PENYELIDIKAN

KOSA KATA

Gyeotaejeon = Istana kediaman Ratu

Orabeoni = kakak laki-laki

Abeoji = ayah

Daegam = Tuan

Jusang Jeonha = Yang Mulia Raja

Jungjeon Mama = Yang Mulia Ratu

Gat = topi yang dipakai kaum Yangban saat keluar rumah.

Songbangnim = panggilan istri kepada suami pada kelas Bangsawan

Buin = panggilan suami kepada istri pada kelas Bangsawan

🌈🌈🌈


Joseon Utara, sepuluh hari sebelum kunjungan Lee Hwon ke Istana Gyeotaejeon.

"Tuan Muda, gat Anda," ucap Jan Shil sambil menyerahkan gat yang berwarna hitam dan biasa digunakan kaum yangban saat pergi keluar rumah kepada Yoon Seung Jae, tuannya itu. Dia dan Tuan-nya sedang berdiri di depan sebuah rumah yang cukup besar. Yoon Seung Jae menerima gat itu dan menatapnya sejenak sebelum akhirnya menatap Jan Shil lagi.

"Jan Shil, menurutmu apakah penampilanku cocok dengan gat?" tanya Yoon Seung Jae dan Jan Shil menatap balik Tuannya dengan mimik bingung. Keningnya berkerut. Akhirnya dia menggelengkan kepalanya.

"Bukankah Tuan Muda kalau keluar rumah harus menggunakan gat?" tanya Jan Shil dengan polos dan Yoon Seung Jae menghela nafas. Sesuatu terasa membebani dirinya sehingga sulit bernafas.

"Aku sedang menyamar, Jan Shil. Lihat pakaianku! Aku mengenakan pakaian petani," ucap Yoon Seung Jae dengan tenang dan Jan Shil tercenung sesaat kemudian menggigit bibirnya sendiri. Malu.

"Maafkan saya, Tuan Muda. Sebentar!" ucap Jan Shil dan berlari ke dalam rumah. Tidak lama dia keluar dari rumah dengan membawa Pa Reangi, topi yang biasa digunakan masyarakat biasa dan petani. Yoon Seung Jae menjulurkan tangannya dan menerima Pa Reangi itu dari Jan Shil. Dengan cepat dikenakannya Pae Reangi itu kemudian tangan kanannya memegang puncak kepala Jan Shil yang lebih pendek darinya. Wajahnya terlihat prihatin dan sedih.

"Apakah ini efek samping gegar otak yang kamu alami tiga bulan lalu? Karena kamu terjatuh dari atas atap saat berusaha memperbaikinya?" tanya Yoon Seung Jae, tindakannya yang spontan itu membuat muka Jan Shil menjadi merah padam. Dia bahkan mundur selangkah supaya tangan Yoon Seung Jae tidak lagi menyentuh kepalanya.

"Maaf," ucap Yoon Seung Jae dan menarik tangannya kemudian dia menghela nafas. Mereka berdua terlihat gugup.

"Lain kali jangan mengambil inisiatif sendiri. Memperbaiki atap sendirian sangat beresiko. Apalagi kamu perempuan," ucap Yoon Seung Jae. Dia menatap Jan Shil yang menundukkan kepalanya. Pelayan adiknya itu sudah mengikutinya bertahun-tahun. Ciri khas Jan Shil adalah bertindak spontan. Sebulan lalu gadis itu melihat atap rumah yang mereka tempati bocor. Bukannya menyuruh pelayan laki-laki yang juga bekerja di rumah ini, Jan Shil langsung naik ke atap dan mencoba memperbaikinya. Atap rumah itu sidah tua dan berlumut, wajar Jan Shil terpeleset. Yoon Seung Jae yakin, Jan Shil sudah sangat berhati-hati saat itu.

