04 - Empat Sekawan [r]
Charli XcX - Boom Clap!
"Tempat yang paling tepat untuk mengadu adalah, rumah. Rumah, yang di dalamnya terdapat keluarga yang harmonis." -Adrian Pramudiya
-Cool Bad Boy
****
Tidak ada yang berbeda di sekolah barunya Kinara ketika sedang upacara. Tetap sama sepeti di sekolahnya dulu. Hanya yang beda, upacara kali ini Kinara tidak dengan teman satu kelasnya.
'Ya, gara-gara gue juga sih yang telat bangun, makanya nggak sempet ke ruang TU.' Kinara membatin di tengah-tengah pembacaan Undang-Undang Dasar.
Kinara merasa dirinya adalah makhluk asing disini. Belum punya teman, cuma berdiri sendirian di barisan paling belakang. Mana postur tubuhnya kecil lagi, makin enggak keliatan jadinya. Tapi untung saja, dia tidak menggendong tas saat sedang upacara. Sebab kalau iya, makin aneh Kinara kelihatannya. Dan tasnya itu dibawa oleh Adrian entah kemana.
Kata Adrian, nanti dia akan menemui Kinara di Ruang Tata Usaha. Sedangkan Kinara sendiri tidak tahu dimana ruangan tersebut.
'Bangke sekali' Runtuk Kinara dalam hati.
"Stt, eh, murid baru,"
Kinara celingak-celinguk, dia bingung darimana asal suara itu.
"Ini, di depan." Kinara langsung mengerutkan keningnya heran. Ya, gimana enggak heran, orang yang ngomongnya saja tidak menoleh ke belakang.
"Lo pacarnya Adrian?" Siswi berambut ombre di depannya bertanya pelan.
"Bukan, kenapa emangnya?" Kinara balik nanya.
"Enggak sih, nanya aja." Secara mendadak siswi tersebut membalikan badan hingga saling berhadapan dengan Kinara. "Kenalin, gue Prima Anastasya, Ketua Murid 12 IPA 3. Tepatnya, barisan kelas yang lo tempatin sekarang."
Kinara mengerjap beberapa kali. "O-oh, oke. Salam kenal, gue Kinara Aurelia."
"Iya. Gue udah tau kok dari Adrian."
"Adrian?" Ulang Kinara.
Prima mengangguk satu kali. "Iya, Adrian. Dia titipin lo ke gue. Makannya tadi gue tanya, elo pacarnya apa bukan, eh, ternyata bukan."
"Gitu... Oh, iya, kalo boleh nanya, kenapa Ketua Murid baris di belakang? Biasanya juga di depan 'kan?"
Prima mengibaskan satu tangannya, "halah, gue mah bebas dimana aja, yang penting upacara."
"Bener juga, sih." Kinara berasumsi kalau Prima ini adalah tipe orang yang easy going gimana, gitu.
"Hey, kalian! Jangan ngobrol terus, liat ke depan."
Kinara cepat-cepat menundukan kepalanya. Lalu Prima kembali lagi ke posisi semula.
Setelah yakin pengawas tidak ada di belakangnya lagi, Kinara berbisik kepada Prima, "seneng bisa kenalan sama lo."
Prima memundurkan wajahnya dan berdesis, "gue juga."
***
"Woy, Yan! Kemane aja lo?" Panggil Naufal.
Biar mengerti. Mari kita jelaskan secara rinci tentang perkumpulan Adrian ini.
Anak-anak memanggilnya, Empat Sekawan. Entah apa sebabnya dinamai Empat Sekawan, yang pasti mereka selalu berempat kemana-mana. Dan, empat cowok keren ini juga yang paling bandel alias nakal seantero sekolahan. Nama dan wajah mereka sudah dikenali oleh semua guru. Bukan karena prestasinya, tapi reputasi bejatnya.
Empat Sekawan, terdiri dari;
1. Raffa Elnandhio Samudera
Cowok dengan penampilan urakan ini adalah siswa yang menduduki peringkat paling atas sebagai Most Wanted. Jangan dilihat dari gelarnya yang 'nakal', Raffa ini ternyata punya IQ di atas rata-rata, atau bisa dibilang jenius!
