SIAPA YANG MENJADI SEJABIN?
KOSA KATA
1. Abeoji = panggilan kepada ayah
2. Agasshi = Panggilan kepada Nona.
3. Gongju= Putri Raja, panggilannya Gongju mama. Namun dalam penggunaannya, Gongju digunakan untuk putri Raja yang sudah memasuki usia menikah. Untuk Putri Raja yang belum mencapai usia pernikahan di sebut dengan Agisshi.
)* terimakasih reriezdiefa_djo untuk koreksi dan informasinya. Sangat membantu.
4. Orabeoni = Kakak laki-laki
5. Seja = Putra Mahkota, panggilannya Seja Jeoha (Yang Mulia Putra Mahkota)
6. Sejabin = Putri Mahkota
7. Qing = Dinasti yang memerintah di Tiongkok di zaman Joseon.
Selamat membaca!
----------------------
Yoon Bo-Kyung duduk di tepi kolam rumah miliknya. Matanya tertuju kepada bunga teratai yang telah bermekaran. Bunga itu membuatnya mengingat seleksi sejabin yang sudah berlangsung selama dua bulan ini. Sudah dua bulan sejak seleksi sejabin telah dimulai, semakin banyak perempuan yang tereliminasi. Yoon Bo-Kyung merasa lega sekaligus cemas. Dia lega karena setelah dua bulan seleksi berlangsung, dia masih bertahan. Hal ini membuktikan kalau dirinya dianggap sebagai kandidat yang potensial. Yang membuatnya cemas adalah hasil akhir yang bisa saja berada di luar perkiraan orang-orang.
Yoon Bo-Kyung berbicara demikian bukan tanpa alasan. Saat pemilihan sejabin yang menjadi Ratu sekarang, hal diluar prediksi terjadi. Kerabat jauhnya yang ikut seleksi diperkirakan akan terpilih. Namun hal diluar dugaan terjadi. Seja yang saat ini menjadi Raja, ayah dari Lee Hwon memaksa untuk memilih ibu Lee Hwon. Dia berhasil meyakinkan Raja sebelumnya mengenai pilihannya.
Belakangan ketahuan kalau ayah Lee Hwon telah menjalin hubungan asmara secara diam-diam dengan ibu lee-Hwon.
"Adikku sedang melamunkan apa?" tanya Yoon Seung Jae tiba-tiba dan duduk tepat disebelah adiknya. Yoon Bo-Kyung yang terkejut, memukul pundak kakaknya pelan.
"Orabeoni suka membuatku terkejut. Tiba-tiba saja muncul. Apakah orabeoni tidak ke Istana hari ini untuk menemani seja jeoha belajar?" tanya Yoon Bo-Kyung dengan mata menyelidik.
"Aku meminta izin untuk istirahat hari ini. Bayangkan selama dua bulan seja cerewet itu sama sekali tidak mengizinkan aku libur. Semua karena ulahmu yang menceritakan Trigonometry sehingga aku harus mengajarkan hal sama kepadanya. Bahkan dia memintaku mengajarkan rumus berhitung yang lain. Kepalaku mau pecah dibuatnya," ucap Yoon Seung Jae dengan nada yang terdengar kesal. Tidak jarang kakaknya itu harus menginap di Istana karena tugasnya itu, membuat Yoon Bo-Kyung terkadang cemas.
"Apakah kakak Nona Heo juga begitu? Dia harus menemani seja jeoha selama dua bulan ini?" tanya Yoon Bo-Kyung dan kakaknya mengangguk,.
"Dia sama cerewetnya dengan seja jeoha. Dia begitu penasaran dengan Trigonometry dan memintaku mengajarkannya juga. Bayangkan! Aku harus mengajar dua orang murid yang kritis dalam berbicara," ucap Yoon Seung Jae dengan nada yang terdengar frustasi.
"Orabeoni tentu merasa lelah, bukan?"
"Aku lelah sekali, Bo-Kyung. Namun aku senang. Membayangkan negeri ini akan diperintah oleh seja jeoha di masa depan, aku merasa negeri ini akan semakin baik keadaannya. Tahukah kamu, Bo-Kyung? Dia menceritakan kekagumannya kepadamu karena kamu pintar dan banyak tahu,"
"Benarkah begitu, orabeoni? Artinya aku punya peluang besar menjadi sejabin?" tanya Yoon Bo-Kyung dengan mata penuh harap. Yoon Seung Jae menghela nafas sebelum berbicara.
