TEMBOK HATI

KOSAKATA

1. Daebi Mama = Ibu suri

2. Jusang Jeonha = Yang Mulia Raja, orang-orang terdekatnya (keluarga) bisa memanggil Jusang. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya bisa memanggilnya dengan singkatan Jeonha saja

3. Jungjeong Mama = Yang Mulia Ratu, orang-orang terdekatnya (keluarga) memanggilnya dengan sebutan Jungjeon.

4. Sanggung = Dayang istana ranking satu (jabatan tertinggi dayang Istana)

5. Saranghae = Aku mencintaimu

6. Wang Daebi Mama = Ibu Suri Agung, nenek dari Raja dan biasa dipanggil Halma Mama oleh Raja.

----

Lee Hwon membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Padang rumput luas membentang. Perlahan dia menatap ke arah barat. Menatap matahari yang perlahan terbenam . Cahayanya yang hangat berganti dengan cahaya lembut dari timur. Lee Hwon berbalik dan melihat bulan muncul menggantikannya. Begitu anggun, membuatnya terspesona. Cahayanya yang lembut menimpa padang rumput. Seketika sebuah pemandangan yang magis tersaji di hadapannya.

"Jeonha," sebuah suara terdengar lembut memanggil, membuatnya melangkahkan kaki mendekati suara itu. Suara yang begitu di rindukannya. Ribuan kunang-kunang mengikuti langkahnya sampai dia tiba di satu titik. Dimana seorang perempuan berdiri tidak jauh darinya. Kunang-kunang itu beralih dari dirinya dan mendekati perempuan itu. Cahaya bulan dan cahaya kunang-kunang membuatnya bisa melihat sosok perempuan yang berada di hadapannya.

Perempuan itu mengenakan jeogori (atasan hanbok) berwarna merah muda dengan chima (bawahan hanbok, rok) berwarna merah tua. Rambutnya yang dikempang dihias dengan baetsi senada di kepalanya. Senyumannya begitu lembut, sama seperti dulu. Memancarkan ketulusan. Perlahan Lee Hwon mendekati sosok itu dan memeluknya.

"Aku merindukanmu, Yeon Woo. Aku sangat merindukanmu," ucap Lee Hwon lembut dan sosok itu memeluknya dengan erat.

"Jeonha, mimpi kita. Anda tidak lupa, bukan?" tanya Yeon Woo.

"Tidak. Aku tidak lupa. Kita akan mewujudkannya. Sebuah negeri yang sejahtera seperti mimpi kita, bukan?" ucap Lee Hwon dan seketika pemandangan di sekitarnya berubah. Dari padang rumput luas menjadi padang es. Lee Hwon merasakan hawa yang begitu dingin.

"Yeon Woo, aku sangat merindukanmu?" tanya Lee Hwon sambil memeluk erat kekasihnya itu.

"Jeonha, saranghae," ucap Yeon Woo dan es tempat mereka berdua berpijak retak. Mereka berdua jatuh kedalam sungai yang dingin. Yeon Woo terlepas dari tangannya dan perlahan jatuh sampai ke dasar. Lee Hwon mencoba meraihnya, tetapi tidak bisa. Tenaganya perlahan melemah.

"Jeonha," sebuah suara lain terdengar dan seseorang menariknya dari sungai. Suara yang sangat dibencinya. Dia pun tersentak bangun.

"Jeonha, Anda tidak apa-apa?" tanya Yoon Bo-kyung dengan suara yang terdengar sangat panik. Lee Hwon merasakan sakit di kepalanya. Perlahan dia duduk dan melihat perempuan yang dibencinya itu berada di sampingnya hanya dengan mengenakan Sokgot. Lee Hwon mendorongnya dan segera berdiri. Rasa panik menderanya.

"Jungjeon, apa yang kamu lakukan?" tanya Lee Hwon dengan suara keras. Hatinya dipenuhi amarah yang meluap.

"Saya hanya berusaha menghangatkan tubuh Anda, tetapi Anda tadi mengigau dan saya takut kalau Anda akan dibawa pergi oleh Nona Heo," ucap Yoon Bo-kyung. Lee Hwon tidak tahu harus berkata apa kepada Yoon Bo-kyung karena kemarahannya yang meluap, membuatnya tidak bisa berpikir. Dengan kesal dia keluar dari ruang tidurnya dan meninggalkan Yoon Bo-kyung sendirian di ruang tidur itu.