Yang paling disesali Yoon Seung Jae adalah saat kejadian itu terjadi, dia tidak berada di rumah. Dia sedang pergi ke Manchuria. Menyamar sebagai pedagang. Hal itu menyebabkan Jan Shil hanya mendapat pengobatan sekedarnya. Tabib enggan memberikan pengobatan karena status Jan Shil yang hanya seorang pelayan. Yoon Seung Jae ingat betapa panik dan takutnya dirinya setelah kabar kecelakaan Jan Shil disampaikan pelayan laki-lakinya. Dia terburu-buru kembali supaya Jan Shil bisa mendapat pengobatan yang lebih baik.

Kondisi Jan Shil saat itu sangat mengkhawatirkan. Dia demam dan tidak sadarkan diri berhari-hari lamanya. Membuat Yoon Seung Jae ketakutan setengah mati. Membuat Yoon Seung Jae menyadari posisi Jan Shil di hatinya. Gadis muda itu bukan sekedar pelayan baginya. Bukan juga sekedar teman yang sering mendengar keluh kesahnya. Jan Shil lebih dari itu baginya. Namun, Yoon Seung Jae masih belum berani mengungkapkannya secara langsung. Sekarang saja Jan Shil terlihat agak menjaga jarak, bagaimana dia bisa mengatakan perasaannya.

Yoon Seung Jae tidak marah dengan sikap Jan Shil. Dia bisa memaklumi kondisinya. Setelah gadis itu sadar, beberapa saat Jan Shil mengalami kebingungan. Ingatannya menjadi tidak jelas. Dia merasa masih berada di Hanyang dan melayani Yoon Bo-kyung. Sebulan keadaan Jan Shil tidak stabil, membuatnya sangat khawatir. Yoon Seung Jae yakin sikap Jan Shil yang menjaga jarak pun adalah akibat kebingungannya sejak mengalami gegar otak.

"Kapan saya bisa bertemu Agashi?" tanya Jan Shil dengan posisi yang sama. Yoon Seung Jae tersenyum pahit. Jan Shil lupa kalau Nona-nya bukan lagi gadis Yangban biasa. Bukan lagi anak Perdana Menteri. Sekarang Yoon Bo-kyung sudah menjadi seorang Ratu. Tidak bisa dipanggil Agashi lagi. Bahkan Yoon Seung Jae sendiri pun tidak bisa memanggilnya sembarangan.

"Kamu merindukannya?" tanya Yoon Seung Jae dan Jan Shil menganggukkan kepalanya. Ada kecemasan di wajahnya.

"Bukankah seharusnya saya ke sini bersama Agashi? Kami bertiga sudah sepakat untuk menyebrang perbatasan menuju ke Manchuria," ucap Jan Shil dan setelah mengucapkan itu, wajah Jan Shil seakan tercekat. Dibekapnya mulutnya sendiri dengan kedua tangannya. Jan Shil menatap Yoon Seung Jae yang terlihat prihatin.

"Tuan Muda, saya salah bicara. Saya tidak bicara apa-apa," ucap Jan Shil dan Yoon Seung Jae menganggukkan kepalanya.

"Iya. Aku tahu," ucap Yoon Seung Jae. Namun, dalam hatinya dia sadar ucapan Jan Shil punya makna tertentu. Bukan asal ucap belaka. Sebelumnya, Jan Shil juga pernah mengatakan hal itu beberapa kali setelah Jan Shil siuman. Jan Shil selalu terlihat menyesal setelah mengucapkannya, seakan yang diucapkannya adalah sebuah rahasia yang tidak boleh diceritakan. Yoon Seung Jae penasaran dengan hal ini, tetapi dia tidak bisa mendesak Jan Shil untuk berterus terang saat ini. Kondisi Jan Shil yang belum terlampau stabil. Dia tidak mau membuat kondisi Jan Shil menjadi buruk.

Apalagi saat ini ada hal penting yang harus dia lakukan.

