Epilog
"Saya ini hidup atau bertahan untuk mati?" Pada akhirnya, Baylor hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri.
Semua yang hidup akan mati kan? Ya, kematian yang berada di depan mata, entah kapan akan menjemputnya.
Ia beranjak setelah berlama-lama duduk, hingga meninggalkan bekas hangat di atas kasur. Tulangnya juga terasa pegal bukan main.
Diambilnya enam buah sticky notes pemberian dari teman-temannya, dibacanya untuk yang kesekian kali. Biar selalu jadi rahasia apa yang mereka tulis, karena Baylor tidak ingin sembarang orang bisa membacanya.
Baylor berjalan menuju jendela yang terbuka sejak tadi. Menghirup udara di tempat yang berbeda dengan mereka. Jakarta mungkin hanya bagian kecil dari keseluruhan negeri ini, tetapi di setiap sudut yang ada di sana tidak lepas memberi pelajaran.
Walau raganya sekarang berada di sini, tetapi kepalanya tertanam di sana.
"Saya hidup untuk diri saya sendiri, orangtua saya, dan mereka yang saya cintai."
Fase mengikhlaskan yang Kirana ajarkan akan Baylor terapkan, semangat berdangang Gery, sifat religius Restu, solidaritas Nata setelah sadar, serta jiwa bar-bar tapi perduli seorang Jefri, semua sangat penting bagi hidupnya mendatang.
Kecuali jika ia tak dapat bertahan untuk hidup, maka Baylor akan memilih pilihan kedua, yaitu bertahan untuk mati.
Ya, itulah jawaban dari serangkaian kisah Baylor. Teruntuk kalian, apa alasan yang membuat kalian bertahan sampai detik ini?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top