"Bo-Kyung, kalau aku boleh jujur, aku tidak ingin kamu menjadi sejabin karena beban berat yang ditangung sejabin tidak sedikit,"
'Namun kalau aku tidak menjadi sejabin maka aku akan mati atau dibuang, orabeoni' ucap Yoon Bo-Kyung didalam hati. Dia tidak mungkin menceritakan hal ini kepada kakaknya. Dia telah berjanji kepada ibunya untuk tidak menceritakan ramalan yang diberikan peramal untuknya. Bahkan kakaknya tidak boleh tahu kalau dirinya adalah adik kembar dari Yoon Seung Jae.
Yoon Bo-Kyung merasakan tangannya gemetaran. Digenggamnya kedua tangannya itu. Ketakutan akan kematian dan dibuang muncul sekejap menjadi racun yang membunuh semangatnya. Dia tidak boleh lemah. Dia akan memilih menjadi orang jahat dibanding menjadi orang baik yang lemah.
"Aku tahu, orabeoni. Namun saat aku bertemu dengan seja jeoha, aku merasakan kekaguman. Ada seorang pria yang menghargai perempuan seperti orabeoni membuatku senang. Aku berpikir jika aku bisa bersamanya seumur hidup maka aku akan merasa bahagia," ucap Yoon Bo-Kyung. Dia tidak bohong mengatakan kalimat demi kalimat itu. Dia memang tidak ingin mati tetapi alasannya menyukai Lee Hwon pun bukan kebohongan.
"Bo-Kyung, kamu menyukai seja jeoha?" tanya Yoon Seung Jae.
"Iya, Orabeoni. Aku menyukai Seja Jeoha," jawab Yoon Bo-Kyung dan tersenyum secerah matahari. Namun wajah Yoon Seung Jeung justru terlihat cemas.
"Bo-Kyung, jangan terlalu berharap," ucap Yoon Seung Jae membuat Yoon Bo-Kyung mengernyitkan dahi. Biasanya kakak laki-lakinya ini akan memberikan dukungan untuk semua hal yang dia lakukan. Sekalipun dia bertindak kejam, kakak laki-lakinya mengerti maksud dari semua tindakannya.
Akan tetapi kali ini, kakak laki-lakinya terlihat ragu.
***
Yoon Bo-Kyung menatap buku yang terbuka diatas meja. Sekalipun dia menatap buku itu, pikirannya tidak berada disitu. Ucapan kakak laki-lakinya kemarin, berulang-ulang muncul di benaknya. Pasti kakak laki-lakinya tahu sesuatu. Namun dia tidak mau menceritakannya. Padahal kakak laki-lakinya tidak pernah menyembunyikan hal apa pun darinya selama ini.
"Agasshi, Anda dipanggil oleh Daegam," ucap Jan Shil yang membuka pintu geser dengan pelan. Yoon Bo-Kyung menghela nafas dan menutup buku dihadapannya.
"Abeoji ada dimana?" tanya Yoon Bo-Kyung dengan tenang.
"Di ruang belajar, Agasshi," ucap Jan Shil. Yoon Bo-Kyung segera berdiri dan berjalan menuju ruang belajar ayahnya. Hal yang akan mereka bicarakan pastilah sangat serius sehingga ayahnya memintanya untuk datang ke ruang belajar. Ada rasa takut terselip di hati Yoon Bo-Kyung. Sesampainya di depan ruang belajar, Yoon Bo-Kyung membuka pintu perlahan. Belum dia masuk, sebuah cawan terlempar ke arahnya dan mengenai pelipis matanya.
"Suamiku, apa yang Anda lakukan. Wajah putri kita bisa cacat karena cawan yang Anda lempar!" ucap Jang Hee-Soo dengan nada histeris dan segera mendekati Yoon Bo-Kyung. Luka yang ada dipelipisnya tidak dalam. Tidak sampai berdarah. Hanya sedikit memar.