Seminggu lalu, sebuah surat tiba dari Ibu Kota untuknya. Melalui kurir rahasia. Surat itu berasal dari Lee Hwon yang memintanya untuk menyelidiki sebuah jaringan pedagang Ibu Kota. Yoon Seung Jae sebenarnya sangat enggan untuk melakukannya. Dia masih merasa bersalah dengan kejadian yang dialami sahabatnya, Heo Yeom dan adik sahabatnya, Heo Yeon Woo itu. Dia bahkan sampai terjerumus menjadi pecandu minuman keras karena rasa bersalah dan frustasi yang melingkupinya. Kalau saja Jan Shil tidak memaksanya keluar dari kecanduannya terhadap minuman keras, entah jadi apa dia sekarang.

Akan tetapi kali ini, Lee Hwon mengatakan kalau posisinya semakin terdesak di Istana. Dia semakin kesulitan mengendalikan pemerintahannya. Yoon Seung Jae tahu sebabnya. Perdana Menteri Yoon, ayahnya itu telah berhasil menguasai Istana. Terlebih lagi, Bangsawan Kim tidak mau mendukungnya. Lee Hwon juga bercerita kalau upayanya membujuk Bangsawan Hwan pun masih gagal.

Yoon Seung Jae masih ingat poin penting surat yang diterimanya, 'Seseorang mengatakan kepadaku kalau dia memiliki kekuatan untuk membantuku memperkokoh tahta. Namun, aku masih meragukan orang itu. Aku ingin kamu menyelidiki jaringan pedagang di daerah Joseon Utara. Jaringan pedagang ini cukup besar dan aku menduga jaringan pedagang ini telah menjadi sumber dana bagi orang yang menawarkan kekuatannya kepadaku. Yang paling penting, selidiki apakah jaringan pedagang ini sama sekali tidak punya kaitan dengan Perdana Menteri Yoon? Ini permintaan tolong terakhirku sebagai sahabatmu,'

Kata 'permintaan terakhir seorang sahabat' membuatnya luluh. Dia tahu dia telah meninggalkan sahabatnya sendirian di Ibu Kota. Di Istana yang kejam itu, dia harus melawan gerombolan serigala yang dipimpin seekor harimau tua. Naga sekuat apapun, jika sendirian akan menjadi tidak berdaya. Namun, dia tidak mungkin mendukungnya karena berarti dia akan melukai burung pheonix yang sedang bertahta. Mendukung Lee Hwon artinya dia harus melawan ayahnya dan adik perempuan yang sangat dikasihinya.

{ )*Harimau melambangkan perdana menteri/jendral. Serigala kadang diindektikkan dengan administrator negara. Naga melambangkan Raja. Pheonix melambangkan Ratu. }

Mengingat Yoon Bo-kyung, dadanya terasa nyeri. Dia sangat menyayangi adik perempuannya itu. Mereka sering berbagi duka dan suka. Saat yang satu satu sakit, yang lain akan merasakan. Entah itu fisik atau pun psikis. Mereka memiliki ikatan batin yang kuat. Namun, Tahta Bulan telah mengoyak persaudaraan mereka. Dia tidak kunjung mengerti mengapa adik tersayangnya itu melakukan tindakan yang paling jahat, mengkriminalisasi seseorang. Apakah Tahta itu terlalu berharga baginya? Lebih berharga dari saudara laki-lakinya ini?

Yoon Seung Jae menghela nafas. Dia harus menyelesaikan permintaan terakhir sahabatnya itu agar hatinya tenang. Semoga saja, sahabatnya itu benar-benar mendapat kekuatan yang bisa membantunya mempertahankan tahta. Sekalipun dia pesimis, dia masih berusaha berharap bahwa sesuatu yang baik bisa terjadi.

"Jan Shil, jangan lupa meminum obat dari Tabib. Aku tidak lama pergi," ucap Yoon Seung Jae sebelum berbalik untuk pergi, sedangkan Jan Shil menganggukkan kepalanya. Yoon Seung Jae pun melangkah menuju gerbang. Dia pergi bersama pelayan laki-lakinya yang berpakaian seperti dirinya.

🌷🌷🌷

Yoon Seung Jae menatap Toko dihadapannya. Dia sudah beberapa kali menyelidiki Toko dihadapannya itu. Sebelumnya dia datang dengan berpura-pura mencari barang. Di waktu lain, dia berpura-pura menjadi gisaeng. Penyamaran terakhir itu memang agak mengerikan baginya, tetapi dia terpaksa melakukannya.

