KEPUTUSAN ORABEONI
KOSAKATA
Jusang Jeonha : Yang Mulia Raja
Junjeong Mama : Yang Mulia Ratu
Gangyeonjeong : Istana kediaman Raja
Gyeotaejeon : Istana kediaman Ratu
Abeoji : Ayah
Eomeoni : Ibu
Orabeoni : kakak laki-laki, Abang
🌷🌷🌷🌷🌷
Yoon Seung Jae menatap wajah adik perempuannya dengan erat. Hanya mereka berdua yang berada di ruangan itu. Yoon Seung-Jae merasa gugup. Dadanya sendiri terasa sesak. Hatinya dipenuhi rasa bersalah. Sebagai seorang kakak laki-laki, seharusnya dia menjaga adik perempuannya. Namun, selama ini apa yang dia lakukan? Dia tidak menjaga saudarinya itu dan malah meninggalkannya.
Yang terburuk, dia menelan semua informasi begitu saja dan membuat kesimpulan sendiri. Dia menganggap adiknya dibutakan cinta dan tahta sehingga bersedia membantu ayahnya melakukan kejahatan terhadap keluarga Heo. Dia tidak ingin mencari tahu lagi. Dia memilih pergi karena dia kecewa kepada adiknya dan merasa bersalah kepada Lee Hwon, sahabatnya itu.
Setelah tahun-tahun berlalu, akhirnya dia mulai mencari tahu kebenaran. Dimulai dari informasi yang diberikan Choi Jae-suk kalau adiknya berniat melarikan diri dari Hanyang sebelum pengumuman seleksi Sejabin. Dia pun secara perlahan mendorong Jan Shil untuk menceritakan kejadian yang terjadi saat itu. Perempuan yang dicintainya itu akhirnya bisa menceritakannya dengan rinci setelah lukanya sembuh.
Yoon Seung Jae terkejut setelah mendengar cerita Jan Shil. Ayahnya itu menghukum Seu-ri dengan kejam sampai membawanya kepada kematian. Nampaknha hal itu membuat Yoon Bo-kyung tidak lagi berani melawan ayah mereka lagi. Yoon Seung Jae berani bertaruh kalau abeoji mereka telah mengancam adik perempuannya itu.
"Aku senang Orabeoni kembali," ucap Yoon Bo-kyung dan bibirnya membentuk senyuman. Wajah adiknya itu agak merah karena tadi menangis.
"Saya senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda, Jungjeon Mama," ucap Yoon Seung Jae dan menyebut kata Jungjeon Mama membuatnya sedikit sedih.
Dia merasa adiknya yang berada didekatnya kini terasa sangat jauh. Dia tidak diizinkan lagi untuk memeluknya seakrab sebelum Yoon Bo-kyung menikah. Dia tidak akan bisa mencubit kedua pipi adiknya dengan gemas seperti dulu. Betapa banyak waktu yang disia-siakannya karena amarah. Seandainya dia lebih tahu dengan cepat kebenarannya, dia pasti akan bersikap lebih baik kepada adiknya di masa lalu. Bahkan menyelamatkannya dari situasi rumit seperti saat ini.
"Apakah Jan Shil sehat?" tanya Yoon Bo-kyung dan Yoon Seung Jae menganggukkan kepalanya. Yoon Bo-kyung menghela nafas dan tersenyum.
"Syukurlah," ucap adiknya itu.
"Saya menyesal karena selama ini tidak mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang saya bisa melihat gambarannya dengan lebih jelas. Namun, saya butuh konfirmasi Anda, Jungjeon Mama. Apakah Abeoji mengancam Anda?" tanya Yoon Seung Jae dan Yoon Bo-kyung diam sejenak. Seakan ragu menjawab. Akhirnya adiknya itu menganggukkan kepalanya.