"Itu untuk kebodohannya! Dia telah diberi kesempatan emas berbicara dengan seja jeoha berulang kali, tetapi dia malah membicarakan hal-hal yang tidak masuk akal," umpat Yoon Dae-hyung dengan suara keras.
"Hal tidak masuk akal? Apa maksud Anda?" tanya Jang Hee-Soo dengan kening berkerut.
"Dia membicarakan Trigonometry. Dia membicarakan anatonomi tubuh dan hal-hal yang seharusnya tidak dibicarakan perempuan. Dia membiacarakan hal-hal gila yang pernah dikatakan oleh adikmu yang gila," umpat Yoon Dae-hyung menyebut paman yoon Bo-Kyung yang telah mengajarkan Trogonometry kepadanya.
"Benarkah, Bo-Kyung?" tanya Jang Hee-Soo yang tidak dijawab oleh Yoon Bo-Kyung.
"Lihat dia diam! Artinya aku benar," ucap Yoon Dae-hyung dengan nada keras.
"Namun seja jeoha sangat senang dengan apa yang bicarakan dengannya," ucap Yoon Bo-Kyung dengan nada lirih. Yoon Dae-hyung segera berdiri dan nyaris menampar Yoon Bo-Kyung kalau saja tidak dicegah oleh Jang Hee-Soo.
"Suamiku! Besok Bo-Kyung harus ke Istana. Apa yang akan terjadi kalau pipinya memar?" ucap Jang Hee-Soo
"Kamu benar! Sebaiknya kau urus putrimu itu. Ajarkan kepadanya apa yang harus dibicarakan seorang perempuan untuk menarik hati seja jeoha. Dan kau, Bo-Kyung. Ingat! Jika kamu tidak lolos dalam pemilihan ini maka aku akan mengusulkanmu untuk dikirim menjadi selir Kaisar Qing" ucap Yoon Dae-hyung membuat Yoon Bo-Kyung meremas chima yang dikenakannya.
"Bo-Kyung, segeralah istirahat. Jan Shil bawa Nonamu ke kamarnya dan olesi salep untuk mengurangi memar di pelipisnya. Sebenarnya lukanya ini tidak kelihatan, kamu jangan cemas!" ucap Jang Hee-Soo dan Yoon Bo-Kyung menganggukkan kepalanya. Dia hanya diam dan berjalan ke kamarnya.
Di kamar, dia tidak dapat menahan air matanya jatuh. Suaran isakan keluar dari mulutnya karena rasa sakit dan sesak di dadanya. Menjadi selir Qing? Ayahnya bermaksud membuang dan membunuhnya sekaligus. Kaisar Qing yang memerintah sekarang sudah tua dan sedang sakit. Jika dia menjadi selir Kaisar Qing lalu Kaisar itu mati maka dia akan dikubur hidup-hidup untuk menemati mayat Kaisar.
"Agasshi, jangan menangis. Agasshi akan menjadi sejabin. Aku telah berpuasa dan berdoa di semua Kuil agar Agasshi menjadi sejabin. Jika tidak terkabul, Jan Shil akan ikut dengan Agasshi. Kemanapun! Aku berjanji! Kalau Anda tidak mau ke Qing, kita bisa melarikan diri, Agasshi!" ucap Jan Shil membuat Yoon Bo-Kyung berhenti menangis. Jan Shil benar, dia bisa melarikan diri.
"Agasshi," ucap Jan Shil cemas karena pandangan Nonanya yang kosong.
"Tidak apa, Jan Shil. Aku senang kamu berkata seperti itu," ucap Yoon Bo-Kyung dan tersenyum.
***
Yoon Bo-Kyung menatap tanaman-tanaman yang berada di halaman Istana setelah menyelesaikan tahap seleksi sejabin. Seperti sebelumnya, dia berhasil lolos. Kali ini dia diajak bertemu seja jeoha di taman bersama Heo Yeon Woo. Namun putri keluarga Heo itu memintanya lebih dulu pergi ke taman Istana. Yoon Bo-Kyung tidak peduli dan menurut saja. Taman istana ini mengingatkannya dengan kenangan masa lalu. Dia pernah dibawa ibunya ke Istana atas permintaan Ibu Suri. Sekali saja dan itu sangat menyenangkan. Usianya baru lima tahun saat itu. Di taman ini dia bermain dengan Putri Min Hwa yang merupakan kakak dari Lee Hwon. Usia putri itu dua tahun lebih tua darinya, sayang setahun kemudian sang Putri meninggal dunia karena sakit parah. Saat itu dia tidak bertemu dengan Lee Hwon.