Jaringan Toko yang dia selidiki ini cukup ketat dalam menjaga kerahasiaan. Sejauh penyelidikannya, "Toko Petualang Ulung" memiliki jaringan toko di seluruh negeri. Masuk kedalam tiga besar jaringan pedagang Joseon. Memiliki hubungan perdagangan yang baik dengan pedagang luar Joseon seperti Pedagang Manchuria, Pedagang India, Pedagang Jepang, Pedagang Rusia dan Pedagang dari daerah kepulauan di Tenggara yang merupakan sumber rempah. Kata Petualang Ulung memang pantas mereka sandang. Mereka telah tiba di beragam kota dunia dan membawa hasil bumi daerah itu ke Joseon. Entah secara legal atau ilegal (mengingat kebijakan negara tertutup yang di miliki Joson).

Namun, sejauh dia menyamar. Dia belum menemukan adanya kaitan Jaringan Pedagang ini dengan Klan Yoon. Tidak ada orang yang dikenalinya berasal dari Klan Yoon di Toko Petualang Ulung manapun yang dia kunjungi di Joseon Utara. Kali ini, dia menyamar menjadi orang biasa. Berkat bantuan teman pelayan laki-lakinya, kemarin mereka bisa mendapat pekerjaan sebagai pengangkut barang di salah satu toko jaringan Pedagang Petualang Ulung.

Yoon Seung Jae, sekalipun dia seorang Yangban, bukan laki-laki lemah. Dia kerap berlatih ilmu bela diri tangan kosong dan pedang. Sekalipun belum menjadi ahli-nya, setidaknya dia bisa menggunakannya untuk membela dirinya sendiri. Jadi dia tidak lelah disuruh mengangkat ini itu di Toko.

"Hei, kau. Angkat barang-barang yang baru datang itu!" pekik seseorang kepada Yoon Seung Jae dan Yoon Seung Jae yang masih berdiri di depan Toko segera menganggukkan kepalanya dan menuruti perkataan orang tadi. Saat mengangkut untuk kesekian kalinya, seseorang menepuk bahunya perlahan. Yoon Seung Jae meletakkan barang yang diangkutnya di atas lantai Toko lalu berdiri tegak. Menatap orang yang menepuknya tadi.

"Jae-suk ?" tanya Yoon Seung Jae dengan suara yang datar. Tidak percaya rasanya dia melihat mantan pelayannya berada di hadapannya dengan pakaian mewah. Wajahnya terlihat lebih muda dari umurnya.

"Daegam, Anda masih ingat saya? Aigoo..senang bertemu denganmu," ucap Choi Jae-suk dengan senyum lebar.

"Kamu kenapa disini?" tanya Yoon Seung Jae dan orang dihadapannya tertawa sebentar sebelum menjawab. Dibawanya Yoon Seung Jae ke sudut Toko yang sepi.

"Saya pemimpin Jaringan Pedagang Petualang Ulung, Daegam. Sebelum menikah, Jungjeon Mama memberikan sebagian besar harta miliknya kepada saya untuk dipergunakan sebagai modal berdagang. Berkat pertolongan Langit dan bantuan Jungjeon Mama, saya bisa membesarkan usaha saya," ucap Choi Jae-suk dan wajahnya terlihat senang dan bangga. Tidak ada rautan kesombongan di wajahnya.

"Jadi kamu anak buah Abeoji-ku?" tanya Yoon Seung Jae karena Jae-suk dahulu adalah pelayan di keluarganya. Rasa curiga dan amarah menyusup di hatinya. Apakah ayahnya kini berusaha membodohi Lee Hwon lagi? Menghancurkannya lebih parah lagi?

