SANDIWARA YOON SEUNG JAE

Yoon Bo-kyung mengambil cawan berisi teh bungan krisan yang disajikan oleh Nain yang melayaninya. Dengan perlahan dia meniup teh yang masih mengepulkan uap panas lalu meminumnya. Sambil meminum tehnya, dia menatap wajah Jang Hee Soo, yang duduk di hadapannya dengan wajah murung. Sejak siang, ibunya itu datang berkunjung dan menceritakan banyak hal yang membuatnya murung termasuk penyakit Orabeoni-nya. Namun, menceritakan saja tampaknya tidak akan membuat ibunya itu merasa lega.

"Jungjeon Mama, apa yang harus saya lakukan sekarang? Semua orang di Hanyang telah mengetahui kalau Orabeoni-mu menderita penyakit parah. Tidak ada keluarga bangsawan yang mau menerima lamaran kita. Padahal Seung Jae adalah kakak dari Jungjeon Mama dan putra dari Perdana Menteri. Mengapa mereka begitu berani menolak lamarannya," keluh Jang Hee Soo dengan mimik sedih yang memunculkan rasa bersalah di hati Yoon Bo-kyung.

Yoon Bo-kyung menghela nafas dan meletakkan cawan yang di pegangnya di atas meja. Dalam hati dia meminta maaf kepada ibunya karena telah mengelabuinya. Setengah tahun yang lalu, kakaknya kembali ke Ibu Kota dan memutuskan untuk membantunya menggulingkan kekuasaan ayah mereka. Selama ini Yoon Seung Jae berbohong kepada ayah mereka kalau dia sakit supaya dia tidak dipaksa kembali ke Ibu Kota. Jika kakaknya itu datang dalam keadaan sehat, hal itu bisa menimbulkan kecurigaan. Oleh karena itu, mereka berdua membuat tipu muslihat. Yoon Seung Jae berpura-pura sakit keras dengan meminum racun ringan kemudian Yoon Bo-kyung mengirim Tabib Istana kepercayaannya untuk memberi diagnosis kalau penyakit Yoon Seung Jae tidak dapat disembuhkan.

Ayahnya yang masih belum mengendus peranan Yoon Bo-kyung tidak menaruh curiga dan percaya saja dengan omongan Tabib yang diutus Yoon Bo-kyung itu. Hal itu memberi banyak keuntungan. Pertama, kakaknya itu tidak dipaksa untuk membantu ayah mereka di pemerintahan. Kedua, penyakitnya itu membuat kakak laki-lakinya dianggap lemah sehingga tidak dicurigai sebagai orang yang ikut menolong Lee Hwon. Hal ini membuat Yoon Seung Jae bisa bergerak bebas membantu Lee Hwon secara diam-diam. Terakhir, kakaknya itu terbebas dari paksaan untuk menikah dalam pernikahan politil dengan perempuan bangsawan pilihan ayah mereka.

Hanya saja ada satu kerugian yang membuat hati Yoon Bo-kyung sedih yaitu kesedihan ibunya. Dia mendengar ibunya sering menangis karena sedih memikirkan penyakit Yoon Seung Jae. Ibunya bahkan mengunjungi banyak kuil di penjuru negeri untuk mendoakan kakak laki-lakinya itu. Namun, Yoon Bo-kyung tidak mungkin mengaku kalau dia dan kakak laki-lakinya telah membohongi ibu mereka itu. Ayah mereka akan tahu dan membuat semua rencana mereka gagal.

"Eomoni, sudahlah! Jangan menangis lagi! Aku sudah meminta Tabib kepercayaanku untuk mencari alternatif pengobatan untuk Orabeoni. Ibu jangan cemas," ucap Yoon Bo-kyung sambil menghapus air mata ibunya yang jatuh dengan tangannya sendiri.

"Saya tahu Jungjeon Mama berusaha menyembuhkannya. Masalahnya jika dia tidak bisa juga sembuh? Bagaimana jika Orabeoni Anda meninggal sebelum Tabib itu menemukan obatnya? Bagaimana jika dia meninggal tanpa keturunan?' ucap Ibunya lagi dan Yoon Bo-kyung merasa hatinya sangat sedih. Tidak tega hatinya melihat kesedihan ibunya makin menjadi-jadi karena kebohongan yang dia buat. Namun, dia bisa apa?

"Eomoni, jika Eomoni khawatir Orabeoni tidak memiliki keturunan maka kita tinggal menikahkannya dengan putri bangsawan yang tidak kaya raya atau tidak berpengaruh. Bangsawan yang kaya dan memiliki pengaruh tentu akan memikirkan kebahagiaan putrinya juga sehingga menolak lamaran kita. Mereka tentu takut kalau putrinya akan cepat menjadi janda dan itu adalah nasih yang sangat buruk bagi perempuan muda dari golongan bangsawan. Namun, bangsawan yang tidak kaya dan tidak memiliki pengaruh akan lebih mudah dibujuk untuk memberikan putri mereka. Mereka pasti senang jika putri mereka menikah dengan keluarga kita karena akan menaikkan status mereka," ucap Yoon Bo-kyung dengan suara setenang mungkin.

