49 - Prom Night
We The King ft. Elena Coats - Sad Song
"Katakan aku si bodoh. Sebab aku malah jatuh cinta lagi dan lagi pada kamu yang sering menyakiti." -Cool Bad Boy
-Cool Bad Boy
****
Kinara mendesah pelan sambil menggigit ujung jari telunjuk sebelah kanannya.
Bella yang melihat itupun segera menghampiri Kinara dan bertanya, "gimana? Udah diangkat belom?"
Kinara menggelengkan kepala. "Belom Bell,"
"Tapi hape si Raffa nya aktif, kan?" Tanya Bella lagi.
"Aktif kok, ini dari tadi juga nyambung. Cuma belum diangkat-angkat aja."
Bella manggut-manggut. "Oh yaudah, tunggu aja kalo gitu."
"Dari tadi juga nunggu kali..." Kinara mendelik sebentar kepada Bella.
"Oh iya, hehehe."
Gadis itu tidak menggubris perkataan Bella dan langsung menempelkan handphonenya ke telinga.
Satu detik
Dua
Tiga
Empat
Lima
Dan sampai hampir satu menitpun masih belum ada jawaban dari Raffa.
"Ayo dong," Untuk yang kedua kalinya Kinara kembali menempelkan hapenya ke telinga.
"Hallo? Kenapa, Ra?"
Reflek Kinara berteriak, "diangkat Bell!" Dengan nada girang.
Bella menolehkan kepalanya ke samping. Lantas mengangkat kedua ibu jarinya.
"Sip!"
"Kinara?"
Yang dipanggil tersadar lalu menjawab, "iya hallo, Raffa kamu dimana? Kenapa belum dateng?"
"Aku--- uhuk! Maaf aku gak bisa dateng."
Kinara mengerutkan kening tidak paham. "Jangan bercanda deh, ini lagi prom night. Masa iya kamu gak bakalan dateng."
"Aku serius, sayang. Ini aku lagi ada acara sama keluarga."
Bahu Kinara menurun sedih. "Yaahh, kok gitu? Mendadak banget? Emangnya gak bisa ijin dulu gitu?"
"Gak bisa--- uhuk!"
"Kamu sakit, Raff?"
"Enggak, cuma kena angin malem aja."
"Tapi suara kamu kayak orang sakit tau."
"Enggak, Ra. Oh iya, itu anak-anak udah pada dateng belum?"
"Udah, tinggal kamu aja yang gak ada." Kinara mengerucutkan bibirnya yang dipoles lipstik tipis malam ini.
"Yaudah si, kan masih ada yang lain."
Sahut Raffa dari sebrang sana lembut.
"Tapi aku maunya ada kamu. Lagian kalo kamu gak ada nanti aku nyanyi bareng siapa coba?"
Raffa bahkan hampir melupakan hal tersebut. Ingin rasanya dia melepaskan segala peralatan rumah sakit yang menempel di tubuhnya saat ini kemudian pergi menyusul Kinara dan bernyanyi bersama perempuan itu. Pastilah akan menjadi kenangan yang indah bila nanti mereka sudah lulus SMA.
Sayangnya, itu hanya angan-angan Raffa semata.
"Aku udah suruh si Adrian buat video-in kamu pas nyanyi nanti. Jadi meskipun aku gak ada disana bisa tetep liat."
"Raffa, please. Kamu dateng ya? Aku butuh kamu disini."
Kata-kata Kinara seperti menggores hati Raffa, membekas dan meninggalkan rasa sesak di dada laki-laki itu. Raffa merasa kalau dirinya bukanlah seorang kekasih yang baik. Di saat Kinara membutuhkannya, Raffa malah tidak ada di samping gadis itu.
Raffa memegangi keningnya seraya menggigit bibir bagian bawah. Emosi dan juga rasa sedihnya bercampur menjadi satu.
"Aku gak bisa."
Hening.
"Yaudah deh, gak papa. Salam buat keluarga kamu, ya."
"Oke. Aku tutup, ya?"
"Hm."
"Dah."
"Dah."