"Aigoo, Daegam. Apakah Anda tidak menyimak perkataan saya? Jungjeon Mama yang memberi modal kepada saya. Sekalipun orang mengatakan saya adalah Pemimpin Jaringan Pedagang Petualang Ulung, pemilik sebenarnya dari Jaringan ini adalah Jungjeon Mama sendiri. Ringkasnya, saya adalah anak buah Jungjeon Mama," ucap Choi Jae-suk dengan tegas dan sungguh-sungguh. Bahkan memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya.

"Jungjeon Mama? Adikku maksudmu?" tanya Yoon Seung Jae dengan suara tercekat. Dia terkejut dengan fakta baru di hadapannya.

"Benar, Daegam. Jungjeon Mama bahkan sudah menebak kalau Jusang Jeonha akan mengutus Anda mencari tahu. Dia menyuruh saya ke Perbatasan Joseon Utara untuk menunggu kedatangan Anda," ucap Choi Jae-suk dan tersenyum. Yoon Seung Jae menjadi pusing sekarang. Sulit baginya mencerna informasi yang baru diterimanya.

Apakah Yoon Bo-kyung adalah orang yang dimaksud Lee Hwon menawarkan kekuatan? Apa Bo-kyung sudah hilang akal? Apa dia benar-benar hendak melawan ayah mereka? Namun, untuk apa dia melakukannya? Bukankah ayah mereka adalah pendukung utama adik perempuannya? Semua pertanyaan itu membuatnya pusing, tetapi buyar karena mendengar tawa Choi Jae-suk yang usianya lima belas tahun darinya itu.

"Maafkan saya karena sedikit mempermainkan Anda. Saya membiarkan Anda pergi tanpa hasil saat Anda menyamar sebagai pembeli dan menyamar sebagai gisaeng. Sebenarnya saya tertawa saat melihat upaya Anda mencari informasi. Ternyata Anda secantik Jungjeon Mama jika di beri riasan," ucap Choi Jae-suk setelah tertawa. Lalu setelah mengatakannya, orang iseng itu tertawa lagi. Mendengar perkataan itu, ingin rasanya Yoon Seung Jae memukul kepala Choi Jae-Suk. Sayang mereka di tempat umum, bisa-bisa dia dikeroyok kalau melakukannya.

"Aku belum mengerti," ucap Yoon Seung Jae karena informasi yang diterimanya terlalu membuatnya terkejut. Otaknya terasa membeku sehingga kesulitan memproses informasi yang diterimanya. Choi Jae-suk menghela nafas.

"Jungjeon Mama memang lebih cerdik daripada Anda, Daegam. Baiklah, mari ikut saya ke ruang utama. Saya akan menjelaskannya,"

🌷🌷🌷

Yoon Seung Jae meminum teh bunga Krisan yang disajikan oleh pelayan perempuan Choi Jae-suk. Kerongkongannya terasa sangat kering. Sedari tadi dia terus mengajukkan pertanyaan. Memastikan kalau orang yang dimaksud oleh Lee Hwon adalah adiknya sendiri, Yoon Bo-kyung. Namun, dia tidak dapat mengerti mengapa adiknya itu membahayakan posisinya sendiri.

"Kamu mengatakan alasan Jungjeon Mama mendukung Jusang Jeonha adalah untuk mempertahankan tahtanya sendiri? Apakah itu agak janggal? Bukankah Abeoji-ku mendukungnya sebagai Ratu?" tanya Yoon Seung Jae balik kepada Choi Jae-suk.

"Saya juga merasa hal ini agak janggal pada awalnya. Apalagi Jungjeon Mama adalah putri dari Perdana Menteri sendiri. Namun, saya telah lama bekerja di Kediaman Yoon. Bahkan sebelum kalian berdua lahir. Saya tahu Perdana Menteri bisa bersikap kejam kepada Jungjeon Mama. Tidak mustahil dia menyingkirkan putrinya dari tahtanya sendiri,"

"Kamu aneh, Jae-suk. Abeoji yang menaruh Jungjeon Mama di Tahta Bulan. Kamu tidak akan percaya bagaiamana dia bisa melakukannya," ucap Yoon Seung Jae dengan suara yang menyiratkan hatinya yabg terluka.