"Apa ancamannya? Apa ini menyangkut keselamatan anggota keluarga kita? Termasuk Eomoni dan saya sendiri?" tanya Yoon Seung Jae lagi, sebuah anggukkan kepala diberikan Yoon Bo-kyung. Mendapat jawaban begini, dia merasa kepalanya akan meledak. Ayah mereka telah menekan Yoon Bo-kyung dengan menjadikan istri dan anak laki-lakinya sendiri sebagai tawanan. Ayahnya begitu tega menekan jiwa anak perempuannya sendiri. Masih pantaskah dia memanggilnya abeoji?
"Apa Jungjeon Mama sudah tahu tentang kelahiran Anda yang sebenarnya?" tanya Yoon Seung Jae dan Yoon Bo-kyung terlihat terkejut. Matanya membelak karena kaget.
"Orabeoni tahu?" tanya Yoon Bo-kyung dengan suara lirih.
"Iya. Akhirnya saya tahu kalau saya lahir di hari yang sama dengan Anda, Jungjeon Mama. Bahkan lahir dari Ibu yang sama," ucap Yoon Seung Jae getir.
Setelah Choi Jae-suk menyuruhnya menyelidiki kelahirannya, dia langsung melakukannya. Dia pergi ke kota yang dikatakan ayahnya sebagai tempat selirnya yang melahirkan Yoon Bo-kyung. Disana dia mendapat informasi kalau selir tersebut sudah meninggal dunia. Namun, selir itu tidak pernah terlihat hamil. Informasi itu membuatnya semakin menggila mencari kebenaran. Mencari orang yang membantu kelahirannya dan dengan segenap cara memaksa bidan itu menjawab. Akhirnya dia tahu kalau dia sebenarnya adalah saudara kembar Yoon Bo-kyung yang lebih dulu lahir.
Anak kembar di keluarganya di anggap sebagai kutukan. Apalagi kembar laki-laki dan perempuan. Salah satunya, biasanya dibunuh atau dibuang. Hal inilah yang menyebabkan ayahnya bersikap dingin kepada Yoon Bo-kyung. Dia bahkan ragu kalau ayahnya itu menganggap Yoon Bo-kyung sebagai anaknya.
"Anak kembar dianggap kutukan. Jika abeoji kesal kepadaku, dia akan berkata kalau dia akan membuangku karena aku membawa kutukan," ucap Yoon Bo-kyung dan Yoon Seung Jae merasa hatinya tertusuk sembilu mendengar ucapan adik perempuannya itu. Dia menyesal tidak mengetahui kesulitan yang dialami adiknya itu selama ini, sekalipun saat itu mereka masih tinggal bersama-sama di Kediaman Yoon. Sekarang, Yoon Seung Jae paham mengapa adiknya begitu tertekan dan pasrah mengikuti setiap perkataan ayahnya. Yoon Bo-kyung pasti takut kalau dia akan dibuang jika tidak mengikuti perkataan ayahnya.
"Maafkan saya karena tidak tahu kesulitan yang Anda alami, Jungjeon Mama," ucap Yoon Seung Jae dengan suara bergetar dan Yoon Bo-kyung menganggukkan kepalanya. Yoon Bo-kyung tersenyum getir dan air mata jatuh kembali di pipinya yang putih, Segera saja, adiknya itu menghapus air matanya yang jatuh dengan tangannya sendiri. Yoon Seung Jae merasa iba. Ingin sekali rasanya dia memberikan bahunya kepada adiknya itu. Membiarkannya menangis berderai dalam pelukannyai, tetapi peraturan Istana melarang hal tersebut.
"Dan ramalan itu, saya mendengar seseorang telah meramal Anda," ucap Yoon Seung Jae, menyebutkan informasi ketiga yang diterimanya. Setelah mengetahui rahasia kelahirannya, Yoon Seung Jae mencari tahu apa yang terjadi saat dia lahir. Mengapa ayahnya membiarkan adik perempuannya hidup, padahal awalnya dia hendak membunuhnya. Dia tahu ibunya melarikan diri ke tempat seorang shaman. Yoon Seung Jae menemui shaman itu dan memintanya menceriatakan kejadian yang sebenarnya. Dia mendapatkan kisah tentang ramalan bayangan bulan.