"Apakah hal itu bisa? Apakah Jungjeon Mama memiliki usul?" tanya Jang Hee Soo dan Yoon Bo-kyung menganggukkan kepalanya perlahan untuk membuat kesan ragu-ragu.

"Aku sedikit ragu, tetapi aku rasa bisa membujuknya," ucap Yoon Bo-kyung dan Jang Hee Soo menatap dengan wajah yang antusias. Berbeda dengan raut wajahnya yang sedih tadi. Jelas dia terlihat sangat berharap.

"Namun, latar belakangnya tidak terlalu bagus," ucap Yoon Bo-kyung lagi.

"Tolong Jungjeon Mama. Siapa dia? Tidak masalah latar belakangnya kurang bagus asalkan dia masih berasal dari keluarga Bangsawan. Saya akan berusaha membujuk keluarganya juga," ucap Jang Hee Soo dan Yoon Bo-kyung yakin kalau ibunya akan menyetujui usulnya.

"Eomoni, Paman Jang memiliki teman yang juga menguasai pembuatan keramik. Dulu dia pernah bekerja di Istana sebagai asisten kepala pembuatan keramik Kerajaan. Namun, dia mengundurkan diri dan tinggal jauh dari kota bersama putra putrinya sejak istrinya meninggal dunia. Orang ini memiliki anak perempuan yang cantik," ucap Yoon Bo-kyung membuat Jang Hee Soo mengerutkan keningnya.

"Maksudmu Tuan Oh? Tuan Oh Seok?" tanya ibunya dan Yoon Bo-kyung menganggukkan kepalanya perlahan.

"Tuan Oh Seok memiliki seorang putri bernama Oh Bok-ja. Karena tinggal jauh dari Ibu Kota, mungkin sikapnya tidak seanggun perempuan bangsawan lainnya," ucap Yoon Bo-kyung menyebut nama putri Oh Seok yang telah meninggal dunia, tetapi kematiannya belum dilaporkan. Indetitas Oh Bok-ja itulah yang dipakai Jan Shil sebagai indetitas barunya.

Enam bulan yang lalu, Yoon Bo-kyung telah meminta Bangsawan Hwan menolongnya untuk menikahkan Yoon Seung Jae dengan Jan Shil. Untuk tujuan itu, Jan Shil harus memiliki indetitas putri Bangsawan. Bangsawan Hwan juga yang membujuk Tuan Oh Seok menerima Jan Shil sebagai Oh Bok-ja. Menurut Bangsawan Hwan, Tuan Oh setuju bukan saja karena diminta tolong oleh Bangsawan Hwan. Alasan lain Tuan Oh setuju adalah karena hubungan persahabatan antara Tuan Oh dengan Almarhum Paman Jang. Saat itulah Yoon Bo-kyung tahu kalau Tuan Oh adalah teman Paman Jang yang sangat menyayanginya itu.

"Eomoni, jika Eomoni tidak suka, tidak apa-apa. Aku akan mencari calon yang lain," ucap Yoon Bo-kyung sambil mengamati ekspresi ibunya yang terlihat merenung. Jang Hee Soo akhirnya mengaggukkan kepalanya beberapa kali.

"Masalah keanggunan, saya bisa mendidiknya nanti. Tidak masalah! Lagipula saya mengenal Tuan Oh Seok. Dia teman baik Paman Jungjeon Mama. Dia memang tidak memiliki banyak harta benda, tetapi doa orang yang baik," ucap Jang Hee Soo dan Yoon Bo-kyung menghela nafas lega.

"Jika begitu, aku akan membicarakannya dengan Jusang Jeonha. Beliaulah yang mengusulkan perjodohan ini," ucap Yoon Bo-kyung. Jang Hee Soo yang mendengar ucapan itu tersenyum.

"Nampaknya hubungan Anda dengan Jusang Jeonha semakin baik hari demi hari, Jungjeon Mama," ucap Jang Hee Soo dan Yoon Bo-kyung tersenyum.

"Apakah Abeoji pernah bicara sesuatu tentang Jusang Jeonha?" tanya Yoon Bo-kyung dan Jang Hee Soo menggelengkan kepalanya.