"Saya tidak tahu apa yang dilakukan Perdana Menteri Yoon. Saya yakin kalau apa yang dilakukan Perdana Menteri sangat menyakiti Anda, Daegam. Sehingga Anda memilih keluar dari Hanyang dan tidak terlibat dengan politik lagi. Namun, bukan saja Anda yang terluka. Jungjeon Mama juga tersakiti," ucap Choi Jae-suk dengan raut wajah yang bersungguh-sungguh.

"Jungjeon Mama tersakiti juga? Aku sulit mempercayainya," ucap Yoon Seung Jae jujur. Baginya, Yoon Bo-kyung adalah orang yang sengaja menjebak Heo Yeon Woo agar dia bisa menjadi pendamping Lee Hwon.

"Saya bersama istri saya mendapat tugas merawat kalian berdua sejak kami berdua belum menikah. Merawat kalian dari bayi sampai berumur belasan tahun. Hal itu membuatku mengenali karakter kalian berdua. Saya tahu saat melihat wajahnya, Jungjeon Mama terlihat tertekan. Senyumnya tidak pernah selepas dulu, ketika kalian bermain bersama. Suaranya tidak menyiratkan kehangatan di masa kanak-kanaknya dahulu," ucap Choi Jae-suk dan suaranya terdengar prihatin. Yoon Seung Jae menunduk. Tangannya memutar-mutar cawan yang kosong. Rasanya sulit baginya menerima perkataan mantan pelayan dan pengasuhnya itu.

"Lagipula saya tahu dengan pasti kalau Jungjeon Mama tidak sepenuhnya menginginkan Tahta Bulan," lanjut Choi Jae-suk.

"Yang benar saja, Jae-suk. Kamu membelanya berlebihan," ucap Yoon Seung Jae tidak suka.

"Saya tidak berlebihan. Apakah seorang gadis yang berusaha melarikan diri dari Joseon ketika dia masuk dua besar calon Sejabin adalah orang yang haus tahta? Jika dia haus tahta, gadis itu tidak perlu merancang upaya melarikan diri dari Hanyang," ucap Choi Jae-suk emosi.

"Apa maksudmu, Jae-suk?" tanya Yoon Seung Jae dengan informasi yang terasa tidak asing baginya. Jan Shil pernah menyebut upaya melarikan diri.

"Saya tidak akan menutupi hal ini lagi. Sekalipun Jungjeon Mama melarang saya. Tahukah Anda? Jungjeon Mama pernah berusaha melarikan diri dari Hanyang. Dia meminta bantuan saya untuk menyebrang ke Manchuria. Namun, upayanya ketahuan. Perdana Menteri bahkan memukuli pelayan terdekatnya sampai mati. Anda ingat gadis bernama Seu-ri? Dia meninggal karena dipukuli oleh orang suruhan Perdana Menteri. Saya pun nyaris mati saat itu," ucap Choi Jae-suk membuat muka Yoon Seung Jae pucat. Dia ingat pelayan muda itu yang kerap menemani adiknya. Namun, dia pikir pelayan muda itu meninggal karena kecelakaan. Ibunya berkata demikian.

"Jan Shil juga terlibat dalam upaya melarikan diri itu. Oleh karena itu, ketika Jungjeon Mama harus ke Istana sejak terpilih sebagai Sejabin, meminta saya membawanya ke Joseon Utara. Semua demi keamanan Jan Shil," ucap Choi Jae-suk lagi dan Yoon Seung Jae meletakkan cawan yang dipegangnya di atas meja dengan kasar. Rasa sedih campur amarah melingkupinya. Sebuah kecurigaan muncul di benaknya.

"Apakah Abeoji mengancam Jungjeon Mama sehingga dia meletakkan boneka sihir itu?" pikir Yoon Seung Jae dan hatinya terasa sakit. Jika benar kecurigaannya, maka dia adalah kakak laki-laki tertolol di dunia ini. Seharusnya, sejak dia tahu ayahnya bernafsu menjadikan Yoon Bo-kyung sebagai sejabin, dia harus menjaga adiknya itu dari pengaruh ayahnya.

