12 - Kissing? Yes or Not? [r]
Davichi ft Verbal Jint - Be Warmed
"Diakhir cerita, semuanya akan baik-baik saja. Jika itu tak terjadi, maka itu bukanlah akhir sebuah cerita." -tumblr quote
-Cool Bad Boy
***
Mata tajam milik Raffa sedang memperhatikan sebuah rumah yang berjarak 4 meter dari tempat ia berdiri. Tepatnya, rumah tersebut adalah rumahnya Kinara, sementara Raffa sendiri berdiri di depan rumah Adrian, sahabatnya.
Lelaki itu menyilangkan kedua tangan di dada sembari bersandar di mobilnya. Melihat Kinara yang sekarang lagi meloncat-loncat kegirangan. Raffa tahu, sebab, gorden kamar gadis itu transparan, sehingga Raffa bisa melihat bayangan Kinara.
"Lo lucu juga ternyata," Katanya tersenyum kecil.
Handphone Raffa bergetar lama, menandakan ada panggilan masuk. Segera dia merogoh saku jaketnya, kemudian menggeser tombol hijau.
"Halo, Tante?"
"Kamu lagi dimana?"
"Di rumahnya Adrian, kenapa?"
"Pulang sekarang, ya? Ayah kamu ada di rumah Tante soalnya,"
Raffa langsung menegakan tubuhnya. Pegangan pada ponselnya jadi mengerat.
"Suruh dia pulang aja. Raffa gak mau ketemu sama dia." Nada bicaranya menjadi serius.
"Tante udah coba, tapi gak bisa. Lagian, Ayah kamu udah nunggu lama disini."
Hening beberapa detik.
"Raffa... Please?"
Mengembuskan nafas sejenak, Raffa lantas membuka pintu mobilnya. Masih di posisi menelfon, ia menjawab, "iya. Raffa pulang sekarang."
"Makasih, Nak. Kamu hati-hati di jalan."
"Hm."
Tut tut tut
***
Ananta memandangi anak satu-satunya itu dengan wajah memelas. Raffa masih saja terlihat kaku dan dingin jika berhadapan dengannya.
"Mau sampai kapan, Nak, kamu menghindari Ayah?" Ananta bertanya sedih. Sementara sang anak cuma tersenyum kecut.
"Anda gak pernah peduli sama saya. Oh, apa karena Kak Daffa udah nggak ada, Anda baru peduliin saya, gitu?" Balas Raffa sarkastik.
Dengan cepat Ananta geleng-geleng kepala. Bukan itu maksudnya, bukan sama sekali.
"Enggak, Nak, bukan gitu." Ananta mengeluarkan oksigen yang mulai terasa sesak di dadanya. "Raffa, kamu gak perlu bersikap kaku seperti ini."
"Dari dulu, Anda tidak pernah pedulikan hal itu."
Tania yang sedari tadi bungkam, langsung angkat bicara. Kalau begini caranya, Raffa tidak akan mau Ananta ajak pulang.
"Raffa, Ayah kamu udah luangin waktu kerjanya buat kamu, masa gak kamu hargain?" Tania memperingati secara halus.
"Dan Raffa gak pernah minta itu sama dia." Jawab laki-laki itu dingin.
"Tapi, Raffa-- "
Ananta lebih dulu menyela. "Udah Kak, sepertinya Raffa memang belum bisa terima aku disini."
"Bagus, kalo Anda sadar." Raffa melirik Tantenya, lalu berujar, "Raffa permisi ke atas dulu."
Tanpa menunggu persetujuan dari siapapun, pemuda tersebut melengos ke atas. Meninggalkan sang Ayah bersama Tantenya.
Tania mengusap bahu Adiknya pelan-pelan. "Maafin anak kamu, ya, Ta. Dia emang gitu, keras kepala dan gak suka dibantah."
Ananta memejamkan matanya beberapa detik. Mencoba menghilangkan rasa nyeri di dadanya akibat perlakuan Raffa. Tapi, memang wajar kalau anak itu membencinya, sebab Ananta sendiri tidak pernah peduli kepada Raffa.
"Justru aku, Kak, aku yang harusnya minta maaf. Bikin Kakak jadi kerepotan ngurusin Raffa."
"Ta, Raffa itu anak baik sebenernya. Cuma keadaan sekitar aja yang memaksa dia bersifat kebalikan," Tania mengambil jeda.
"Kamu tau, Ta, setiap anak yang dilahirkan ke dunia punya kelebihannya masing-masing. Begitu juga Raffa. Dia pintar, selalu mendapat juara pertama. Dan aku bangga akan hal itu. Seharusnya kamu juga. Tapi, Ta, kamu selalu aja memandang Raffa sebelah mata. Makanya gak salah kalau watak Raffa berubah dari yang lugu menjadi keras."
Selama mendengarkan penjelasan dari Tania, Ananta hanya menunduk malu. Ia menyesali segala perbuatannya terhadap Raffa, sungguh. Kalau Ananta bisa membeli waktu, dia pasti sudah membelinya sekarang juga. Mengorbankan semua harta yang dia punya untuk menikmati momen bersama Raffa.
"Demi Tuhan, Kak, aku menyesal."
Tania merasa sangat iba dengan adik semata wayangnya itu. Dia sendiri juga tidak tahu harus berbuat apa. Nasi sudah menjadi bubur, apalagi yang diharapkan?
"Udahlah Ta, lain kali kamu datang lagi kesini."
"Kakak selalu aja bilang gitu. Tapi, setiap kali aku kesini lagi yang aku dapatkan masih sama. Penolakan."
Alis Tania terangkat satu, "terus? Siapa yang bakal kamu salahkan? Takdir?"
Ananta seketika diam. Tidak bisa berkata apapun.