"Apa yang Anda perhatikan, Nona Yoon?" tanya Lee Hwon tiba-tiba.
"Memperhatikan bunga-bunga, seja jeoha untuk mencari inspirasi dalam memuat sebuah puisi yang membuat seja jeoha kagum," ucap Yoon Bo-Kyung tanpa berpikir. Seketika dia sadar dan menutup mulutnya. Ditatapnya Lee Hwon yang menatap dengan serius kemudia tertawa kecil.
"Anda ingin membuat saya kagum? Saya sungguh tersanjung. Jadi sudah ada puisi yang Anda buat?" tanya Lee Hwon lagi. Yoon Bo-Kyung menggelengkan kepalanya. Membuat puisi ternyata lebih sulit dari bayangannya. Dia heran, kagum dan iri kepada Heo Yeon Woo yang bisa membuat puisi dengan mudah. Yoon Bo-Kyung hanya pintar dalam hal-hal bersifat ilmiah dan bukan seni.
"Lihat, Seja Jeoha! Anda tahu ini adalah kepompong. Kupu-kupu yang indah akan keluar dari sini. Anda tahu kalau dulunya kupu-kupu adalah ulat yang sering merusak tanaman. Namun setelah dia puas makan, dia menyelimuti dirinya dan menjadi kepompong selama beberapa minggu. Kemudian dia akan menjadi kupu-kupu yang indah!" ucap Yoon Bo-Kyung dengan riang sambil membentangkan kedua tangannya, kemudian senyumannya menghilang karena ucapan ayahnya terlintas lagi dibenaknya.
Yoon Bo-Kyung menatap Lee Hwon dengan sedih.
"Anda baru saja membuat sebuah puisi, Nona Yoon. 'Sesuatu yang tidak berarti bisa menjadi berarti. Sesuatu yang jelek bisa menjadi indah. Segala sesuatu dapat berubah. Tergantung pilihan yang dibuat'. Bagaimana puisi yang saya sebutkan?" tanya Lee Hwon membuat Yoon Bo-Kyung tersenyum. Degup jantungnya kembali cepat dan pipinya menjadi terasa panas.
"Anda sungguh hebat, seja jeoha! Saya tidak berbakat membuat puisi," ucap Yoon Bo-Kyung terus terang.
"Mengapa pelipismu memar?" tanya Lee Hwon sambil menyentuh pelipis Yoon Bo-Kyung, membuat Yoon Bo-Kyung malu.
"Saya terbentur pintu karena terburu-buru, seja jeoha" jawab Yoon Bo-Kyun, berbohong. membuat Lee Hwon tertawa kecil lagi.
"Kamu berbeda dengan kakakmu yang sangat teratur itu. Aku dan Heo Yeom sampai harus bekerja sama mengelabuinya kalau kami ingin istirahat lebih cepat," ucap Lee Hwon membuat Yoon Bo-Kyung menatap heran kemudian tersenyum. Dia mengerti mengapa kakaknya sering mengeluh. Kakaknya yang sangat serius mungkin beberapa kali dibuat pusing saat seja jeoha ini.
"Seja Jeoha, maafkan saya karena lama tiba!" ucap Heo Yeon Woo dengan suara yang terdengar habis berlari. Lee Hwon tersenyum.
"Tidak apa-apa, Nona Heo. Mengapa Anda baru datang?" tanya Lee Hwon dan Heo Yeon Woo tidak langsung menjawab. Sebaliknya dia mendekati Yoon Bo-Kyung.
"Saya mencari salep di balai pengobatan. Susah sekali meyakinkan mereka untuk memberi obat kepada orang luar Istana. Peraturan harus diubah, seja jeoha. Balai pengobatan harus ada di tengah masyarakat sehingga rakyat miskin pun dapat memperoleh pengobatan sekelas pengobatan Istana," ucap Heo Yeon Woo sambil membuka cawan obat dan mengambil salep dari dalamnya. Tanpa izin Yoon Bo-Kyung terlebih dahulu, dia mengoleskannya ke memar Yeon Bo-Kyung.