"Perempuan itu. Perempuan itu beraninya masuk ke ruang tidurku dan tidur di sampingku," ucap Lee Hwon dengan amarah yang meluap. Kasim Go yang terus berjaga di depan ruang tidur Raja segera mendekatinya.

"Jeonha, syukurlah Anda telah sadar," ucap Kasim Go dan Lee Hwon menatap Kasim Go dengan kesal. Salah satu alisnya terangkat.

"Kasim Go, aku memerintahkanmu untuk tidak pernah membiarkan Jungjeon masuk ke dalam kamarku. Mengapa perempuan itu sekarang berada di kamarku?" bentak Lee Hwon, tetapi Kasim yang sudah berumur empat puluh tahun itu terlihat tenang. Tidak takut dengan laki-laki yang memarahinya.

"Jeonha, tadi Anda jatuh kedalam sungai Han yang dingin. Anda tidak sadarkan diri. Tabib menyarankan Jungjeon mama untuk menghangatkan tubuh Anda," ucap Kasim Go dan Lee Hwon merasakan sakit di kepalanya. Lintasan pristiwa yang dialaminya kini terngiang di pikirannya.

Dia mendapat laporan dari polisi rahasia dari uigembu kalau terjadi kecurangan dalam pendulangan es. Hal itu membuatnya segera pergi ke sungai Han untuk mengawasi secara langsung pendulangan es. Saat dia sedang mengawasi itulah, tiba-tiba es yang dipijaknya retak. Dia terjerembab ke dalam sungai Han yang dingin. Awalnya dia berusaha untuk keluar sendiri, tetapi dinginnya air membuatnya tidak kuat. Tidak lama kemudian, akhirnya dia tidak sadarkan diri.

Lee Hwon menatap sekitarnya dan Sokgot yang dikenakannya. Tampaknya pengawalnya berhasil menyelamatkannya dan membawanya ke Istana. Lalu perempuan itu, Yoon Bo-kyung berusaha membuat suhu tubuhnya stabil. Lee Hwon memegang keningnya. Dia sudah bertindak kasar tadi, tanpa tahu kalau perempuan itu sedang berusaha menyelamatkannya. Lee Hwon memegang pintu dan menggesernya untuk masuk. Namun, saat pintu terbuka sedikit dia berhenti. Sosok Yoon Bo-kyung yang sedang menahan tangis terlihat dari celah pintu. Lee Hwon menarik tangannya dan berbalik menatap Kasim Go.

"Suruh pelayan untuk membantu Jungjeon berpakaian dan antar di ke Istananya," ucap Lee Hwon dingin dan pergi ke ruang lain.

"Panggil juga Tabib Kang, kepalaku terasa sakit," ucap Lee Hwon lagi.

"Baik, Jeonha," ucap Kasim Go dan bergegas melakukan apa yang diperintahkan oleh Raja-nya.

***

"Anda belum boleh beraktivitas, Jeonha," ucap Tabib Kang setelah memeriksa nadi Lee Hwon. Lee Hwon menghela nafas, sudah dua hari dia tidak bisa beraktivitas seperti biasa setelah jatuh kedalam air sungai yang dingin. Pekerjaan yang di tunda selama dua hari ini sudah menunggu untuk dikerjakan. Belum lagi dia harus mengawasi penyelidikan terhadap pristiwa pendulangan es yang berakhir buruk. Begitu banyak orang yang mati dalam pristiwa itu. Tercatat tiga puluh orang meninggal dunia yang terdiri dari petugas bagian es Istana dan rakyat sipil yang dipekerjakan oleh Istana.

"Jadi aku harus berada disini terus? Sampai kapan?" pekik Lee Hwon dengan kesal.

"Sabarlah, Jeonha. Dengan pengobatan dan metode khusus yang hamba berikan, hamba yakin Anda akan pulih dalam seminggu. Suhu tubuh Anda naik turun, membuat saya khawatir kondisi Anda akan semakin buruk jika tidak menerima perawatan," ucap Tabib Kang dengan suara tenang.

"Metode khusus?"

"Benar, Jeonha," balas Tabib Kang tanpa memberi penjelasan lebih jauh.

"Kasim Go, bawa semua dokumen yang aku letakkan di ruang kerjaku," ucap Lee Hwon dengan suara tegas.

"Namun, Tabib mengatakan Anda harus beristirahat, Jeonha,"

"Aku tidak dalam keadaan sekarat, Kasim Go. Bawa dokumen itu sekarang!" ucap Lee Hwon dengan suara menggelegar, membuat Kasim Go segera mundur dan memerintahkan Kasim yang berada di bawahnya ke ruang kerja Lee Hwon.