"Yah, itu benar," ucap Yoon Bo-kyung dan menundukkan kepalanya.
"Abeoji terobsesi mewujudkannya. Dia merasa menjadikan Anda sebagai Ratu, tidak melawan Langit karena itu adalah takdir Anda. Namun, Abeoji lupa kalau semua yang terjadi di masa depan tergantung juga dengan keputusan yang kita ambil. Sekalipun Langit mengizinkan seseorang menjadi kaya, jika orang itu meraihnya dengan mencuri maka akan masuk penjara kelak. Sekalipun Langit mengizinkan seseorang menduduki tahta, jika cara meraihnya tidak benar tentu mendatangkan kemalangan," ucap Yoon Seung Jae dan setiap kata yang dikeluarkannya terasa pahit bagi dirinya sendiri.
"Kemalangan? Itu benar," ucap Yoon Bo-kyung dingin.
"Tahta bulan itu begitu dingin. Nyaris membekukan hati, pikiran dan tubuhku sendiri. Dibayangi rasa takut dan bersalah setiap malam. Menghadapi kenyataan kalau matahari enggan memberi cahayanya yang hangat, rasanya seperti mati lebih baik," ucap Yoon Bo-kyung dan Yoon Seung Jae menundukkan kepalanya. Air matanya sendiri menetes. Dia menyekanya dengan ujung lengan hanbok yang dikenakannya.
Yoon Seung Jae tahu kalau yang dimaksud Yoon Bo-kyung sebagai matahari yang enggan memberi cahanya yang hangat adalah sikap Lee Hwon. Yoon Seung Jae tidak bisa menyalahkan sahabatnya itu. Laki-laki itu sangat mencintai Heo Yeon Woo. Kesedihan yang dialaminya karena kehilangan orang yang dicintainya, pastilah sangat dalam. Orang yang kesedihannya mendalam, akan sulit membuka hatinya bahkan menolak untuk dihibur. Yoon Seung Jae yakin kalau Lee Hwon juga mencurigai Yoon Bo-kyung terlibat dalam konspirasi kriminalisasi Bangsawan Heo. Tentu sulit bagi sahabatnya itu menerima adik perempuannya di sisinya.
"Anda sangat tahu bagaimana sifat Abeoji. Mengapa Anda malah melawannya sekarang? Apa untuk mendapatkan perhatian Jusang Jeonha?" tanya Yoon Seung Jae terus terang.
"Jika itu alasan Anda, maka Anda akan terluka karena matahari hanya akan menyinari bulan yang sebenarnya sehingga bisa menerangi langit malam," ucap Yoon Seung Jae dan dia mengadahkan kepalanya. Menatap adiknya yang kini tersenyum getir menatapnya.
"Aku tahu, Orabeoni. Aku tahu aku akan terluka. Seperti dongeng burung yang terbakar karena berusaha meraih matahari)*," ucap Yoon Bo-kyung.
"Jadi mengapa Anda masuk kedalam pertaruhan besar ini?" ucap Yoon Seung Jae dengan suara bergetar. Hatinya kesal. Jika adiknya tahu resiko besar yang akan dialaminya apalagi jika Lee Hwon sampai tahu hal yang sebenarnya, Yoon Bo-kyung bisa mendapat hukuman berat. Dia benar-benar akan terbakar habis.
"Demi semua yang aku sayangi, orabeoni," ucap Yoom Bo-kyung dengan suara yang tenang dan penuh keyakinan.