"Yaudah, aku pamit kalo gitu. Tapi, Kakak harus janji untuk terus membujuk Raffa supaya kembali ke rumahnya."
Tania mengangguk mantap. "Pasti!"
Dan tanpa mereka tahu, Raffa sudah menguping sejak tadi. Kedua tangannya mengepal, bibirnya membentuk garis tipis tidak suka.
***
Suzy - You Are My Star
Mendengarkan musik lewat earphone dan membaca novel adalah kegiatan Kinara saat ini. Anggita bilang, novel tersebut sangat direkomendasikan untuk Kinara. Suguhan kisah cinta romansa pada zaman perang membuat siapa saja pasti akan terbawa perasaan, alias baper.
Dan, ngomong-ngomong soal Anggita, gadis itu tidak masuk karena sakit. Sedangkan Bella, Prima dan Ica sedang pergi ke kantin. Ya, cuma Kinara sendirian yang duduk di taman sekarang.
Ketika tengah asyik membaca, sebuah tangan dari belakang terulur memberikan sekotak pepero untuk Kinara. Si pemilik mata teduh mendongkak, dan matanya langsung bertabrakan dengan mata tajam Raffa.
"Apa nih?" Tanya Kinara polos. Raffa memukulkan kotak pepero tersebut ke pipi kanan Kinara. "Salah,"
"Hah?"
"Pertanyaan lo salah, dasar lemot. Harusnya 'buat apa lo ngasih ini?' Gitu." Tutur Raffa seraya mendudukan bokongnya di samping Kinara.
"Ya, mana gue tau! Lo mah ngomongnya setengah-setengah." Perempuan itu membela dirinya.
"Lo aja yang lama mikir,"
Satu tangan Kinara mengadah ke atas, "ya, ya, ya. Terserah lo, Mr. Perfect!"
Kinara menatap Raffa kembali, "lagian, lo ngapain bisa ada disini? Bukannya lo lagi ngerjain ulangan susulan Fisika gara-gara ulah lo yang kabur waktu itu."
"Nanya singkat aja, jangan muter-muter kaya gitu." Ujar Raffa. Kinara mengernyitkan dahi tidak paham. "Maksudnya?"
"Lo tinggal tanya, 'kenapa lo ada disini? Bukannya lagi ulangan fisika?', gitu aja ribet banget." Raffa mengacak-acak rambutnya gemas. "Argh, kok gue juga jadi ikutan pusing. Gara-gara lo, sih." Telunjuknya mengarah pada Kinara.
Si gadis mencebikan bibir. "Dih, kok gue?"
Kinara melanjutkan lagi sesi membaca yang sempat tertunda. Kepala perempuan itu menunduk, fokus membaca.
"Mau gue tunjukin cara makan pepero yang asik gak?" Kata Raffa tiba-tiba. Tertarik, Kinara menggangguk antusias. "Boleh,"
Mendapat jawaban seperti itu, Raffa tersenyum penuh arti. Kemudian lelaki tersebut membuka bungkus pepero, mengambil satu batang dan menyodorkannya kepada Kinara.
"Apa?"
Raffa memasang wajah masam, "gigit lah, diapain lagi."
"Oh." Kinara lalu menggigit salah satu ujung pepero. Namun, belum sempat si perempuan benar-benar mematahkan peperonya Raffa sudah dulu berkata, "diem."
Dengan cepat, Raffa menggigit ujung satu nya lagi. Hal itu membuat jarak keduanya sangat dekat. Spontan saja Kinara melebarkan matanya kaget.
Perlahan-lahan, Raffa mulai menggigit pepero tersebut. Semakin banyak pepero yang Raffa makan, maka semakin dekat pula jarak wajahnya dengan Kinara. Sementara gadis itu cuma diam, tidak menggigit peperonya sama sekali. Iyalah! Yakali digigit, nanti mereka ciuman gimana?
Akan tetapi, sampai sudah beberapa senti pun, Raffa tetap menggigiti peperonya lagi dan lagi.
Kinara menahan nafas. Tubuhnya menegang begitu jarak keduanya semakin dekat. Jantungnya berdegup tidak karuan.
'Cukuuuppp! Teriak Kinara dalam hati.
Kini hidung mereka bersentuhan. Satu kali Raffa menggigit pepero itu lagi, maka habis sudah jarak diantara keduanya.
Krek
Demi Tuhaaaan!!!
~♡×♡×♡~
Author Note:
Mulmed: Raffa & Kinara
Jujur, aku kecewa banget sama kalian yang bilang 'Kok gue lebih srek Kinara sma Adrian ya?' Atau 'Aku lebih setuju Kinara sama Adrian' dan bla bla bla.
Guys please, aku ngehargain banget kok cara kalian berpikir dan mencermati isi cerita. Tapi aku tegasin, Kinara itu cuma buat Raffa. Begitu pun sebaliknya. Dan untuk kalian yang pengen Kinara sama Adrian jadian, lebih baik buang jauh-jauh harapan itu. Karena sampai kapanpun aku gak bakalan jodohin mereka berdua. They are just friends.
Aku menciptakan karakter Adrian deket sama Kinara karena memang seharusnya. Karena suatu saat nanti salah satu dari mereka akan ada yang patah hati, maka salah satu dari mereka juga yang akan membantu. Ngertikan?
Raffa tentu bakalan punya saingan nantinya, but that's not Adrian. Cerita ini masih panjang, so bakalan ada banyak kejutan dan juga karakter baru pastinya.
Tapi di balik itu semua, aku ngucapin terima kasih banyak sama kalian. Itu artinya kalian bener-bener baca cerita aku. And i hope u like it💛💛🙏🙏
To be continued,
Love, LuluAra
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top