brat!
Sudah hampir sebulan penuh setelah kejadian penemuan surat adopsi dirinya sendiri secara tak sengaja, sudah hampir sebulan pula ia menghindari sahabatnya– oh bukan, Kakaknya (?). Fakta yang begitu mencengangkan!
Berbagai alasan ia utarakan pada psikopat pirang itu lewat chat agar tidak memaksa untuk menerobos masuk ke dalam kamarnya dengan mendobrak pintu yang telah terkunci rapat, dan berakhir dengan dia yang pulang membawa raut muram, meski selalu begitu, dia tetap gencar berusaha untuk bisa bertemu [Name], namun hingga saat ini usahanya selalu gagal.
Kini, pagi hari buta, matahari belum menunjukkan wujudnya sama sekali. [Name] bersiap di depan pantulan dirinya, menatap cermin berukuran full body di hadapannya saat ini dengan raut malas. Sebuah sling bag ditenteng malas di tangan kiri, tangan kanannya menggenggam ponsel, layarnya menunjukkan sebuah roomchat gadis itu dengan seseorang.
Percakapannya nampak singkat, salah satu pihak merasa terbawa perasaan.
Han Seok Jin : Aku akan sampai lima belas menit lagi, Babe!
[Name] : Iya, terimakasih!
Selama menghindari Kakaknya– Goo, [Name] selalu meminta pertolongan mantan crushnya, Seok Jin. Meminta bantuan pemuda itu untuk mengantarnya pergi bekerja setiap hari dalam satu bulan terakhir pagi-pagi, menghindari Goo yang selalu datang pagi ke rumahnya, dan berakhir keduanya tak bertemu. Di sini [Name] sedikit sadar diri, dalam seminggu sekali gadis itu membayar ongkos bensin Seok Jin sebagai tambahan rasa terima kasih, selalu ditolak pemuda itu namun ia memaksa karna tak enak.
Tok!
Tok!
Tok!
Tersentak kaget, melempar tatapan kaget ke arah pintu kamar yang baru saja diketuk seseorang dari luar. [Name] terdiam, tidak mungkin 'kan itu Goo? Tapi kemungkinan besar, iya!
Menggigit kuku jari gugup, [Name] berlari kecil kr arah balkon, membuka sedikit tirai yang menutup rapat, menatap keadaan luar dan boom! Sebuah mobil yang sangat familiar terparkir rapi di pekarangan rumah!
“[Name], kau sudah bangun? Kau masih flu?” dan ya! Alasan terakhir yang dilontarkan [Name] pada Goo agar pemuda itu tak menemuinya adalah sedang flu parah.
“Y-ya! Jangan masuk!” [Name] memasang raut cemas, menggenggam sling bag-nya erat-erat dengan jantung berdebar kencang.
Mengetik cepat-cepat di atas keyboard layar ponselnya mengirimkan sebuah pesan singkat pada Seok Jin.
[Full Name] : Seok Jin, tunggu di perempatan dekat market! Jangan ke rumah!
Tak selang lama Seok Jin membalas pesan masuk dari [Name].
Han Seok Jin : Kenapa?
[Full Name] : Aku akan ke market
Han Seok Jin : Kau serius? Market itu buka jam 8 loh!
[Name] panik saat mendengar bunyi kenop pintu di mainkan.
[Full Name] : Tung gu sja d stum
Tangannya gemetar hebat, sampai jemarinya salah menekan huruf di atas layar ponsel. Ia merasa seperti sedang berada di film horor psikopat.
“[Name].”
“..Hm?” [Name] mendudukkan dirinya ke atas kasur, mengatur nafasnya tiba-tiba sesak, dadanya berdenyut kuat tepat di bagian jantung.
“Kau.. menghindariku ya..?”
[Name] menatap pintu kamar yang terkunci rapat dari dalam itu dengan sorot sendu.
“Buat apa aku menghindarimu–”
Hatchu!
Berpura-pura bersin untuk menyempurnakan kebohongannya.
“Sudah sebulan aku tak menatap wajahmu..”
Klek!
Klek!
Klek!
“[Name].. buka dong~!”
[Name] melotot saat kenop pintu diputar-putar tak sabaran dengan begitu cepat, sedikit lagi pasti patah! Ditambah tenaga sang pelaku yang begitu kuat.
“H-hei! Jangan dimainin–!”
Hatchu!
“[Name].. kau marah padaku ya..?”
[Name] berdebar kencang, kedua telapak tangannya berkeringat, tengkuknya merinding.
“Aku salah apa..?”
“[Name]..”
“Please..”
“Open the door, please..?” suaranya memberat dan samar-samar terdengar bergetar.
Klek!
Klek!
Klek!
“[Name].. jangan seperti ini, aku mohon! Jika aku melakukan kesalahan, tegur aku! Jangan diamkan!”
“Kau tidak bersalah–”
“Open the door, please..?”
Tok!
Tok!
Tok!
[Name] meneguk ludahnya susah payah, mengingat fakta bahwa yang sekarang yang sedang ia ajak berbicara adalah kakak tirinya.
Menatap nakas di dekat ranjang, sebuah surat lusuh tergeletak begitu saja, dua buah nama yang nampak tak asing tercantum di bagian tengah-tengah surat.
Mr. Kim & Mrs. Kim
Nama kedua orang tua Kim Jung Goo.
“Pergilah bekerja, cari uang yang banyak–”
Hatchu!
[Name] menunduk menatap pahanya yang terbalut rok pendek seatas selutut.
“Lima..”
[Name] mengeryitkan keningnya bingung.
“Empat..”
Melotot kaget.
“Tiga..”
“T-tunggu–!”
“Dua..”
Terdengar samar-samar Goo di balik pintu mundur empat langkah menjauh dari pintu di hadapannya yang tertutup rapat.
[Name] tersadar pemuda itu sedang berhitung.
‘Dia akan mendobrak!’
“Sat–”
“BERHENTI!” pekik [Name] namun terlambat.
BRUAAK!!
“Halo, gadis nakalku.”
Mati sudah!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top