"Memar sekecil apa pun bagi perempuan itu musibah," ucap Heo Yeon Woo dan tersenyum membuat Yoon Bo-Kyung terkejut sekaligus terharu sehingga tanpa sadar dia telah berucap dengan tulus.
"Terimakasih, Nona Heo," ucap Yoon Bo-Kyung.
"Kita teman. Mengapa berterimakasih," ucap Heo Yeon Woo membuat Yoon Bo-Kyung terdiam. Kata 'teman' begitu ajaib terdengar di telinganya.
"Anda sungguh perhatian, Nona Heo," ucap Lee Hwon tulus. Lee Hwon mendekati Heo Yeon Woo dan saling berbicara. Senyum sesekali terlihat di wajah keduanya. Yoon Bo-Kyung tidak bisa masuk kedalam pembicaraan mereka. Seketika dia merasa seharusnya dia tidak ada di taman itu.
Entah mengapa Yoon Bo-Kyung seakan melihat lukisan yang indah saat Lee Hwon berada dekat dengan Heo Yeon Woo. Diantara bunga-bungan musim semi yang telah bermekaran, layaknya pasangan yang serasi. Layaknya sepasang kekasih.
Yoon Bo-Kyung tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Heo Yeon Woo yang memiliki pandangan yang luas sangat cocok bersanding dengan Lee Hwon yang bijaksana dan berpikiran terbuka. Keduanya bisa membicarakan banyak hal. Heo Yeon Woo yang hatinya lembut dan tanpa berpikir memberikan pertolongan sangatlah tepat menjadi Ratu negeri ini kelak. Dia dapat memberikan banyak saran yang bagus kepada Lee Hwon, saat pangeran itu menjadi Raja.
Yoon Bo-Kyung kagum sekaligus sedih. Diremasnya chimanya dengan erat. Seketika dia merasa hatinya telah patah.
***
Setelah tiga bulan lebih tahap demi tahap seleksi telah dilakukan. Hasil akhir pemilihan sejabin akan keluar. Yoon Bo-Kyung berjalan menuju perpustakaan. Jan Shil berkata kalau kakaknya ada di perpustakaan. Dia harus berbicara dengan kakaknya.
"Orabeoni, bolehkan kita berbicara?" tanya Yoon Bo-Kyung dan kakaknya terlihat resah. Yoon Bo-Kyung segera meminta Jan Sil menuangkan teh. Yoon Bo-Kyung pun duduk berhadapan dengan kakaknya.
"Ada apa, Bo-Kyun?'
"Dua minggu lagi pengumuman siapa yang akan menjadi sejabin," ucap Yoon Bo-Kyung dan kakaknya berhenti sejenak dari aktivitas membacanya.
"Aku tidak tahu hasilnya, Bo-Kyung. Sekalipun aku teman belajar seja. Aku tidak tahu apa-apa," ucap Yoon Seung Jae tetapi Bo-Kyung melihat salah satu jari kakaknya mengetuk-ngetuk meja. Dia tahu kalau kakaknya berbohong.
"Orabeoni, akhir-akhir ini aku berpikir keras. Aku sadar ternyata aku tidak akan mampu menjadi sejabin. Seorang sejabin bisa menjadi bidak politik. Memikirkan kalau aku akan diatur-atur seperti bidak catur membuatku kesal," ucap Yoon Bo-Kyung dan menghela nafas.
"Benarkah kamu berpikir seperti itu?" tanya Yoon Seung Jae dan wajahnya terlihat kaget.
"Benar orabeoni. Aku bahkan merasa kalau Nona Heo itu lebih cocok menjadi sejabin. Aku tidak memiliki hati selembut Nona Heo. Dia dengan mudah mengasihi siapa pun sedangkan bagiku, semua dinilai dari kegunaan," ucap Yoon Bo-Kyung.
"Bukankah kamu menyukai seja? Mengapa tiba-tiba berkata begitu?"
"Benar, Orabeoni! Awalnya aku menyukai seja tetapi aku sadar kalau kami berbeda. Prinsip-prinsipnya bertentangan dengan apa yang keluarga kita yakini," ucap Yoon Bo-Kyung.
