Apocalypse

NSFW!!!!! 17+

SENSITIVE CONTENT : p*merk*saan, keker*san s*ks*al, pemb*n*h*n, manipulasi, dll.

SAYA MOHON untuk yang sensitif dengan hal yang tercantum atau memiliki trauma, untuk tidak membaca chapter ini!! Karna dalam chapter ini mengandung hal tersebut!!!

Sama mohon sekali lagi!!

Sehat selalu!

----

"Ibumu, aku membunuhnya."

"Kau.. membunuh ibuku.."

Manik merah itu menyorot kosong penuh pilu netra coklat milik sang lelaki, keluar setetes air mata dari kelopak matanya, tanda kekecewaan yang begitu besar.

Tak menyangka, bahwa fakta keseluruhannya lebih kelam dari yang ia bayangkan.

"Iya, aku yang membunuhnya."

Dengan enteng, ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman manis. Hingga kedua netranya menyipit. Seolah menganggap enteng nyawa kedua orang tuanya yang telah ia habisi.

"Kenapa kau melakukannya–"

[Name] menarik kerah baju Goo kasar hingga pemuda itu tercekik, giginya bergemelatuk menahan emosi, matanya berkaca-kaca hendak menumpahkan kembali air mata.

"Kenapa kau membunuh ibuku!?"

Cengkraman semakin kuat, kuku tertancap. Dan setetes darah lolos, keluar dari kulit yang terobek paksa.

"Katakan! Kenapa kau membunuh ibuku?!"

"Dia menghalangiku."

"KENAPA KAU MEMBUNUH IBUKU, GOO?!"

"Dia menghalangiku, [Name]."

Jawaban tak berubah, dan ia tak mengubah pertanyaan.

"KENAPA KAU MEMBUNUH IBUKU!!!?"

Teriakan mulai terdengar parau, tangisan lolos bercampur pilu.

"Dia menghalangiku, [Name].."

Suasana mulai tak terkondisikan.

"KENAPA KAU MEMBUNUH IBUKU, GOO?!"

"Dia menghalangiku.."

Gadis itu, tak pernah kecewa dan semarah ini. Ia tak pernah berteriak hingga lehernya terasa akan putus. Tak pernah pula ia merasakan perasaan ini.

Rasa yang tak pernah tertanam sebelumnya. Dan tak pernah ia rencanakan akan menanamnya.

Namun muncul begitu saja.

Bunuh.

Balas dendam.

Hancurkan.

Jantung bertalu-talu, nafas naik-turun tak normal. Seolah ingin meledak, kepalanya berdenyut kuat. Sesak merambat, mencengkeram kuat paru-paru yang sedang bekerja.

"KENAPA KAU MEMBUNUHNYA, KIM JUN GOO?!"

"DIA MENGHALANGIKU!"

[Name] tersentak lalu tertawa keras, wajahnya sudah basah oleh air mata.

"Aku sudah bilang dari awal, siapapun yang menghalangiku untuk tetap berada di sisimu akan mati. Orang tuamu sekalipun."

"Kau pikir aku bermain-main? Huh?"

[Name] menatap pemilik surai pirang itu dengan sorot jijik, "Kau sampah!" Sudut bibir sebelah kirinya terangkat, menciptakan senyum remeh, "Akhirnya kau menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya.."

"Iya, aku sampah benar sekali.."

"Kau iblis!"

"Benarkah?"

[Name] mengepalkan tangannya, "Aku akan melaporkanmu ke polisi! Membusuklah kau di penjara! Atau jika bisa, jadilah bahan tindasan napi-napi lainnya nanti!" Tak gentar sama sekali, meski pemuda di hadapannya mulai melakukan gerak-gerik mencurigakan.

"Kau berharap aku akan sehancur apa, sayang?"

[Name] mencengkeram erat pinggiran sofa, gadis itu menggigit bibir bawahnya, mencoba menepis rasa takut. Sinyal tanda bahaya dalam dirinya berdering, saat psikopat pirang itu mendekat dan hendak meraih tubuhnya.

Tepisan ia layangkan pada tangan pemuda itu saat hendak memegang bahunya.

"M-menjauh!"

[Name] hendak bangkit dari duduknya, namun tiba-tiba, dengan gerakan secepat kilat, tak ia sadari. Jari telunjuk dan tengah Goo menekan tengkuknya, lalu..

Tep!

Bruk!

[Name] terduduk kembali di atas sofa, gadis itu mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Kepalanya terdongak menatap langit-langit rumahnya sendiri. Tak bisa bergerak. Benar-benar tidak bisa.

"A–.."

Mulutnya tergerak, hendak mengeluarkan suara, namun sekali lagi tidak bisa. Rasanya saraf di seluruh tubuhnya berhenti bekerja.

'Apa yang terjadi..?'

Hanya bola mata yang sejauh ini masih bisa bergerak, itupun hanya bergulir pelan.

Terasa sebuah tangan menegakkan posisi kepalanya perlahan, dan nampaklah sosok Jun Goo yang sedang tersenyum tipis, pemuda itu kemudian berjongkok tepat di depannya yang sedang terduduk lemas.

"Sakit tidak?"

