimeter, perasaan lega membuncah saat akhirnya ia bisa menatap wajah sang ayu dari jarak dekat. Ia tak memperdulikan fakta bahwa satu bulan terakhir gadis pujaannya itu membohonginya untuk menjauhinya entah untuk apa.

“Aku begitu merindukanmu.”

[Name] mengerahkan tangannya memberi jarak wajah pemuda itu darinya, “Jaga jarak!”

Goo memandang [Name] sendu, “Kau marah padaku ya..?”

[Name] menggeleng, memalingkan wajahnya ke arah lain. Goo merasa gadis itu menghindari kontak mata dengannya, sedari tadi manik merahnya bergerak liar menghindari tatapannya.

“Lepas deh, Goo!” [Name] menarik kedua lengan Goo dari pinggangnya, melepaskan belitan erat.

“Kau marah padaku ya, [Name]..?” lirihnya.

“Tidak. Tidak ada yang marah pada siapapun.”

“[Name]..”

“Apa?” [Name] menyahut malas, gadis itu nampak jelas tak mau berlama-lama dengan pemuda di hadapannya.

“Aku..”

[Name] menaikkan kedua alisnya, Goo meneguk ludahnya susah payah, menggenggam erat kepalan tangannya, tenggorokannya terasa sakit.

“Aku merindukanmu..”

[Name] sedikit tersentak mendapat tatapan penuh arti si pemilik surai pirang, manik coklatnya perlahan berkaca-kaca membuat gadis itu tak tega.

“Ng-ngapain kau menangis?” [Name] mendorong bahu kirinya.

“Rasanya sakit sekali.”

Bibir [Name] terkatup membentuk sebuah garis lurus.

“Jantungku terasa perih.”

“Sudahlah, tidak usah lebay.” [Name] meraih sling bag yang tergeletak mengenaskan di atas lantai, “Aku.. aku harus pergi ke rumah sakit untuk berobat.” Tetap melanjutkan kebohongan, “Flu-ku sepertinya bertambah parah–”

Hatchu!

[Name] mendorong dada Goo menjauh darinya setengah meter, menyingkirkannya dari jalan menuju pintu kamar.

“Ayo keluar–”

Sret!

Grep!

Cup!

Loading. [Name] memproses apa yang sedang terjadi. Dia blank.

Sesuatu hangat dan lembut bergerak membelai langit-langit mulutnya, begitu pelan dan intens. Sesekali terasa hisapan di bibir bawah dan atasnya, melumat dengan lihai permukaan. Tengkuknya ditahan dari belakang oleh sebuah tangan, beberapa kali menekan agar sang empu bisa menjamah lebih jauh.

[Name] tersadar.

Kedua tangannya terulur mendorong dada bidang sang pelaku yang asik mencumbunya agar melepaskannya, bukannya dilepaskan, ciuman yang sedang terjadi dilakukan secara sepihak semakin liar. Saliva menetes beberapa kali membasahi dagu hingga turun ke leher.

Alarm tanda bahaya berdering di otak [Name], gadis itu mengeluarkan cakaran saat dorongan untuk menjauh tak diubris. Leher mulus itu dicakar beberapa kali dengan kukunya yang mulai memanjang di sekitar jakun yang naik turun menelan saliva dari mulut sang gadis, jorok.

[Name] mulai kehabisan nafas, ia menarik-narik kemeja yang dikenakan sang pelaku yang asik melumat bibirnya meminta untuk dilepaskan. Kemudian tiba-tiba mendapat ide untuk melancarkan gigitan.

Gret–!

“Akh–!”

GAH!

[Name] meraup oksigen rakus, bahunya sampai naik turun. Wajahnya memerah penuh.

“APA-APAAN KAU, GOO?!” bentaknya sambil melempar tatapan marah, mendorong bahu pemuda di hadapannya tak santai.

Goo tersenyum, darah keluar dari sela-sela bibirnya, lidahnya terluka karna gigitan [Name]. Maniknya menunjukkan rasa puas.

“KAU SUDAH GILA?!” [Name] mengusap bibirnya kasar, mengelap bekas saliva di sekitar dagu dan lehernya.

Bukannya mengelak untuk perlakuannya barusan yang tak wajar bagi seorang sahabat, meski faktanya dia seorang Kakak, tapi Goo malah melontarkan sebuah kalimat rindu.

“Aku begitu merindukanmu..!” ucapnya dengan sebuah sorot mata tak pernah muncul sebelumnya yang membuat tengkuk [Name] merinding.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top