"Tabib Kang, kurasa Anda bisa kembali ke tempat Anda,"

"Hamba harus mengawasi kesehatan Anda, Jeonha,"

"Aku tahu. Aku hargai usaha kalian, tetapi aku merasa sesak nafas jika kalian semua berada disini," ucap Lee Hwon sambi menatap sekelilingnya. Tidak hanya Tabib Kang yang berada disana, beberapa Tabib Istana yang senior pun ada di ruangan itu.

"Maafkan kami, Jeonha. Kami akan memberi ruang lebih kepada Anda," ucap tabib yang lain dan segera mundur dari ruangan.

"Lalu kamu, Tabib Kang. Bukankah sudah kukatakan kalau kamu sebaiknya kembali ke tempatmu? Jika ada kondisiku memburuk, aku akan langsung memanggilmu," ucap Lee Hwon dengan mata membelak. Tabib Kang yang semula tenang merasa bulu kuduknya berdiri.

"Hamba tahu, Jeonha. Namun Jungjeon Mama berkata kalau hal buruk terjadi kepada Anda sedikit saja, maka.." ucap Tabib Kang tetapi tidak berani untuk mengucapkan seluruh kalimatnya.

"Katakan kepada Jungjeon, kalau aku sehat. Sekarang pergilah! Sebelum kesabaranku habis," ucap Lee Hwon dan Tabib Kang terpaksa mundur. Lee Hwon menghela nafas. Akhirnya ruangannya lebih luang dari sebelumnya.

"Jusang Jeonha, hamba telah membawakan dokumen yang Anda minta," ucap Kasim Go sambil menyerahkan sebuah buku.

"Mengapa hanya satu yang kamu bawa?"

"Maafkan hamba, Jeonha. Jungjeon Mama berpesan kalau hamba tidak boleh membiarkan Anda bekerja keras,"

"Kasim Go, siapa yang menjadi tuanmu? Aku atau Jungjeon?" tanya Lee Hwon dengan suara lirih yang dingin dan sinis. Namun, kasim yang telah melayani sejak kecil itu tetap tenang. Dia sudah terbiasa dengan kemarahan Lee Hwon dan jarang ketakutan olehnya.

"Jungjeon Mama berpesan, jika Jusang Jeonha tidak bisa berisitirahat maka Jungjeon Mama akan mengajak Wang Daebi Mama dan Daebi Mama untuk menemani Jeonha agar tidak merasa sepi," ucap Kasim Go, Lee Hwon terdiam. Wajahnya kaku seketika. Dia terkejut dengan ucapan Kasim Go. Kedatangan Halma mama dan Eomma mama, hanya akan membuatnya tidak nyaman. Kedua perempuan yang dia hormati itu tidak mungkin dilarangnya untuk masuk ke Istananya. Jika keduanya ada disini, mereka akan melarangnya untuk melangkah seincipun dari futon. Mereka akan memaksanya tidur dan berbaring. Mereka tidak segan untuk menangis dan merengek memintanya istirahat.

"Perempuan licik itu," ucap Lee Hwon dan tersenyum, tetapi senyuman itu langsung hilang. Ada rasa sakit yang menderanya setiap mengingat wajah Yoon Bo-kyung.

"Pergilah!" ucap Lee Hwon dan Kasim Go menurut sehingga mundur dari ruang tidur Lee Hwon. Lee Hwon menatap buku yang berada di tangannya. Awalnya dia begitu serius membacanya, tetapi dia terganggu oleh ingatannya akan mimpi yang dialaminya. Dia bermimpi melihat Yeon Woo, masih seperti tujuh tahun yang lalu. Wajahnya tidak berubah, senyumannya dan kata-katanya masih sama seperti sebelum mereka berpisah untuk selamanya.

Yeon Woo adalah perempuan dengan pemikiran yang luas. Dia tidak hanya memimpikan kesejahteraan di Joseon, tetapi berusaha mewujudkannya. Yeon Woo tidak pernah bermewah-mewah. Dia pergi ke setiap sudut Hanyang, menemui orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Yang kelaparan, dia beri makanan. Yang sakit, dia obati. Sekalipun Yeon Woo adalah perempuan bangsawan, dia begitu rendah hati. Tidak segan menyentuh rakyat biasa.

Siapa pun akan mencintai dan menyayanginya. Termasuk Lee Hwon.

