GWS!
Tap!
Tap!
Tap!
BRUK!
PRAK!
“Aduh! Maaf-maaf–!” sedikit terkaget saat mendongak melihat wajah orang yang tak sengaja ia tabrak, kemudian melotot horor melihat sebuah ponsel keluaran baru tergeletak mengenaskan di atas trotoar dengan layar retak, tepat di depan sepatu yang membalut kakinya.
“Ya ampun! Aku minta maaf! Ponselmu–”
Dengan panik tangannya terulur memungut ponsel tersebut kemudian mengeceknya apakah masih menyala atau tidak, dan ternyata masih. Hanya saja layarnya retak parah.
“Aku benar-benar minta maaf!” dalam benak sudah menangis darah, memikirkan uang ganti rugi yang akan diserahkan, mungkin setara dengan gaji kerjanya lima bulan.
“D-di dekat sini ada konter, aku akan bertanggung jawab!” ucapnya takut-takut melihat tatapan tajam orang di hadapannya.
“Tidak perlu.”
Ponsel diambil alih kemudian layar dinyalakan, dan nampaklah layar kunci yang berupa sebuah foto seorang gadis cantik dengan raut menunjukkan rasa kesal dan malu. Jari telunjuk menggeser ke atas untuk membuka layar, lalu muncullah wallpaper berupa foto berbeda dari layar kunci.
“Lain kali hati-hati.”
Sedikit terasa nyeri tangan sebelah kiri yang terbalut gips, sempat tersenggol bahu mungil gadis di hadapannya. Kembali melanjutkan langkah kakinya tanpa menoleh sekali saja kebelakang setelah memberi peringatan.
‘S-seram!’ batin sang gadis kemudian kembali berjalan dengan wajah pucat pasi.
•••
DUM!!
TASS!!
DUM!!
TASS!!
BOOM!! BOOM!!
DUM!!
BADUM!! BADUM!!
“Di sini berisik banget, aku tak suka!”
“...”
“Aish! Kenapa tidak kau saja! Bikin males!”
“...!”
“Dasar Shiro Oni–!”
Tut–!
Panggilan terputus begitu saja.
Dengan kesal sepasang alis itu menukik tajam, menatap tak suka layar ponselnya yang menunjukkan nomor ponsel seseorang.
“Haish! Tanganku tuh lagi sakit! Malah disuruh ngurus beginian..” gerutunya, sedari tadi ia tak henti mengeluh.
Manik dibalik kaca mata minusnya mengedar teliti kesekitar, dengan mulut tak henti mendumel ia meneliti kerumunan, mencari target.
Tep!
Bahu ditepuk sekali oleh sebuah tangan ramping, kuku-kuku cantik dengan hiasan mewah menekan sedikit agar yang dipanggil terintrupsi.
“Hai, sendirian saja?” suara lembut mengalun samar-samar masuk kedalam gendang telinga, bunyi musik dengan full bass terlalu mendominasi, dirasa harus berteriak untuk berkomunikasi saat ini.
“Huh?”
“Mau kutemani minum?”
“Apa? Aku tak dengar!” pada dasarnya ia sedikit ada masalah dengan gendang telinga.
Sudut bibir seksi dengan lipstik semerah darah membalut itu berkedut kesal, kedua tangannya dengan lihai terulur mengalun ke leher pemuda berpostur gagah di hadapannya.
Berjinjit untuk mendekatkan wajahnya sendiri dengan wajahnya, high heels sama sekali tak membantu.
“Ayo minum bersamaku~”
Sebelah alis dinaikkan, kemudian seringai muncul, “Aku tak yakin kau akan mampu, Nona.” Menepis pelan tangan yang mengalun di lehernya, menikmati wajah yang terlihat jelas menyembunyikan kekesalan di hadapannya.
“Kenapa tidak?” tak gentar sama sekali, mulai melancarkan gerakan seduktif.
“Pergilah sebelum kau menyesal.”
“Hm~?”
“Kau mau kedua kakimu lumpuh permanen mulai besok..?” suaranya memberat.
Senyum menggoda terpatri, “Make me..” ia malah berpikir lain. Tak tahu saja di hadapannya saat ini bukanlah manusia normal.
“Kau–”
“Kak Jung Goo!”
Pandangan teralih, sepasang manik yang semula menunjukkan tatapan kosong tanpa emosi hilang begitu saja saat terintrupsi.
“Saya Hae Chang, saya dikirim Kak Jong Gun, saya akan menemanimu mencari Moyoung.”
“Ah, bagus! Kenapa tak dari tadi..” melirik sekilas gadis seksi di sampingnya yang memasang raut sangat kesal dilemparkan padanya.
“Cih! Sok jual mahal! Jangan sok tampan ya! Aku mendekatimu karna kau terlihat kaya!” semburnya sebelum berlari kecil masuk kedalam kerumunan dan berbaur dengan orang-orang yang berjoget ria.
“Eh? Dia kenapa?” Jung Goo, memasang raut bingung. Hae Chang yang di depannya mengerjapkan matanya polos, “Mari, Kak. Waktu kita tak banyak.”
“Ya, ayo~!”
•••
“Aku akhir-akhir ini mimpi aneh.”
“Hm? Mimpi buruk?”
“Entah,” [Full Name], gadis itu mengikat surai sebahunya menjadi satu, meninggalkan beberapa helai poni menghiasi dahi.
“Kok entah sih?” Goo, psikopat pirang itu memainkan remot televisi sambil mengunyah keripik kentang di dalam mulutnya.
“Seperti.. flashback? Ingatan lama?”
Deg!
“Ah! Bagaimana ya? Pokoknya ada sebuah keluarga, begitu deh. Soalnya ada anak kecil manggil Kakak, Ayah, Ibu, begitu.”
Goo menegakkan duduknya kemudian berdehem, menaruh remot di tangannya ke atas meja, [Name] menatapnya bingung, “Ngapain kau..?” melihat tingkahnya yang menunjukkan rasa tak nyaman.
“Tidak– lanjut, ya lanjutkan!” ucap Goo menyuruh [Name] melanjutkan ceritanya, mengubah posisi duduknya menjadi santai kembali.
Gadis bernetra merah itu peka, ia memilih diam, Goo tak nyaman dengan cerita mimpinya.
“Kenapa diam?” mengusap gips yang membalut tangan kirinya, sebuah coretan spidol mengotori, bertuliskan sebuah kalimat dari [Name].
Cepat sembuh agar aku tak repot merawatmu!
“Lalu? Aku harus kayang?”
“Ya tidak begitu, sayang.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top