'Sial! Ini semua perbuatannya!'

Pikiran-pikiran negatif mulai menggerayangi otak [Name], gadis itu membayangkan, cara pembunuhan apa yang akan dilakukan Goo padanya. Ia sudah pasrah.

'Ibu..'

[Name] geram bercampur takut, melihat Goo tersenyum manis sambil menumpukan dagu di pahanya, berlagak seperti bocah polos.

"Kau tak bisa bergerak kan?"

Bibir tipis [Name] digerakkan sekuat tenaga, "B– Bre– sek.. Bre–"

"Apa, sayang? Ada yang sakit?"

"–sek.. bre– eng– breng– sek..'

"Brengsek?"

[Name] menggulirkan kelereng matanya kearah televisi, tak ingin menatap wajah keparat itu.

"Aku brengsek?"

'Sial! Aku benar-benar tak bisa bergerak!' Batin [Name] ingin menangis, tapi rasanya menangis di saat kondisi ini begitu susah. Jangankan terisak, berbicara sepatah katapun susah sekali.

"[Name]~ lihat aku dong~!"

[Name] benar-benar pasrah, bersusah payah ia memejamkan mata. Tak berani melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

'Ibu..'

"Jangan tidur dong~"

"[Name]~"

'Ibu.. tolong aku!'

"[Name], kau mau kukasari?"

Sontak saja jantung [Name] berdegup lebih kencang. Dengan terpaksa ia membuka kelopak matanya, dan menatap wajah pembunuh itu.

"Nah! Begitu dong! Matamu itu cantik! Jangan ditutup terus!"

'Dia mau mencongkel mataku?'

"Sudah sejak lama aku menanti hari ini terjadi!"

"Tapi selalu kutunda karna kurasa belum saatnya terjadi."

"Dan, sepertinya sekarang sudah waktu yang tepat untuk menjadikanmu milikku!

"Nah! Sekarang! Biarkan mata indah itu menjadi saksi bagaimana caraku menjadikanmu milikku!"

Tubuh [Name] yang tak bisa digerakkan gemetar hebat, keringat dingin mengalir deras, pupil matanya mengecil. Ketakutan.

Otaknya berdering, menyuruh gadis itu berlari!

LARI!

LARI!

LARI!

TIDAK BISA!

Tak pernah ia setakut ini sebelumnya.

Ia takut.

Benar-benar takut.

Sangat takut.

Ia bingung harus melakukan apa untuk perlawanan.

'JANGAN!'

[Name] mencoba menggelengkan kepalanya, namun tak bisa. Ia mencoba berteriak, namun tak keluar suara.

'KUMOHON! JANGAN! JANGAN! JANGAN!'

Sambil tersenyum tipis, pemuda itu, psikopat itu, pembunuh itu, melepas kaos yang dikenakannya hingga bertelanjang dada.

'KUMOHON! TUHAN! IBU! AYAH! SIAPAPUN! TOLONG AKU!'

"Ini akan sedikit sakit.. aku akan melakukannya dengan lembut."

'TIDAK! BERHENTI! GOO! AKU BERSUMPAH TIDAK AKAN MEMAAFKANMU! JANGAN!'

"[Name], kau tahu? Aku sangat mencintaimu?"

Ikat pinggang terlepas.

Entah sudah keberapa kali [Name] meneteskan air mata.

'AYAH! IBU! TOLONG!'

'AKU BERJANJI AKAN MENJADI ANAK BAIK!'

'GOO, KUMOHON! BERHENTI!'

[Name] lemas, ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun selain melihat pemuda itu mulai melucuti pakaiannya.

"Aku mencintaimu.."

'Berhenti! Berhenti! Berhenti!'

Air mata [Name] tambah menguncur deras kala tubuh keduanya telah telanjang. Isakan pelan keluar dari mulutnya.

"Jangan menangis, kau tak akan terluka, sayang."

'Aku mohon..'

Bibir keduanya bertemu dan semuanya dimulai.

Semuanya benar-benar telah direnggutnya.

Dihancurkannya semuanya.

'Ibu.. sakit..'

"Tersenyumlah– kau– kau sepenuhnya milikku sekarang."

'Sakit..'

Yang tersisa hanya rasa sakit.

Jadi, bagaimana?

"Kau milikku, [Name]."

'Tidak.'

"Katakan 'Ya'!"

'Kenapa hidupku begini..'

"[Name], kau milikku kan?"

'Apa salahku?'

"[Name]– ugh! Kau milikku kan..?"

'Kenapa? Kenapa seperti ini?'

"[Name], katakan!"

Digerakkan susah payah bibirnya, tak kuat lagi menahan sakit.

"..ya.."

"Kau milikku! Milikku! Milikku!"

'Berhenti! Sudah! Kumohon! Sudah! Ini menyakitkan!'

"Selamanya milikku!"

'Aku akan sehancur apa lagi?'

"Aku sungguh-sungguh mencintaimu!"

Ibaratkan sore indah, berakhir dengan malam yang gulita.

Hari ini, [Name] hancur sehancur-hancurnya.

"Aku mencintaimu, [Full Name]!"

"Benar-benar mencintaimu."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top