Akan tetapi, dia tidak bisa melindungi perempuan yang dicintai dan dikaguminya itu. Sekelompok orang tidak dikenal menyerang rombongan keluarga Heo yang diasingkan, saat mereka berangkat menuju Pulau Tamra)*. Sebagian dari rombongan itu jatuh dari tebing ke dalam lautan, sebagian lagi terbaring diatas tebing dalam keadaan mengenaskan. Satu-satunya yang selamat adalah pelayan perempuan Yeon Woo. Dia berkata kalau Yeon Woo jatuh dari tebing ke dalam laut. Hingga sekarang jenazahnya belum ditemukan.
)*  Pulau Tamra pada zaman Joseon dan sekarang namanya Pulau Jeju

Lee Hwon meremas buku yang berada di tangannya. Air matanya jatuh. Bukan saja di dunia nyata, bahkan di dalam mimpi pun dia tidak bisa menyelamatkan orang yang dicintainya. Jika membunuh diri sendiri bukan dosa, dia sudah melakukannya. Namun, Lee Hwon sadar kalau dirinya bukan lagi milik dirinya sendiri. Dia adalah milik rakyat Joseon. Dia harus mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat Joseon seperti mimpinya. Seperti harapan Yeon Woo.

"Jeonha, maafkan hamba," ucap Kasim Go yang mendadak membuka pintu ruang tidur.

"Jungjeong Mama menitipkan ini kepada hamba. Herbal yang akan membuat Anda segera sembuh. Tolong diminum, Jeonha," ucap Kasim Go dan meletakkan secawan herbal di atas meja yang sedang digunakan oleh Lee Hwon.

"Pergilah!" ucap Lee Hwon kepada Kasim Go yang segera mundur. Lee Hwon menatap cawan berisi herbal yang berada dihadapannya. Awalnya dia meminumnya sedikit, tetapi segera membuang sisanya.

"Yoon Bo-kyung-ah. Tidak pahamkah kamu? Sekalipun obat yang kamu berikan, semuanya terasa racun bagiku. Apa yang kamu lakukan tidak bisa aku lupakan," ucap Lee Hwon dengan suara gemetar. Diingatnya pristiwa boneka sihir yang membuat Heo Yeon Woo diasingkan bersama keluarganya yang dituduh melakukan konspirasi.

"Kamu yang sudah meletakkan boneka itu," gumam Lee Hwon lagi. Rasa sakit selintas terasa di ulu hatinya. Dia yakin kalau Yoon Bo-kyung pelakunya karena hanya dia yang mengunjungi Heo Yeon Woo sebelum investigasi mendadak dilakukan. Para pelayan keluarga Heo, pasti tidak mengkhianati keluarga Heo yang baik hati itu.

Lee Hwon menghela nafas. Dia selalu merasa menyesal mengapa dirinya tidak meminta penyelidikan dilakukan kepada Yoon Bo-kyung saat itu. Dia sangat menghargai sahabatnya, Yoon Seung Jae sehingga tidak melakukan hal itu. Yoon Seung Jae terus membela adiknya mati-matian. Yoon Seung Jae berkata kalau adiknya bukan orang yang menghalalkan segala cara untuk meraih tahta. Selain itu Yoon Bo-kyung sekalipun tahu, tidak mengekspose hubungan istimewa dirinya dengan Heo Yeon Woo sebelum pemilihan sejabin.

Akan tetapi, setelah Heo Yeon Woo meninggal maka pemikirannya berubah. Apa yang menjadi asumsinya sudah dianggapnya sebagai kebenaran. Ditambah lagi, Yoon Seung Jae tiba-tiba mengasingkan diri ke perbatasan Joseon setelah kematian Heo Yeo Woo. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Dia akan menyelidikinya sampai akhir. Jika benar, Yoon Bo-kyung berada dibalik pristiwa boneka sihir maka dia akan menghukumnya dengan tegas. Sampai sekarang dia mencari tahu dan mengumpulkan bukti karena dia yakin pristiwa itu tidak hanya melibatkan satu orang saja.

Dia akan menunggu waktu untuk membalas rasa sakit di hatinya karena kehilangan orang yang sangat dicintainya. Dia membangun tembok sangat tinggi di hatinya sampai kebenaran terungkap. Sampai detik itu, dia tidak akan pernah membuka pintu hatinya untuk Yoon Bo-kyung.

Lee Hwon kembali membuka buku yang dibawakan oleh Kasim Go untuknya. Buku yang berisi tentang keluhan yang datang dari daerah-daerah di luar Hanyang. Sudah sebulan ini dia menyewa orang di luar Istana untuk mendata kondisi di luar Hanyang. Dia melakukannya karena curiga dengan Perdana Menteri Yoon, mertuanya itu melaporkan kebohongan.