"Aku telah memikirkannya dengan seksama. Bermingu-minggu lamanya, aku merenung di Biara. Merenungkan semua kesalahanku dan tujuan hidupku. Aku sadar, Langit tentu punya rencana dalam hidupku sehingga masih membiarkanku menduduki tahta bulan. Aku merasa Langit ingin melihat keputusanku sebelum menentukan apa yang pantas aku terima," ucap Yoon Bo-kyung dan terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya.
"Aku diberi kesempatan oleh Langit untuk melihat apa yang seharusnya aku lakukan. Sebagai seorang Ratu, aku harus memikirkan kebaikan untuk Raja dan rakyat. Jika ramalan itu benar, kalau aku hanya akan menduduki tahta sesaat saja, setidaknya dalam waktu yang singkat ini aku sudah melakukan hal terbaik yang bisa kulakukan sebagai Ratu. Apapun resikonya," ucap Yoon Bo-kyung dengan mimik wajah penuh tekad.
"Sekalipun harus melawan abeoji? Sekalipun nyawa Anda taruhannya?" tanya Yoon Seung Jae dengan suara yang nyaris melengking karena kecemasannya.
"Aku tahu alasan sebenarnya mengapa Orabeoni tidak melanjutkan penyelidikan boneka sihir dan memilih pergi setelah kematian Nona Heo. Orabeoni takut kalau setelah mengetahui kebenaran dan mengeksposnya kepada Jusang Jeonha, maka nyawaku bisa melayang," ucap Yoon Bo-kyung getir.
"Anda benar," ucap Yoon Seung Jae. Lalu dia kembali menatap mata Yoon Bo-kyung erat.
"Karena itu saya memutuskan membantu Anda kali ini untuk meyakinkan para sarjana terbaik itu untuk memberi penilaian yang adil. Setelah itu, saya berharap Anda berhenti terlibat dengan intrik Istana. Diam dengan tenang sajalah di Istana Gyeotaejeon. Keselamatan Anda taruhannya, Jungjeon Mama," ucap Yoon Seung Jae dengan sungguh-sungguh.
"Orabeoni, berpihak kepada kebenaran adalah lebih baik daripada kepada perasaan. Jika aku selamat, tetapi rakyat Joseon ini harus membayarnya dengan darah dan air mata, apa artinya? Hanya akan membebaniku dan membuatku gila pada akhirya," ucap Yoon Bo-kyung dan suaranya terdengar getir.
"Jungejeon Mama, aku,"ucap Yoon Seung Jae dan dia tidak bisa melanjutkan perkataannya.
"Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri apa yang dilakukan Abeoji untuk mempertahankan posisinya di pemerintahan. Tidak segan memusnahkan sebuah desa. Tidak segan membunuh siapa pun. Apakah aku sanggup menyaksikan yang lebih buruk lagi nantinya? Kemalangan saja yang akan aku terima," ucap Yoon Bo-kyung dengan nada suara yang terdengar pahit.
"Bahkan aku sudah menduga kalau Abeoji tidak akan segan untuk menggulingkan tahta Jusang Jeonha. Sejak Abeoji menikahkan sepupu kita dengan Paman Raja, aku mulai menaruh curiga dan aku merasa kalau pernikahan tersebut adalah rencana cadangan abeoji. Dia tidak suka Jusang Jeonha yang terus menerus menyelidiki kasus Bangsawan Heo dan terus mencari kesalahannya. Abeoji membutuhkan Raja Boneka bukan Raja sungguhan," ucap Yoon Bo-kyung dengan wajah memerah. Adiknya terlihat sangat kesal.
"Itu sepertinya benar," ucap Yoon Seung Jae dengan suara lirih. Dia tahu kalau pernikahan sepupunya dengan Paman Raja adalah usul ayahnya. Sebelum dia terus terang mendukung Lee Hwon dalam penyelidikan kasus boneka sihir, ayahnya mempercayainya dan membawanya bertemu dengan semua pendukung klan Yoon. Saat itulah dia mendengar ayahnya mengusulkan kepada pamannya untuk menikahkan putrinya dengan adik mendiang Raja. Saat itu dia tidak jauh berpikir. Dia hanya berpikir kalau pernikahan dengan keluarga kerajaan adalah cara meningkatkan pamor semata. Namun, sekarang dia sadar kalau ucapan Yoon Bo-kyung adalah kebenarannya. Ayahnya punya rencana lain dengan pernikahan sepupunya itu. Rencana cadangan.