"Sebenarnya ada rahasia lain yang tidak bisa saya ceritakan karena saya takut Anda tidak akan percaya. Jika Anda menyelidikinya sendiri, itu sangat baik," ucap Choi Jae-suk dan Yoon Seung Jae menatapnya dengan seksama.

"Selidikilah kelahiran Jungejon Mama," ucap Choi Jae-suk dengan suara tajam.

"Untuk saat ini, Anda cukup mengabari Jusang Jeonha kalau Jungjeon Mama bisa dipercayai. Lagipula Jungjeon Mama nyaris mendapat dukungan Bangsawan Hwan," ucap Choi Jae-suk dan Yoon Seung Jae mengangguk. Tangannya terkepal. Hatinya penuh dengan pertanyaan.

🌈🌈🌈

Istana Gyeotaejeon, seminggu setelah Yoon Bo-kyung mendapat izin keluar Istana..

"Apakah pakaian ini cocok untukku?" tanya Yoon Bo-kyung kepada Park Sanggung setelah dia mengenakan Hanbok Perempuan Yangban.

"Tatanan rambutnya juga sudah rapi?" tanya Yoon Bo-kyung lagi sebelum Park Sanggung menjawab pertanyaannya yang pertama.

"Anda sangat cantik dengan pakaian ini, Jungjeon Mama. Tatanan rambut Anda juga sudah rapi," ucap Park Sanggung.

"Ayo kita ke gerbang Istana. Mungkin Jusang Jeonha sudah menunggu," ucap Yoon Bo-kyung.

"Baik, Jungjeon Mama," ucap Park Sanggung dan mereka pun berjalan menuju gerbang Istana. Kali ini Yoon Bo-kyung akan keluar Istana berdua dengan Lee Hwon, suaminya. Mereka akan menemui Bangsawan Hwan diam-diam. Kebetulan di Hanyang sedang ada festival menyambut musim dingin. Sangat cocok menyamarkan tujuan mereka untuk bertemu Bangsawan Hwan.

"Selamat pagi, Jusang Jeonha," ucap Yoon Bo-kyung ketika sudah di gerbang Istana. Wajah suaminya , Lee Hwon dalam balutan pakaian Yangban terlihat tampan. Yoon Bo-kyung pun menundukkan kepalanya karena malu.

"Buin, aku akan memanggilmu begitu selama di Luar Istana" ucap Lee Hwon membuat Yoon Bo-kyung mengadah dengan mimik terkejut. Kata "Bubuin" baginya serupa dengan pengakuan Lee Hwon kalau dia adalah istrinya. Bahkan, kata "Buin" yang diucapkan Lee Hwon terdengar seperti Lee Hwon menyebut "sayangku" kepadanya. Hal itu membuatnya tersipu.

"Di luar sana jangan panggil aku Jeonha. Panggil aku Songbangnim. Kita harus bersikap seperti suami istri Yangban biasa," ucap Lee Hwon dan Yoon Bo-kyung menganggukkan kepalanya.

"Baik," ucap Yoon Bo-kyung dan sambil menatap mata Lee Hwon lembut, dia melanjutkan ucapannya "Songbangnim," dan pipi Yoon Bo-kyung memerah.

🌷🌷🌷

Pembaca yang kusayang,
Saya akan berusaha supaya bisa postinh seminggu sekali. Ini hampir bisa lah ya. Terakhir postinh tanggal 7 Januari 2018. Hari ini tanggal 16 Januari 2018. Berarti nyaris tercapai waktu yang ingin dicapai.

Terimakasih untuk semua bentuk dukungan kalian.

Sumatera Utara, 16 Januari 2018.

Nb. Terimakasih @Friskapita95 untuk bantuan revisinya. Saya tertolong banget.

Temen2x kalo ada mau bantu koreksi , saya senang. Mohon bantuannya. Terimakasih banyak.

Nb. Terimakasih Riz untuk bantuan revisinya. (Revisi ulang tanggal 1 Februari 2018)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top