Buku yang dipegangnya baru satu dari antara puluhan buku yang diterimanya dari orang yang disewanya. Tidak banyak perbedaan. Namun, mengapa dia terus merasa ada yang aneh? Apakah orang yang disewanya pun sebenarnya berada di pihak Perdana Menteri Yoon? Lee Hwon menghela nafas. Dia harus memikirkan cara lain. Dia harus berjuang sampai mimpinya dan mimpi Heo Yeon Woo terwujud.

Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Joseon, adalah mimpi mereka berdua. Mimpi itu akan diperjuangkannya hingga akhir.

***

Yoon Bo-kyung keluar dari Istananya dan berjalan perlahan diikuti oleh Park Sanggung di belakang. Hari sudah sangat larut. Mereka berjalan menuju Istana tempat Lee Hwon tinggal. Kasim Go sedang berdiri di depan pintu, membukukkan sedikit badannya kepada Yoon Bo-kyunga.

"Bagaimana kondisi Jusang Jeonha?" tanya Yoon Bo-kyung.

"Berkat perhatian Anda, keadaannya semakin membaik. Namun, obat herbal yang Anda berikan tidak diminumnya," jawab Kasim Go.

"Kamu melakukan apa yang aku perintahkan?"

"Ya, Jungjeon Mama. Hamba tidak membiarkan Jusang Jeonha bekerja keras,"

"Baguslah, Kasim Go. Terimakasih untuk bantuanmu," ucap Yoon Bo-kyung dengan seulas senyum di wajahnya.

"Hamba juga telah memasukkan ramuan tidur kedalam minuman Jusang Jeonha seperti perintah Anda," ucap Kasim Go.

"Terimakasih, Kasim Go. Aku tahu ini tidak benar, tetapi Tabib Kang mengatakan kalau aku harus melakukannya selama seminggu ini. Jadi Jusang Jeonha harus benar-benar tidur ketika aku datang,"

"Hamba mengerti Jungjeon Mama," ucap Kasim Go dan laki-laki itu pun membuka pintu Istana dan membawa Yoon Bo-kyung masuk kedalam Istana sampai kedepan ruang tidur Lee Hwon. Setelah itu Yoon Bo-kyung masuk sendiri ke dalam. Park Sanggung menunggu di luar ruang tidur bersama Kasim Go. Hanya mereka berdua yang berjaga di luar. Semua pelayan telah disuruh pergi keluar.

Yoon Bo-kyung melepas sendiri pakaian yang dikenakannya didalam ruang tidur Lee Hwon. Sampai tersisa Sokgot)*-nya saja. Ditatapnya wajah Lee Hwon yang pucat. Setiap malam suhu laki-laki itu kerap tidak stabil. Tabib Kang mengatakan sebaiknya dia bisa menghangatkan tubuh Lee Hwon dengan dirinya sendiri. Metode khusus Tabib Kang yang aneh. Namun, seaneh apa pun metode itu akan dijalankannya demi kesembuhan Lee Hwon.

)* Sokgot = underwear (keterangan lebih lanjut berada di bab sebelumnya, RITUAL)

Maka Yoon Bo-kyung meminta Kasim Go untuk memasukkan obat tidur kedalam minuman Lee Hwon sehingga dia tidur pulas dan tidak merasakan kehadirannya. Yoon Bo-kyung perlahan masuk kedalam selimut dan memeluk suaminya erat. Dia hanya akan ada disana sampai subuh lalu kembali ke Istananya sebelum Lee Hwon terbangun.

Didalam selimut, Yoon Bo-kyung mengingat mimpinya dua hari yang lalu. Dia paham mengapa Heo Yeon Woo menunjuknya dalam mimpi itu. Mungkin bukan saja hendak mengatakan kalau dia bersalah, tetapi juga memintanya untuk menyelamatkan Lee Hwon. Apa yang dilakukannya kini adalah kewajibannya sebagai Ratu dan sebagai jalan membalas rasa bersalahnya kepada Yeon Woo.

-*-*-*-

Pembaca yang kusayang,

Maaf untuk bab sebelumnya yang sangat panjang. Saya berniat untuk membagi dua bab sebelumnya tetapi sulit. Namun, jika kalian merasa lebih baik jika saya membaginya jadi dua bagian maka saya akan membaginya. Terimakasih kalian menyempatkan diri membaca karya ini. Terimakasih untuk vote dan komentarnya.

Sumatera Utara, 8 Juli 2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top