"Sungguh?" tanya Yoon Seung Jae lagi dan Yoon Bo-Kyung menganggukkan kepalanya kuat-kuat.
"Tinggal di Istana itu merepotkan. Lebih baik aku menikah dengan bangsawan biasa dan menjadi nyonya di rumah biasa tanpa banyak pelayan yang harus kuatur," ucap Yoon Bo-Kyung kemudian tertawa.
"Aku benar-benar bodoh! Mengapa selama ini terobsesi menjadi sejabin? Aku lebih cocok menjadi pedagang daripada sejabin, orabeoni," ucap Yoon Bo-Kyung dan sebuah kata yang ditunggu Yoon Seung Jae keluar.
"Syukurlah, Bo-Kyung. Aku senang karena kamu berpikir seperti itu. Aku lega sekarang. Aku akan mencarikan seorang pria bangsawan yang cocok denganmu, Bo-Kyung," ucap Yoon Seung Jae dengan sungguh-sungguh. Yoon Bo-Kyung tersenyum.
"Jika Nona Heo tidak terpilih, aku rasa dia cocok jadi kakak iparku," ucap Yoon Bo-Kyung.
"Itu tidak mungkin, Bo-Kyung. Nona Heo itu bukan tipeku. Aku bisa sakit kepala kalau beristrikan dia. Kakaknya saja sudah sering membuatku pusing dengan pemikirannya yang luar biasa tentang pembaharuan Joseon. Yang cocok dengannya hanya seja" ucap Yoon Seung Jae yang terjebak dengan percakapan yang dimulai Yoon Bo-Kyung. Seketika Yoon Seung Jae terdiam dan menatap Yoon Bo-Kyung dengan seksama.
Yoon Bo-Kyung tertawa.
"Aku rasa juga begitu, Orabeoni. Jangan cemas begitu. Aku tidak akan bicara dengan Abeoji mengenai hal ini. Aku benar-benar sudah bosan dengan urusan Sejabin ini," ucap Yoon Bo-Kyung dengan sungguh-sungguh. Yoon Seung Jae tersenyum lega.
"Aku serius, Orabeoni. Sebulan lalu saat mereka berdua, aku tahu kalau mereka sangat cocok. Aku bahkan telah mencari informasi dengan bantuan Jan Shil. Dia berhasil mengorek informasi dari pelayan Nona Heo. Nona Heo dan seja memang memiliki hubungan yang istimewa, bukan? Aku tidak menyukai barang-barang yang sudah dimiliki orang lain, Orabeoni. Aku tidak suka barang bekas," ucap Yoon Bo-Kyung dengan tenang.
"Pemikiranmu kadang tidak dapat aku mengerti, Bo-Kyung. Namun kamu sudah tahu sejauh ini dan tidak menceritakannya kepada Abeoji. Mengapa?" tanya Yoon Seung Jae dan Yoon Bo-Kyung menunduk. Tidak mungkin dia menjawab kalau dia membenci ayahnya dan takut kalau ayahnya akan melakukan hal buruk kepada Heo Yeon Woo. Yoon Bo-Kyung tidak mau dianggap orang baik oleh siapapun. Menurutnya orang baik itu lemah.
"Tidak ada yang gratis, Orabeoni. Abeoji juga bekata begitu, bukan? Dia harus mencari tahu sendiri," ucap Yoon Bo-Kyung dengan santai.
"Suamimu kelak mungkin akan pusing menghadapimu yang aneh ini, Bo-Kyung," ucap Yoon Seung Jae dan Yoon Bo-Kyung tertawa.
'Menikah? Aku punya rencana lebih baik daripada menikah. Aku akan melarikan diri, Orabeoni,' ucap Yoon Bo-Kyung didalam hati. Dia telah bertekad jika dia gagal menjadi sejabin maka dia akan melarikan diri. Dia bertanya kepada Yoon Seung Jae hanya untuk memastikan dugaannya untuk mempersiapkan rencananya melarikan diri.
Dia tidak lemah.
***
Pembaca yang kusayangi,
Semoga kalian masih semangat membacanya. Terimakasih.
Sumatear Utara, 11 Juni 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top