A Joke


Penyesalan memang selalu datang di akhir. Rasanya ia sangat menyesal mengiyakan permintaan pemuda bersurai pirang itu untuk menemaninya membeli buku komik di sebuah toko buku yang lumayan terkenal di daerah Gangnam.

Sudah hampir mau dua jam ia berdiri di samping sebuah rak buku komik dengan genre romantis sambil berkacak pinggang, menatap kesal kearah seorang pemuda berkacamata minus yang nampak masih asik memilah-milah buku komik di dalam rak itu.

“Goo! Cepatlah! Kakiku sudah keram nih!” bibirnya meringis.

Jung Goo, pemuda itu meliriknya sekilas kemudian menyambar asal sebuah buku komik dengan genre action di rak sebelah.

“Baiklah-baiklah~”

[Name] melempar tatapan tajam, “Ayo by one, sialan!” melihat pemuda itu yang pada akhirnya mengambil dengan asal sebuah buku komik di rak sebelah, padahal hampir dua jam pemuda itu meneliti rak di hadapannya.

Goo menyengir, ia merentangkan tangannya, “Sini kugendong, kau bilang kakimu keram kan?”

“Sudah cepat sana bayar!”

“Tidak mau kugendong?”

“Tidak!”

“Yakin?”

“Yakin!”

•••

Sebuah kebetulan yang menyebalkan, bertemu dengan partner kerja yang menjengkelkan di tempat perbelanjaan. Manik putih tersembunyi milik seorang pemuda bersurai hitam klimis menyipit kesal. Ia menatap seorang pemuda bersurai pirang di hadapannya saat ini yang nampak sedang menggandeng seorang gadis cantik bernetra merah, gadis itu memasang raut masam. Dia nampak sedang kesal dan marah.

“Halo, Jong Gun! Kau ngapain di sini?”

Netra merah tajam itu melirik ke samping, kemudian berbisik rendah, “Temanmu, Goo?”

Goo sedikit menunduk menatap gadis di sampingnya, kemudian mengangguk, “Partner kerjaku.”

“Oh..” [Name], gadis itu menatap Jong Gun lalu melempar senyum tipis dibalas anggukan kecil pemuda berkacamata hitam itu.

“Ngapain kau di sini?” tanya Goo sekali lagi, Jong Gun menaikkan sebelah alisnya lalu menjawab singkat, “Tuan putri.”

Goo mengangguk paham, menarik pergelangan tangan [Name] lembut, “Ya sudah, kami duluan ya~ bye, Gun!”

Sepasang sahabat itu berjalan menjauh dari Jong Gun yang kini telah berdiri sendirian di depan sebuah toko tas, menunggu seseorang yang sedang berbelanja. Netra dibalik kacamata hitamnya menatap punggung kedua orang yang baru saja berpapasan dengannya dengan batin bertanya-tanya, kian menjauh kedua orang itu nampak kian mengecil.

’Gadis itu pacar Jung Goo? Aku jadi kasihan padanya..’ batin Gun kasihan pada [Name], ia mengira gadis bernetra merah itu merupakan kekasih partner menyebalkannya.

•••

“Kau gila, Goo?”

“Iya, karnamu~”

Sudut bibir [Name] berkedut kesal, ia memutar bola matanya malas lalu menyeruput segelas jus alpukat di hadapannya dengan hikmat menggunakan sedotan.

“Kau masih bekerja dengan orang itu?” tanya [Name] lirih, ia memastikan sekitar kecuali pemuda bersurai pirang di hadapannya tidak mendengar ucapannya barusan.

Goo terdiam sejenak kemudian mengangguk, ia tak melunturkan senyumnya, tangannya terulur mengusap surai hitam [Name] lembut.

“Tumben tanya gituan?”

“Iseng saja..”

[Name] memainkan sedotannya, “Kau bilang.. kau akan berhenti dari pekerjaanmu yang sekarang di umur dua puluh tahun nanti. Ya?”

“Iya, lalu?” Goo berpangku dagu, menatap penuh minat gadis cantik di hadapannya.

“Nanti kau lanjut kerja apa setelah berhenti bekerja dari situ?” Goo mengelus dagunya, sok berpikir, padahal jawabannya sudah jelas, ia akan menganggur.

“Ntah, jadi komikus mungkin?” [Name] mengerjapkan matanya, “Memangnya kau bisa gambar? Terakhir kali aku lihat kau gambar sebuah rumah, pintunya di atas jendela.”

Goo tersenyum lebar, hatinya menghangat mendengar ucapan gadis itu mengingat kejadian yang telah sangat lama berlalu, “Kau tak tahu ya?”

“Huh?”

“Kamarku penuh dengan gambar wajahmu loh..”

Jreeng!!!

Bulu kuduk [Name] sontak berdiri tegak, gadis itu kaget hingga merinding, “Kau bercanda kan..?” sedikit ia merasa takut, memasang raut was-was.

Goo menyeringai, “Bercanda!” pemuda itu tertawa, kemudian menyugar surainya kebelakang, raut gadis itu barusan sangatlah lucu.

[Name] kesal, “Sialan kau! Hampir saja aku memesan tiket pesawat.”

Goo terkekeh, ia menopang dagunya lalu mengulurkan telunjuknya menusuk pipi [Name], gadis itu mendelik.

“Apaan sih!?”

“Kalau candaanku adalah candaan bagaimana?”

“Maksudmu?”

Goo menggeleng, “Tidak ada.” Tersenyum tipis sambil mengelus lembut pipi [Name].

“Dasar freak!” ucap [Name] sambil menepis tangan kasar Goo dari wajahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top