Tut tut tut
Kinara menurunkan ponsel miliknya dari telinga dengan perlahan. Salah satu tangannya terangkat guna mengusap air mata yang tiba-tiba saja menetes.
"Ra?"
Kinara buru-buru memutar tubuhnya ke belakang. "Kenapa, Git?"
Anggita memakai gaun malam yang berwarna senada dengan Kinara. Ada sebuah nametag yang menggantung di lehernya, menandakan bahwa dia salah satu panitia acara ini.
"Karena Raffa gak ada, lo jadinya duet sama Gilang." Anggita bertutur sedikit canggung.
"Gilang? Kok dia bisa ada disini? Kan ini acara khusus buat kelas 12?" Alis Kinara terangkat.
"Iya. Panitia sengaja ngundang dia buat tampil setelah elo sama Raffa, tapi nyatanya Raffa gak bisa dateng, kan? Yaudah daripada ribet, kita ngusulin elo sama Gilang aja yang duet." Jelas Anggita sambil memutar-mutar pulpen di tangan.
Kinara diam sedangkan Anggita terus memandanginya meminta persetujuan. "Gimana? Lo mau, kan?" Tambahnya.
Kinara berpikir sejenak. Setelah itu menjawab, "yaudah deh."
"Bagus!" Kata Anggita gembira. "Kalo gitu kita bisa mempersingkat waktu biar gak terlalu malem."
"Oke." Kinara menganggukan kepala pasrah.
****
Raffa memakai jaket kulitnya dengan tergesa-gesa. Kini, pemuda tersebut sudah mengganti pakaian rumah sakitnya menjadi pakaian anak muda pada umumnya. Tak lupa ia juga memakai topi berwarna gelap agar wajahnya tidak bisa dikenali para perawat ataupun dokter. Dua detik kemudian Raffa meraih kunci mobil miliknya yang tergeletak di samping buah-buahan yang berada di atas nakas.
Raffa membuka knop pintu ruang inapnya pelan-pelan. Melongokan kepala sedikit dan setelah yakin aman untuk keluar Raffa langsung berlari menuju besment rumah sakit. Kepalanya terus dia tundukan sampai membuat beberapa orang yang berpapasan dengannya mengangkat alis kebingungan. Namun Raffa cepat-cepat memasuki mobilnya dan menjalankannya ke suatu tempat.
Mobil scion im biru itu berhenti tepat di pinggir jalan yang bersebrangan langsung dengan sebuah sekolahan elit bernama Bakhti Utama.
Dilihatnya banyak sekali siswa-siswi yang berlalu-lalang menggunakan gaun malam dan juga setelan jas rapi. Mereka semua terlihat bahagia sekali menikmati masa-masa akhir SMA mereka.
Lalu fokus Raffa jatuh pada seorang gadis mungil yang mengenakan gaun warna biru tua. Kedua sudut bibir Raffa tertarik keatas membentuk sebuah senyuman tipis.
"Cantik." Raffa bergumam di tengah-tengah keheningan sekitar yang melingkupinya.
Kinara membiarkan rambut panjangnya tergerai bebas dengan sedikit aksen bergelombang di ujung. Terlihat cantik juga manis di saat yang bersamaan.
Betapa Raffa ingin memeluknya dan mengatakan pada semua orang bahwa mereka adalah pasangan romantis tahun ini.
"Bangsat," Raffa terkekeh miris dengan pemikirannya itu. "Mana mungkin kayak gitu."
Kembali mata tajamnya memandangi Kinara yang sedang bernyanyi diatas panggung sana bersama Gilang melalui kaca mobilnya.
****
"Lo gak usah canggung." Kinara membuka pembicaraan antara dirinya dan lelaki berkacamata di sebelahnya.
Kinara tahu kalau Gilang pasti kurang nyaman sebab seusai acara ulang tahun, ralat, seusai Gilang menyatakan perasaannya kepada Kinara laki-laki itu seperti menghindar.
Gilang menggerakan leher ke samping. "Kenapa harus canggung?" ujarnya setenang mungkin.
Kinara mengangkat satu bahunya. "Kali aja."
Gilang tertawa renyah. "Enggak kok, tenang aja."
"Bagus kalo gitu."