"Dia tidak banyak bicara denganku belakangan ini. Bahkan dia semakin sering pulang larut malam. Apakah ada hal aneh yang terjadi di Istana?" tanya Jang Hee Soo balik dan Yoon Bo-kyung menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Eomoni. Semua baik-baik saja. Aku bertanya karena penasaran saja. Biasanya Eomoni akan menyampaikan pesan Abeoji supaya aku segera memberi keturunan. Namun, belakangan jika kita bertemu, Eomoni tidak menyampaikan pesan serupa," ucap Yoon Bo-kyung dan Jang Hee Soo menganggukkan kepalanya.

"Mungkin Abeoji-mu melihat hubungan Anda dan Jusang Jeonha semakin akrab sehingga memberi pesan seperti itu lagi," ucap Jang Hee Soo dan Yoon Bo-kyung menganggukkan kepalanya. Yoon Bo-kyung tersenyum, tetapi didalam hatinya mucul rasa cemas.

Ayahnya yang tidak mendesaknya lagi untuk memberi keturunan membuatnya curiga. Seolah-olah ayahnya tidak lagi berharap kalau dia akan memberikan keturunan yang akan meneruskan tahta Joseon. Apakah ini tanda kalau ayahnya juga sudah tidak ingin Lee Hwon tetap menduduki tahta? Sehingga ayahnya itu tidak mengharapkan Lee Hwon memiliki keturunan untuk menduduki tahta juga? Yoon Bo-kyung menatap cawan kosong di hadapannya dengan perasaan gundah.

***

"Tidak terasa tujuh bulan sudah kulewati sejak kemenanganku membawamu kembali ke Dewan Istana, Bangsawan Hwan," ucap Lee Hwon sambil menatap pemandangan dari atas sebuah bukit. Dari bukit itu, pemandangan sebagian kota Hanyang terlihat. Daun-daun berwarna coklat yang berguguran dari pohon, berserakan di kakinya sebagai tanda Musim Gugur akan berakhir. Lee Hwon seperti biasa pergi keluar Istana tanpa sepengetahuan Kepala Pengawalnya.

"Anda benar, Jusang Jeonha. Sudah tujuh bulan dan Anda terus melakukan perubahan yang drastis," ucap Bangsawan Hwan membuat Lee Hwon tersenyum. Masih jelas di ingatannya reaksi para bangsawan pendukung Perdana Menteri Yoon yang terkejut ketika Lee Hwon menetapkan peraturan untuk melakukan transparasi keuangan. Mereka bahkan memberikan protes dengan dalih merasa dicurigai. Namun, aturan itu tetap Lee Hwon paksakan berjalan. Dengan aturan itu, dia bisa mengawasi penggunaan uang negara oleh para bangsawan. Kebijakannya ini memang tidak menyenangkan dan membuat mereka sulit melakukan penggelapan dana.

"Apakah kamu melihat tanda-tanda pergerakan dari Perdana Menteri Yoon?" tanya Lee Hwon dan laki-laki tua yang berdiri di sebelahnya menggelengkan kepalanya.

"Tidak ada, Jusang Jeonha. Dia terlihat tenang bahkan terlalu tenang," ucap Bangsawan Hwan membuat Lee Hwon menghela nafas.

"Justru keadaan yang terlalu tenang menunjukkan bahaya yang lebih besar. Mungkin dia sudah sadar kalau diawasi sehingga bersikap biasa saja. Sekarang kita harus memperhatikan langkah bidaknya dan tidak fokus lagi kepada pion Raja," ucap Lee Hwon dan Bangsawan Hwan menganggukkan kepalanya.

"Saya akan mengawasi mereka, Jusang Jeonha," ucap Bangsawan Hwan.

"Maafkan keterlambatan saya, Jusang Jeonha," ucap sebuah suara yang membuat Lee Hwon dan Bangsawan Hwan membalikkan badan bersamaan. Lee Hwon tersenyum melihat laki-laki yang baru datang itu.

"Tidak apa-apa, aku tahu kalau kamu akan kesulitan untuk keluar dari rumah karena sandiwara penyakitmu itu," ucap Lee Hwon dan Yoon Seung Jae tersenyum. Dia berjalan mendekati kedua laki-laki yang telah menunggunya itu.

"Laki-laki yang akan menikah ini seharusnya merasa sangat senang sekarang," ucap Bangsawan Hwan dan Yoon Seung Jae pura-pura batuk. Pipinya yang pucat menunjukkan rona merah, membuat Lee Hwon tersenyum.

"Aku senang akhirnya kamu akan menikahi perempuan yang kamu cintai, Yoon Seung Jae," ucap Lee Hwon dan Yoon Seung Jae menganggukkan kepalanya.

"Semua tidak terlepas dari bantuan Anda juga, Jusang Jeonha. Aku juga berterimakasih kepada Bangsawan Hwan," ucap Yoon Seung Jae dan laki-laki tua itu menganggukkan kepalanya.

"Jusang Jeonha, Tuan Muda Yoon, saya meminta izin untuk lebih dulu pulang. Ada hal-hal yang harus saya persiapkan untuk pertemuan Dewan Istana besok," ucap Bangsawan Hwan.

