Do not joking!
Bunyi benturan antara piring dan sendok memasuki indra pendengaran [Name] saat ia berjalan perlahan mendekat kearah dapur, dalam batin ia bertanya-tanya siapa yang sedang berada di dapur. Apa lagi ini sudah tengah malam. Perampok kah? Tapi buat apa di dapur?
"Goo?" panggilnya dengan nada tak yakin, mengentikan langkahnya.
"Hm?"
Sebuah sahutan membuat lega, ia yang semula bersembunyi di balik tembok langsung menampakkan diri, "Kau ngapain di sini?" ucapnya, masih terbentang rasa canggung saat berada di sekitar pemuda itu. Terbukti dengan gadis itu yang masih kikuk dan gugup dalam berbicara dan bersitatap.
"Aku kan menginap."
Sepiring mie instan disantapnya santai, memandangi gerak-gerik sang gadis membuka kulkas lalu mengeluarkan sebotol air mineral.
"Jangan minum itu!" larangnya menghentikan gerakan [Name] membuka tutup botol.
Goo berjalan kearah rak piring, mengambil sebuah gelas lalu menuangkan air dari teko ke dalamnya. Menyodorkan pada [Name] yang mengerjap polos, "Kenapa? Sama-sama air kok."
"Kau mau demam besok?"
[Name] tak mau memulai perdebatan, ia mengembalikan air dingin di tangannya ke dalam kulkas lalu meminum segelas air yang diberikan si pirang itu.
"Thanks!" surai hitamnya diusak lembut kebelakang, kini nampak tumbuh melebihi bahu, haruskah waktunya potong rambut?
"Kau.. tidur di sofa?" [Name] hendak mencuci gelasnya, namun disambar Goo, dituangkan kembali air kedalamnya lalu diteguk hingga tersisa setengah. [Name] tak kaget, itu merupakan hal biasa yang dilakukan keduanya dulu.
"Iya."
[Name] merasa tak enak, "Um.. mau selimut?" tawarnya.
Goo terkekeh, mengulurkan tangan kirinya mengelus puncak kepala gadis itu dengan jari kelingkingnya, "Tak perlu. Sana kembali tidur, kau mau besok telat berangkat kerja?"
[Name] mengangguk, melirik piring di atas meja yang tersisa sedikit mie, "Kenapa makan mie instan? Di dalam ada ayam dan daging. Kau tak semalas itu kan untuk memasak?"
"Huh? Oh, ini- aku hanya ingin saja tiba-tiba." Goo tersenyum.
"Jangan sering-sering!" [Name] berbalik dan hendak melangkah kembali ke kamarnya, "Jangan begadang!" ucapnya lalu memulai langkahnya.
"Tidur yang nyenyak, sayang!"
"Hm."
00.12 AM.
•••
06.14 AM.
[Name] baru saja membuka kelopak matanya, ia telah bangun dari tidur. Melirik jendela yang tertutup tirai, cahaya langit yang mulai terang masuk. Mulutnya menguap sambil merenggangkan kedua tangannya, mengambil posisi duduk lalu mengumpulkan nyawa yang masih melayang-layang di langit-langit kamar.
"Jam.. berapa sekarang- Oh.. masih pagi.." melirik jam dinding di kamar sambil menyipitkan matanya, kemudian menggaruk pinggang yang tiba-tiba terasa gatal.
Hari ini [Name] akan berangkat kerja pukul delapan. Rencana mandi tersusun di otak, jam tujuh, ia akan mulai bersiap-siap. Rasa kantuk perlahan menyerang kembali, membuat sepasang manik merahnya tenggelam di antara kelopak mata.
"[Name]."
Sontak saja seluruh tubuh [Name] langsung fresh, ia menegakkan duduknya lalu melihat kearah satu-satunya jalan masuk kamar lewat dalam yang telah tak memiliki pintu dan orang luar leluasa untuk masuk, jangan tanya kenapa pintunya tidak ada alias hilang. Psikopat pirang biangnya. Seseorang dengan wajah bantalnya berdiri di ambang jalan masuk tersebut sambil memeluk sebuah bantal sofa, [Name] menatapnya bingung dengan wajah tak berbeda jauh sepertinya, wajah orang bangun tidur.
"Ngapain..?" suara baru bangun tidur khas sang gadis.
"Oh, kukira kau belum bangun. Kau tidak bersiap pergi kerja?" ucap orang itu sambil memasuki kamar lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang.
"Aku berangkat nanti," [Name] merebahkan tubuhnya lalu meraih bantalnya untuk dijadikan guling.
"Kau berangkat siang?"
"Hm.." [Name] melenguh saat mulai kembali ke alam mimpi.
"Oh, ya sudah-"
Tok!
Tok!
Tok!
Samar-samar indra telinga si surai pirang yang lebih sensitif saat pagi hari menangkap suara pintu diketuk, dibarengi seseorang memanggil-manggil nama [Name]. Suara tersebut sepertinya dari depan pintu utama masuk rumah.
'Ada tamu?' batinnya, melirik [Name] yang telah menarik nafasnya teratur, mudah sekali gadis itu kembali tidur.
Tak ingin menganggu tidur cantik sang ayu, ia pun beranjak dan pergi hendak menemui sang tamu yang datang pagi-pagi.
•••
Tok-
Klek!
"[Name]-! Eh?"
"Siapa ya?"
Dua pasang manik coklat itu saling melempar tatapan penuh tanda tanya. Dalam benak masing-masing sama-sama menanyakan siapa orang di hadapan saat ini, dan bagaimana bisa ada di sini?
"[Name] ada?" Han Seok Jin, pemuda dengan surai coklat itu sedikit mendongakkan dagunya karna selisih tinggi keduanya cukup jauh.
Kim Jung Goo, ia menatap tak senang Seok Jin saat mengucapkan nama [Name] bak keduanya sangat akrab. Tangannya diam-diam mengepal kesal.
"Kenapa? Dia pesan paket? Sini berikan padaku." Ucap Goo mengadahkan tangannya songong.
"Apa?" ucap Seok Jin lalu memasang raut tak terima seolah berkata 'Oh?! This bitch!'
"Tukang paket kok datang pagi sekali."
"Aku bukan tukang paket!" Seok Jin menaikkan dagunya lebih tinggi, "Kau siapa? Bagaimana bisa di rumah calon pacarku?" sombongnya, ia me-klaim [Name] sebagai calon kekasihnya
Goo menaikkan sebelah alisnya lalu terkekeh sinis, "Apa? Calon pacar?" mendekatkan wajahnya pada Seok Jin lalu meluruhkan semua emosi di wajahnya, kini raut datar namun penuh aura intimidasi terpatri, seram!
Seok Jin ketar-ketir, namun harga dirinya sebagai seorang pria pemberani sekarang sedang dipertaruhkan.
"I-iya! Kau siapa-?"
"Istriku calon pacarmu?" bass berubah drastis menjadi bariton, "Kau sedang bercanda denganku?"
DEG!
'[N-Name]?! D-dia selama ini-?!'
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top