Setelahnya tak ada lagi percakapan. Gilang dan Kinara sama-sama sedang menunggu di pinggir panggung untuk dipanggil. Dirga si ketua osis selaku pembawa acara ditemani pak Wijaya sang kepala sekolah masih menyampaikan salam pembukaan kepada seluruh siswa yang hadir.
"Ngomong-ngomong, kita nyanyi lagu apa, Lang?" Kinara bertanya menolehkan kepala sekilas.
"Sad song. Lo bisa, kan?"
"Bisa." Jawab Kinara cepat. "Tapi kenapa gak lagu yang ceria aja?"
Gilang menggelengkan kepala tidak tahu. "Gue juga gak tau. Itu panitia yang pilih."
Si perempuan membulatkan mulutnya. "Oh...oke deh."
Dua menit selanjutnya pembawa acara memanggil nama mereka berdua. Kinara menghembuskan nafas panjangnya. Meyakinkan diri kalau dia bisa meskipun tidak ada Raffa di sisinya.
Suara tepuk tangan yang riuh malah membuat kepercayaan diri Kinara sedikit hilang. Gadis itu takut kalau nanti akan kehilangan fokus.
Tanpa sadar tangannya sudah saling meremas saking gugupnya. Tiba-tiba Gilang menepuk bahu Kinara beberapa kali sehingga membuat Kinara mendongkak.
"Santai aja,"
Kinara menganggukan kepalanya. Menarik nafas kemudian sesudah itu mereka berdua mengambil posisi masing-masing.
Kinara mulai memegang mic di depannya dan Gilang yang mulai menekan tuts piano agar selaras dengan tempo bernyanyi Kinara.
[Gilang]
You and I,
We're like fireworks and symphonies exploding in the sky.
With you, I'm alive
Like all the missing pieces of my heart, they finally collide.
So stop time right here in the moonlight,
'Cause I don't ever wanna close my eyes.
Lidah Kinara terasa kelu. Tenggorokannya juga terasa kering. Dia bingung harus melakukan apa.
Sosok Raffa terlalu menguasai pikirannya untuk sekarang ini sehingga menyulitkan Kinara untuk berpikir. Sampai akhirnya dia melihat keempat sahabatnya memberikan semangat dari bawah panggung.
Kinara lalu memejamkan matanya satu detik.
[Kinara]
With you I fall.
It's like I'm leaving all my past in silhouettes upon the wall.
With you I'm a beautiful mess.
It's like we're standing hand in hand with all our fears upon the edge.
So stop time right here in the moonlight,
'Cause I don't ever wanna close my eyes.
Without you, I feel broke.
Like I'm half of a whole.
Without you, I've got no hand to hold.
Without you, I feel torn.
Like a sail in a storm.
Without you, I'm just a sad song.
Lagu tersebut terus mengalun indah. Akan tetapi jauh di dalam lubuk hati Kinara, dia menginginkan Raffa yang bernyanyi bersamanya. Menciptakan memori yang indah di akhir masa SMA bersama. Tapi kenyataannya, Raffa tidak ada.
[Gilang & Kinara]
Without you, I'm just a sad song.
I'm just a sad song.
****
Dalam heningnya malam, Raffa tersenyum bahagia melihat Kinara yang baik-baik saja walaupun tanpa dirinya.
Raffa terbatuk sebanyak dua kali. Dia lalu meraba dadanya yang terasa nyeri sekali. Laki-laki itu terus terbatuk sampai harus berpegangan kuat pada stir mobil.
Batuk Raffa tak kunjung reda. Kemudian dia memutuskan mengambil sebuah tisu dari dalam dashboard guna menutupi mulutnya sendiri.
Raffa merasa sesuatu keluar dari mulutnya. Berikutnya pemuda tersebut menjauhkan tisu digenggamannya untuk melihat.
Dan ternyata, itu adalah darahnya sendiri.
~♡×♡×♡~
Author Notes:
Raffa gak pantang nyerah kok. Dia pasti sembuh. Yakan???
Masih adakah yang belom bisa baca cerita gue, hah?.-.
To be continued,
Love, LuluAra
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top