"Silahkan, Bangsawan Hwan! Aku akan pulang bersama Yoon Seung Jae," ucap Lee Hwon dan Bangsawan Hwan pun berjalan menuju kuda yang diikatnya di sebuah pohon yang cukup jauh dari tempat mereka berdiri. Setelah itu, dia menungganginya dan memacu kudanya itu.

"Saya rasa sebaiknya kita mulai mengawasi bawahan Abeoji-ku itu," ucap Yoon Seung Jae dan Lee Hwon menganggukkan kepalanya. Yoon Seung Jae sependapat dengannya, artinya pengawasan itu harus segera dilakukan.

"Meyakinkan sekutu Abeoji ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Aku belum bisa melihat Bangsawan mana saja yang berhati goyah untuk dibujuk mengkhianati Abeoji-ku itu," ucap Yoon Seung Jae dan Lee Hwon menganggukkan kepalanya.

"Tidak mudah membuat orang yang mengikuti seseorang selama bertahun-tahun supaya berbalik mengkhianatinya," ucap Lee Hwon dan Yoon Seung Jae menganggukkan kepalanya.

"Hal itu yang kulihat darimu, Seung Jae. Kamu tidak mengkhianatiku bahkan rela menyakiti dirimu sendiri untuk mempertahankan kesetiaanmu itu. Aku tahu betapa besar resiko yang kamu ambil dengan mengkonsumsi racun beberapa kali. Bagaimana jika racun itu akhirnya mengambil nyawamu?" tanya Lee Hwon, tanpa menutupi rasa khawatirnya. Untuk mempertahankan sandiwara sakit ini, Yoon Seung Jae beberapa kali harus mengkonsumsi racun yang membuatnya pucat. Yoon Seung Jae bahkan pernah muntah darah dan pingsan karena meminum racun itu. Lee Hwon takut kalau Yoon Seung Jae akan menyusul Yeom demi menolongnya.

"Anda jangan khawatir, Jusang Jeonha. Hal ini kulakukan tulus sebagai seorang sahabat dan sebagai rakyat yang bertanggung jawab kepada sahabat dan Raja-nya," ucap Yoon Seung Jae dengan suara yang tegas.

"Jungjeon beruntung memiliki Orabeoni seperti dirimu, Yoon Seung Jae," ucap Lee Hwon dan Yoon Seung Jae tersenyum.

"Saya senang karena hubungan kalian semakin akrab saja, Jusang Jeonha," ucap Yoon Seung Jae dan Lee Hwon menghela nafas.

"Bukankah itu hal yang wajar bagi mitra? Hubungan kami sebatas saling menguntungkan. Bukankah aku sudah menceritakannya kepadamu dulu, Yoon Seung Jae? Balasan dari bantuannya untukku adalah posisinya sebagai Ratu," ucap Lee Hwon dan ucapan itu membuat kening Yoon Seung Jae berkerut sebentar.

"Namun, aku merasa Jungjeon Mama tidak sekedar menganggap Anda sebagai mitra, Jusang Jeonha," ucap Yoon Seung Jae dan Lee Hwon yang mendengar jawaban itu hanya tersenyum. Dalam hatinya, dia sendiri bingung. Apa yang dilakukan Yoon Bo-kyung untuknya sangat banyak. Jika Yoon Bo-kyung melakukannya hanya untuk mempertahankan posisi Ratu, bukankah dia cukup menuruti ayahnya saja? Namun, Yoon Bo-kyung tidak menuruti ayahnya bahkan secara diam-diam melawan ayahnya itu.

"Saya tahu mungkin ucapan saya selanjutnya sangat tidak sopan kepada Anda, Jusang Jeonha. Untuk itu, saya meminta maaf lebih dulu," ucap Yoon Seung Jae dan Lee Hwon menoleh kepada Yoon Seung Jae.

"Katakan saja! Jangan sungkan!" ucap Lee Hwon santai.

"Mungkin sudah saatnya bagi Anda melepas Almarhum Sejabin Mama," ucap Yoon Seung Jae dan Lee Hwon terdiam mendengarnya.

***

Sumatera Utara, 23 Mei 2018

Pembaca yang kusayang,

Maafkan aku yang tidak bisa update dengan cepat. Kemungkinan besar, pada part selanjutnya akan muncul tokoh yang ditunggu atau sebaliknya, malah tidak diharapkan muncul. Aku mau memasukkannya pada part ini, tetapi itu terlalu panjang. Jadi anggap saja ini part intro untuk menyambut kedatangannya. Akh, aku rasa sudah ada yang bisa menebak siapa yang akan muncul itu. 

Mohon dukungannya, tanpa dukungan kalian ya jujur saja aku kurang semangat melanjutkan kisah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top