Drink
Ramai. Bunyi riuh masuk ke dalam indra pendengaran, bisik-bisik menilai samar-samar terdengar saat seorang pemuda berambut pirang bersama seorang gadis bernetra merah memasuki sebuah rumah makan yang kini sedang banyak pengunjung. Penampilan keduanya sedikit mencolok hingga menarik perhatian.
Menelisik ke sekitar mencari tempat duduk kosong, “Kesana ya?” tunjuk si surai sebahu ke arah sebuah tempat duduk di dekat dinding yang kosong, orang yang menempati tempat itu baru saja menyelesaikan kegiatan makannya dan langsung pergi membayar ke meja kasir.
“Ayo.”
Meraih tangan kiri gadis itu lalu membawanya ke sana, beberapa kali ia menghalang ujung meja yang tak tumpul hendak menyenggol pinggang si netra merah dengan tangannya, hal itu membuat telapak tangannya memerah.
Grek!
Tap!
[Full Name], gadis itu meringis saat pantatnya telah menempel di atas bangku, “Maaf tak bisa mentraktirmu di restoran mahal.”
Kim Jung Goo, pemuda berkacamata minus itu melemparkan senyum sambil mengambil duduk di sampingnya, “Kenapa harus restoran mahal?”
[Name] kikuk, ia menggaruk tengkuknya lalu menoleh ke kanan-kiri, “Ayo pesan.” Mengangkat sebelah tangannya memanggil seorang pelayan yang kebetulan sedang berdiri di depan meja kasir.
Seorang pemuda bertubuh gemuk datang sambil membawa sebuah note dan pena di tangannya, celemek melingkar di pinggangnya.
“Ya? Mau pesan sesuatu?”
“Kami pesan dua porsi daging panggang dan dua gelas bir.”
Goo menatap [Name] yang berinteraksi dengan pelayan tersebut, “Tambah satu air mineral,” tambah pemuda itu.
[Name] meliriknya, “Untuk apa?”
“Cuci muka.”
Mendelik, “Heh! Kau jangan aneh-aneh ya!”
Goo terkekeh, mengulurkan tangannya mengusak surai [Name] hingga berantakan, “Untuk diminumlah!”
“Kuretakkan ginjalmu!”
Sang pelayan laki-laki yang perlahan terabaikan berdehem, “Ada tambahan lagi?”
[Name] tersenyum lalu menggeleng, “Sudah, itu saja.”
“Baik, saya ulangi.. dua porsi daging panggang, dua gelas bir, dan satu air mineral?”
“Iya.”
“Baik, mohon tunggu sebentar. Pesanannya akan segera datang!”
Pelayan itu berlari kecil menuju dapur, meninggalkan [Name] yang sudah tak sabar mencicipi makanan.
Goo menatap gadis di sampingnya yang tiba-tiba mendongak menatap langit-langit ruangan, raut kaget terpatri di wajah ayunya, ia ikut mendongak.
“Liat apa sih?”
“Kau dengar itu, Goo?”
“Hm?” Goo mendekatkan telinganya pada [Name], sontak saja gadis itu mendorongnya menjauh, “Ngapain dekat-dekat sih?!”
“Aku tidak dengar apapun.”
[Name] melototinya, ia menunjuk langit-langit tembok lalu berbisik pada pemuda itu, “Ada suara dentuman..”
“Hah?” Goo menatapnya bingung, “Maksudmu, di atas ada sesuatu-”
“Permisi, saya bersihkan piringnya ya! Mohon maaf membuat kalian tak nyaman!” seorang wanita paruh baya datang lalu membungkuk sembilan puluh derajat, kedua tangannya terbalut sarung tangan karet, [Name] gelagapan, “E-eh! I-iya, tidak perlu membungkuk, Nyonya!” gadis itu tak enak saat orang yang lebih tua darinya membungkuk pada dirinya.
Sebuah piring bekas makan di hadapan Goo di ambil lalu meja di lap sampai bersih, wanita paruh baya itu melakukannya sambil menatap takut-takut kearah pemuda bersurai pirang di sampingnya.
[Name] melototi Goo, lalu menampar bahu pemuda itu tak santai, membisikkan sesuatu menekan pemuda itu, “Senyum yang sopan, sialan..!”
Goo melotot lalu melirik-lirik wanita paruh baya di sampingnya yang kini sedang menata tisu, “I-iya..!”
“Sekali lagi saya meminta maaf- eh?!” sedikit berjingkat kaget melihat wajah pemuda bersurai pirang di depannya, seutas senyum iblis terpatri, “S-saya permisi!”
[Name] menatap punggung ibu tersebut yang kian menjauh dan hilang di balik pintu dengan sorot kasihan, “Kurasa kau perlu operasi plastik, Goo..”
Goo menoleh kearahnya kesal, “Aku sudah tersenyum sopan!”
“Ya, tapi itu terlihat menyeramkan..”
•••
“Wajahmu merah!” ejek [Name], kemudian gadis itu menelan potongan terakhir dagingnya.
Goo menatapnya lalu terkekeh, “Berkacalah!”
[Name] cegukan, gadis itu mengusap wajahnya kasar, “Ukh! Sepertinya aku memang tak bisa minum alkohol.”
Goo meneguk segelas birnya hingga tetes terakhir lalu mendesah nikmat, “Tak habis?” menunjuk gelas [Name] yang masih tersisa tiga perempat bir, gadis itu hanya bisa meneguk hingga seperempat.
[Name] mengangguk, “Aku bisa muntah nanti jika lanjut..” meraih sebotol air mineral yang sempat dipesan sahabatnya.
“Bukain dong..!” [Name] cegukan, ia menyodorkan botol di tangannya pada Goo, meminta tolong pemuda itu untuk membukakannya. Tangannya tiba-tiba lemas, efek dari bir mungkin?
Kluk!
“Nih!”
Dengan segera [Name] meneguk air putih itu hingga tersisa setengah botol, “Ah! Terima kasih!” ia mengelus tenggorokannya yang kembali lancar.
Goo meraih gelas bir [Name] lalu meneguk isinya hingga habis, gadis itu menatapnya bak bayi polos, “Kau masih kuat?”
Si pirang tertawa, “Mau memesankanku lagi?”
“Kau mau?” [Name] hendak mengangkat tangannya, namun ditahan Goo.
“Tidak perlu! Perutku kembung.”
[Name] mengangguk, gadis itu nampak linglung, “Goo, yuk pulang..!”
“Ah, kau benar-benar tak kuat ternyata~?”
[Name] melototinya, “Dulu aku kuat dua gelas kok!”
“Iya-iya!”
Goo bangkit dari duduknya, “Kubayar dulu.”
“Eh?” [Name] mengingat sesuatu, “Ini kan aku yang traktir!”
“Traktir lain kali saja~!”
•••
Grep!
Srek!
Mengeluarkan nafas lega saat tubuh sang gadis telah terbaring nyaman di atas ranjang. Mendudukkan dirinya di pinggiran kasur lalu mengusap wajahnya kasar.
“Ah.. aku butuh air..”
Berjalan cepat keluar kamar menuju dapur lalu membuka kulkas, mengambil sebotol air mineral dan meminumnya hingga habis tanpa jeda.
“Ah!” leganya, tubuhnya terasa sedikit lebih dingin.
“Sial!” berjongkok lalu memijit kepalanya, “Pergi, pikiran bodoh!”
“Ah!”
Punggungnya menyandar ke meja bar, mendongak dengan nafas terengah-engah, “Sepertinya aku tak boleh minum..”
“Hampir saja..”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top