Jangan tanya gimana rupanya, Raffa itu adalah ciptaan Tuhan yang tanpa cela. Semua dari diri Raffa sangat diidola-idolakan semua orang. Alis tebal, mata tajam, hidung mancung tegas, siapa yang enggak tergoda?
Dan hebatnya lagi, bukan hanya di sekolahan saja, semua orang yang lewat pun pasti akan melirik dua kali kalau sedang berpapasan sama Raffa.
Sempurna. Hanya itu yang dapat mendeskripsikan sosok Raffa. Namun, jauh dari raganya, jiwa Raffa kosong.
2. Adrian Pramudiya.
Sebenarnya tidak ada yang membanggakan dari seorang Adrian yang terkenal pecicilan dan kadang ngeselin itu. Iya, dia emang cowok yang tingkat ketampananya sama kayak Raffa. Tapi tetap saja, Raffa lebih unggul darinya.
Selain itu, cowok yang akrab di sapa Ian ini juga punya keluarga yang harmonis, seharmonis keluarga yang bahagia. Dan itulah hal yang patut dia banggakan.
Memiliki rumah untuk kembali dan berlindung dari apapun. Dan itu adalah sebuah keluarga.
3. Naufal Prasetyo.
Wajahnya macho dan imut-imut bagaikan member boyband negeri ginseng sana, yang diidolakan Kinara juga. Eh, tapi jangan ketipu sama fisiknya aja, ya, imut-imut gitu Naufal juga sering bentrok di jalan.
4. Ivan Januar.
Jangan tanya gimana fisiknya. Sudah pasti keren kayak yang di atas. Tapi tidak ada yang tahu kalo sebenernya dia itu suka sama girlband yang namanya Sistar.
Siapa sih yang tidak tahu dengan girlband asal Korea Selatan yang satu itu. Bodi mereka yang gak kalah seksinya-- apalagi Hyorin-- sama Victoria Secret pun mampu membuat kaum adam tergila-gila. Termasuk si Ivan.
Mungkin cukup sekian saja perkenalan dengan Empat sekawan ini. Selebihnya, kita ceritakan nanti.
"Gue abis nganterin dulu murid baru," Sahut Adrian. Lalu duduk disebelah Naufal. Dan meletakan tas Kinara di sampingnya.
"Minta satu, Fal." Naufal mengerti, dia langsung memberi sebatang rokok kepada Adrian.
Jika kalian bertanya, mengapa Empat Sekawan berani merokok di sekolah saat upacara sedang berlangsung, alasannya, ya, karena Raffa adalah cucu dari pemilik sekolahan. Tidak ada yang berani melawan, sebab kalau ada, urusannya bisa panjang.
"Itu tas sape, dah, Yan?" Naufal bertanya sembari melirik tas berwarna baby blue.
Adrian menyulut rokok menggunakan pematik. Setelah itu dia menjawab, "oh itu, punya si Kinara. Murid baru yang tadi pagi barengan sama gue."
"Kenapa bisa barengan sama lo? Jangan-jangan... " Ivan menyipitkan mata curiga. "Bukan bego, dia tetangga baru gua." Sela Adrian memutar bola mata malas.
"Raffa! Ngomong kenapa lo, diem aja kek patung." Celetuk Naufal.
Raffa menoleh ke samping. "Ngomong apa?"
"Ya, apa kek!"
"Murid barunya lagi upacara, Yan?" Mata tajamnya menatap Adrian. Yang ditanya menganggukan kepala, "iye."
"Yee, si babi, itu mah gua juga tau." Cerca Naufal. "Serah dah, susah ngajak ngomong sama lu mah, bray.. "
Sebenarnya, Raffa itu orang yang usil dan asik ketika diajak ngobrol. Tapi, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melihatnya. Misalnya, Empat Sekawan.
Seusai perkataan Naufal, tidak ada lagi yang buka suara. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Termasuk Raffa yang melamun, memikirkan bagaimana nasibnya nanti ke depan. Akankah dia baik-baik saja? Atau sikap nakalnya tidak akan berubah sama sekali? Ah, persetan dengan itu. Raffa belum mau memikirkan apapun tentang masa depan. Dia cuma ingin menikmati masa-masa indahnya di SMA, menjadi apa yang dia mau. Ya, itulah Raffa.
