Aish!
"Loh?"
"Eh?"
Sepasang manik berbeda warna itu bertubrukan, saling tenggelam dalam tatapan penuh selidik masing-masing, jari telunjuk terulur mengarah wajah sang empu yang berdiri tepat di depannya.
"Kau habis dari mana?"
Sepoi angin berhembus menggelitik sisi kulit wajah, surai hitam sebahu sang gadis bergoyang pelan karna pergerakan udara, anak rambut tipis-tipis menghiasi dahi yang berkeringat, ia sempat berlari kecil tadi.
"Kepo sekali."
Dengan sorot cemas bercampur kesal, pemuda bersurai pirang mengulurkan tangannya mengusak surai lembut gadis pujaan hingga berantakan.
"Berhenti, sialan!" pekiknya sambil mengelak, menepis kasar tangan kasar yang menyentuh rambutnya, "Ayo masuk! Di luar dingin!"
"Jawab dulu! Kau habis darimana?!"
"Kencan!"
"APA?! JADI KAU TIDAK BERCANDA?!"
"Goo, kalau ada orang kasih permen jangan diambil ya!?"
•••
Sebuah mug berisi coklat panas diletakkan dengan hati-hati ke atas meja, kemudian sang empu mendudukkan dirinya ke atas sofa, melirik seseorang duduk di sampingnya menekuk wajah, cemberut.
"Ngapain sih kesal begitu?"
"Kau berbohong! Kau pergi kencan!"
"Sumpah, Goo-! Tidak ada yang pergi kencan!" kesal [Full Name], gadis itu memijit pelipisnya pusing, sahabatnya sedari tadi tak henti merajuk. Bukan karna hal merajuk yang membuat gadis itu pusing, namun rengekan tak terimanya, kupingnya bisa keluar darah lama-lama.
"Kau bilang kita akan single bersama sampai tua?"
"Iya! Kita akan!"
"Promise?!"
"Aish- yeah! I prom-"
"Um.. jangan deh~ ayo menikah saja~!" tiba-tiba sorot cerianya muncul.
Sudut bibir si pemilik netra merah berkedut kesal, menggerakkan tangan kirinya memukul pelan bahu pemuda di sampingnya, meski begitu dia dengan dramatis meringis kesakitan.
Interaksi kedua sejoli di ruang tengah tersebut disaksikan oleh sinar rembulan memabukkan yang masuk melalui celah tirai jendela kaca, jika diperhatikan sekilas nampak begitu mesra, namun kalau diperhatikan dengan baik-baik, tidak!
Satu dengan raut flirty dan satu dengan raut kesal. Obrolan random mengalir, topik tak henti muncul dengan semakin bertambahnya kata demi kata keluar dari mulut masing-masing.
Malam yang panjang, begitu tak terasa jarum jam telah menunjukkan pukul satu, langit di luar benar-benar menunjukkan gelap.
"Pulang sana!" usir [Name], ia mengambil mug kosong di atas meja lalu membawanya ke dapur, hendak dicuci.
"Jahat! Kau mengusirku setelah bosan mengobrol?"
"Iya, sana pulang!"
"Menginap ya~?"
"Nope! Malam ini kasur seratus persen milikku!"
"Ayolah~!"
"No~!"
"[Name]~!"
[Name] tertawa sambil menuangkan setetes sabun cuci piring ke atas spons, "Sana pulang! Kebablasan sampai pagi loh!"
"Biarkan saja!" Goo merebahkan tubuhnya bak bayi polos, meringkuk di atas sofa, dengan kaos kaki putih masih membalut kedua kakinya, pemuda itu nampak menggemaskan, "Good night!"
Kacamata dilempar asal ke atas meja lalu ia memejamkan mata.
"PULANG, GOO!"
"May God bless us!"
"Apaan sih?!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top