A Chick
“[Name]!”
“Ya- loh? Seok Jin?”
Seringan kapas, bibir tipis itu melantunkan nama sang gadis dengan lembut. Kedua manik coklatnya berbinar indah karna pantulan sinar matahari.
“Kau sudah pulang?” Seok Jin melirik kearah sebuah gedung restoran bercat putih tak jauh darinya, tempat si pemilik netra merah bekerja, tutup. Sebuah papan bertuliskan 'Closed' tergantung di gagang pintu masuknya.
“Iya, kami tak ada pelanggan sama sekali dari tadi pagi, jadi tutup deh.”
[Name] tersenyum kikuk, menggenggam erat tali sling bag yang tersampir di bahunya. Matanya mencuri-curi lirik sebuah tas plastik berwarna putih dengan sebuah logo restoran di bagian tengahnya yang dijinjing pemuda bersurai hitam di hadapannya. Hatinya panas.
“Ada apa?” tanya Seok Jin menyadari [Name] melempar tatapan kesal pada sebuah plastik putih berisi makanan di tangannya.
“Tidak ada, aku pulang ya! Bye, Seok Jin!” [Name] berlari kecil meninggalkan Seok Jin begitu saja yang termenung di atas trotoar.
“Tak mau kuantar pulang?!” teriak Seok Jin mencoba menghentikan [Name] yang hendak menuju halte, gadis itu hanya merespon dengan melambaikan tangannya tanpa menoleh sedikitpun kebelakang.
Helaan nafas berat keluar, Seok Jin mengubah raut bingungnya menjadi kesal, mengedarkan pandangannya kesekitar lalu tertawa terbahak-bahak.
“Cewek sialan!” menunduk menatap benda yang dijinjingnya lalu terkekeh sinis.
“Awas kau..”
•••
Kesal dan sedih, dua kata yang paling pas mendefinisikan perasaan [Name] saat ini. Gadis itu saat ini sedang duduk di ruang tengah rumahnya sambil melamun, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya atau kedepannya.
Sebuah ponsel yang tergeletak di atas meja tiba-tiba menyala, mengeluarkan suara nyanyian, tanda sebuah panggilan dari seseorang masuk.
Dengan malas tangannya terulur mengambil benda berbentuk persegi itu dan mengangkat sebuah panggilan yang baru saja masuk.
“Halo?”
“Halo! Kau mau kubawakan coklat?”
“Apa?” melirik sebuah jam dinding yang terpasang di tembok, menunjukkan pukul satu siang hari.
“Atau mau es krim?”
Sedikit, hatinya menghangat.
“Kau mau kesini?” menyandarkan punggungnya kebelakang rileks lalu menyugar surai sebahunya ke samping.
“Iya! Pak Choi pergi ke pertemuan kali ini dikawal Jong Gun, jadi aku luang deh!”
“Oh, begitu..”
“Eh? Kau mau honey butter chips?”
“Hm? Apa itu?” [Name] beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju dapur, mendekati kulkas lalu membukanya.
“Keripik kentang, kau mau? Lagi viral loh akhir-akhir ini, katanya enak.”
“Boleh.”
“Mau es krim?”
“Beli coklat saja,” [Name] mengeluarkan se-cup es krim rasa stroberi dari dalam freezer, “Di kulkas masih ada empat cup.”
“Alraight, My Lady! Mau titip yang lain?”
[Name] mengusap dagunya berpikir, “Um.. anu.. ada satu hal yang sangat kuperlukan untuk beberapa hari lagi, tapi stok di rumah sudah habis.”
“Apa itu? Sekalian kubelikan.”
“Ekhem.. pembalut.”
“Pardon me?”
•••
Srak!
“Thank you so much, bro!”
Goo mengusap setitik keringat yang muncul di dahinya, “Kau tahu?! Aku tadi dikatai transgender oleh ibu-ibu!”
[Name] tertawa renyah, mengeluarkan tiga buah kotak kemasan pembalut masing-masing berisi dua puluh dari dalam tas kresek di atas meja.
“Ah! Aku tadi sempat khawatir jika kau belikan yang non-sayap.”
Goo menatapnya bingung, “Hah? Sayap apaan?”
“Tidak ada, kau tak akan paham!”
Si pirang mendekatkan duduknya pada [Name], “Aku haus.”
[Name] menunjuk kearah dapur dengan dagunya, tangannya sibuk menelisik sebuah kemasan pembalut di tangannya.
“Bikinin minum dong~!” rengek Goo sambil menggoyang-goyangkan bahu [Name].
“Bikin sendiri, aku sedang malas.”
“Ayolah~! Kalau bikin sendiri tuh tak enak.”
“Di freezer ada es krim.”
“Air!”
[Name] mendesah, ia mengalah, “Oke! Jangan ikut tapi!” ucapnya sambil bangkit dari duduk lalu Goo hendak ikut, pemuda itu langsung mengerucutkan bibirnya.
“Ikut~!”
“JANGAN IKUT!”
“Ikut~!” sudah seperti induk ayam dan anaknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top