Tiga menit selanjutnya, suara ramai murid pun terdengar di ujung koridor sana, artinya upacara sudah selesai. Dan biasanya, ada waktu sepuluh menit untuk istirahat, sebelum masuk kelas tepatnya.
Adrian memberi tatapan jenaka untuk ketiga temannya, "lapangan bro, sikat!"
"Siap, jendral!"
***
Sudah menjadi hal lumrah kalau Empat Sekawan selalu jadi pusat perhatian. Siswi-siswi pasti berteriak kala empat cowok ganteng nan keren itu melewati koridor.
"Yaampun... Raffa nya ganteng banget sih..."
"Kayaknya Tuhan lagi bahagia deh waktu nyiptain si Raffa,"
"Adrian lesung pipinya gak nahan!! Macayy..."
"Van bodi gue asik loh..."
"Kalo gue mah iri sama muka imutnya si Naufal,"
Dan banyak lagi pujian-pujian dari cewek seantero sekolah untuk mereka berempat.
***
Begitu sampai di lapangan, mereka langsung mengambil bola basket dan bermain diiringi dengan teriakan histeris para siswi di sekitarnya.
Adrian teringat sesuatu, lalu segera dia merogoh saku celananya dan mengambil ponselnya.
Dia mencari seseorang di log contak dengan inisial 'P'. Lalu mengetikan pesan singkat disana.
To; Prima
Prim, anterin Kinar keruang TU. Buruan!
Send.
"Gue, ke ruang Tata Usaha dulu bentar," Ijin Adrian pada teman-temannya. Ketiga temannya itu mengangguk singkat dan bermain basket kembali.
***
"Oh, gitu.. jadi lo suka sama drama korea, ya?" Tanya Prima. Kinara tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
Saat ini, mereka sedang ada di lorong menuju tangga. Kinara diajak oleh Prima untuk ke kelasnya terlebih dulu sementara dia menunggu Adrian.
"Cuma drama-drama gitu aja yang lo suka?" Tanya Prima lagi pada Kinara.
Gadis itu menggelengkan kepalanya, "nggak kok, gue suka film-film hollywood, terus american-pop juga suka. Eh, lagu jepang juga enak kok. Nghh-- musik klasik juga-- "
"Semuanya aja lo absen," Cibir Prima sambil terkekeh.
"Kalo lo pasti sukanya yang berbau kebarat-baratan gitu, ya? Kaya anak cheers pada umumnya. Iya, kan?"
"Nggak terlalu sih, gue sukanya lebih ke musik rock gitu."
Mulut Kinara terbuka, ia tidak percaya cewek girly seperti Prima menyukai musik aliran keras. Oh, my, yang bener aja!
Prima tertawa geli melihat ekspresi lucu dari Kinara. Ia yakin, Kinara pasti kaget mendengarnya.
"Kenapa? Kaget, ya? Gak heran sih, rata-rata emang gitu."
Drrrttt
Benda canggih dalam saku rok Prima bergetar, menandakan ada pesan masuk.
"Eh, bentar, Kin." Sela Prima.
From; Adrian
Prim, anterin Kinar keruang TU. Buruan!
Prima berdecak sebal, "Cih, nyuruh aja sih ini anak,"
"Kenapa Prim?"
"Ini, Adrian nyuruh gue. Katanya, suruh anterin lo keruang TU sekarang." Jawab Prima.
"Ayo," belum sempat Kinara berpikir, Prima sudah menarik tangannya lebih dulu.
***
Setelah sampai di depan ruang Tata Usaha, Kinara dan Prima langsung melihat Adrian yang tengah berdiri sembari menyender di salah satu pilar dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celananya.
Dan tentu saja, tas milik Kinara masih setia ditenteng oleh Adrian.
"Lama banget sih, lo." Protes Adrian kepada Prima. Gadis itu memutar bola matanya kesal, "Kerjaan lo itu cuma nyuruh doang, ya?"
Kinara mirip orang bego, cuma melengo saja, tidak mengerti apa yang terjadi.
"Yaudah iye, makasih." Ujar Adrian ogah-ogahan.
"Yang ikhlas dong ah!" Prima memainkan kuku-kukunya yang dicat berwarna hijau tosca itu.
Kali ini ,Adrian yang memutar bola matanya jengah, "makasih, Prima yang can-tik." Adrian menekankan kata 'cantik' di dalamnya.
Prima menyunggingkan senyum kemenangan, "nah, gitu dong. 'Kan enak gue dengernya," Sahut Prima.
"Yaudah, kalo gitu gue balik ke kelas ya." Lanjut Prima melirik Kinara. "Dah!"
"Dadah! Makasih, ya, Prim!"
***
"Yaampun! Gue gak nyangka, ternyata lo masuk kelas gue." Adrian ribut sendiri. "Ya, gue juga nggak, sih." balas Kinara seraya terkikik geli.
"Akhirnya, setelah sekian lama ada juga murid imut-imut lucu di kelas gue."
Kinara cengo, "hah? Emang yang lainnya kenapa?"
"Yang lainnya ganas,"
Kinara tersenyum penuh arti, "mmm... Gue juga ganas, lho."
Adrian melotot, "E, buset!"
"Bercanda."
"Gua kira beneran," Adrian menghembuskan nafas panjang. "Oh iya, ini tas lo."
Kinara menerima tas tersebut dan tersenyum manis, "makasih ya, sori jadi ngerepotin."
"Santai aja. Bicara-bicara, lo mau gue anterin ke kelas, nggak?"
Si perempuan diam, berpikir. "Gak usah deh, gue sekalian mau liat-liat dulu."
"Oh, oke. Kalo gitu gue ke lapang dulu, ye. Dah!"
"Dadah!" Raut wajah Kinara berubah khawatir saat melihat Adrian berjalan mundur. Bukan apa-apa, soalnya di belakang Adrian ada selokan kecil. "Eh, Adrian, awas!"
Bruk.
"Anjing, pantat gue!
***
"
Yan, jalan lo napa begitu?" Ivan memperhatikan cara berjalan Adrian. "Gue jatoh barusan."
"Kok bisa?"
"Ya, bisalah! Namanya juga takdir." Adrian merampas bola basket dari Naufal. Menggiringnya sendirian.
"E, bangsat! Maen ambil aja lo."
"Kejar dong," Adrian menyunggingkan senyum miringnya. Oh, Naufal mengerti. Dan tidak lama, mereka berempat langsung tanding. Adrian bersama Raffa melawan Naufal dan Ivan.
"Yan! Oper ke gue!" Teriak Raffa. Adrian dengan tubuh tingginya melemparkan bola itu keatas udara.
Dan dengan sigap Raffa menangkapnya. Lelaki itu menggiring bola sampai ke ring dengan lincah tanpa cela. Lalu, dia menshoot bola tersebut.
Jangan ditanya apakah bola itu masuk atau tidak. Sang mascot adalah jagonya dalam urusan ini. Semua orang tahu itu. Namun, Raffa bukanlah si ketua basket. Pemuda tersrbut tidak punya waktu untuk mengurusi hal-hal yang menurutnya tidak penting.
"Raffa! Raffa! Raffa!"
Sorakan bersemangat itu berasal dari cewek-cewek di pinggir lapang. Mereka semua berteriak girang ketika bola oranye tersebut masuk ke dalam ring.
"Yes!"
Raffa lantas memberi high five kepada teman-temannya.
"Curang lo ah, si Raffa 'kan jago." Ivan memprotes.
"Ye, biarin dong." Balas Adrian. "Eh iya, Raff, lo mau gua kenalin sama murid baru, kagak?"
Raffa yang sedang menyisir rambut basahnya mengangkat satu alis menatap Adrian. "Hah? Siapa?"
"Murid baru, si Kinara. Anaknya menggemaskan bro, tipe tipe lo lah," Adrian menaik turunkan kedua alisnya. "Gimana?"
"Gak lah, enggak tertarik."
"Ya iyalah, Raffa 'kan sukanya sama yang dewasa." Gurau Ivan. "Goblok, suka bener kalo ngomong,"
Ivan tertawa keras mendengar jawaban Raffa. Meski Ivan tahu Raffa sama bercandanya dengannya.
~×♡×♡×~
Author Note:
To Be Continued,
Love, LuluAra
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top