"Jika seperti itu, maka situasi Jusang Jeonha sangatlah riskan sekarang," ucap Yoon Seung Jae dan Yoon Bo-kyung menganggukkan kepalanya.
"Bukan saja Jusang Jeonha, tetapi nasib rakyat juga berada dalam posisi berbahaya. Aku takut, penderitaan rakyat akan bertambah jika Jusang Jeonha tidak lagi memerintah," ucap Yoon Bo-kyung dan Yoon Seung Jae menyetujuinya. Dia tidak terlalu mengenal Paman Raja seperti apa, tetapi melihat kiprahnya yang kurang dalam pemerintahan maka Yoon Seung Jae menyimpulkan kalau Paman Raja memiliki posisi yang lemah dan mudah dimanipulasi. Jika tidak begitu, ayahnya tidak akan menjadikannya sebagai rencana cadangan. Raja yang mudah dimanipulasi adalah kemalangan yang besar.
"Ini sangat berbahaya," ucap Yoon Seung Jae setelah menganalisa perkataan Yoon Bo-kyung.
"Oleh karena itu, aku tidak hanya membutuhkan Orabeoni untuk meyakinkan para lulusan terbaik itu. Aku berharap Orabeoni akan terus mendukung Jusang Jeonha. Orabeoni mengetahui kekuatan dan kelemahan Abeoji. Itu bisa menjadi rujukan bagi Jusang Jeonha dalam mengambil keptusan," ucap Yoon Bo-kyung dengan sungguh-sungguh bahkan menggenggam kedua tangan kakak laki-lakinya itu.
"Namun, ini akan membahayakan dirimu juga," ucap Yoon Seung Jae enggan menyetujui.
"Apakah kakak percaya kalau Langit selalu melihat dan menilai? Percaya kalau Langit akan memberikan pertolongan? Aku percaya Langit akan menolongku. Jangan memikirkan apa yang aku alami kelak. Anggap saja, dengan mendukung Jusang Jeonha, Orabeoni sedang menyelamatkanku juga. Kelak jika Jusang Jeonha tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia mungkin bisa memaafkanku dan membiarkan aku hidup," ucap Yoon Bo-kyung dengan sungguh-sungguh.
Yoon Seung Jae terdiam. Apakah perkataan adiknya benar? Apakah Lee Hwon akan melepas adiknya dari hukuman setelah tahu kebenarannya karena mereka membantu Lee Hwon menduduki tahta dengan daulat penuh? Yoon Seung Jae mengingat persahabatannya dengan Lee Hwon selama ini.
Bukankah laki-laki itu tetap memilih bersahabat dengannya sekalipun dia meninggalkannya bertahun-tahun? Bukankah laki-laki itu tidak menekannya untuk membantunya tetapi tetap memberikan ruang untuknya memilih? Lee Hwon mungkin akan menyelamatkan Yoon Bo-kyung juga kelak. Lagipula, bukankah mereka bisa mencari cara menggulingkan Perdana Menteri Yoon tanpa harus menceritakan hal yang sebenarnya?
"Saya adalah orang Anda, Jungjeon Mama," ucap Yoon Seung Jae dengan suara yang penuh keyakinan. Bukan saja untuk rakyat Joseon dan sahabatnya dia mengambil keputusan ini. Dengan cara ini, dia bisa menyelamatkan adiknya juga.
🌷🌷🌷🌷🌷
*) Dongeng burung yang terbang ke Matahari adalah dongeng yang waktu aku kecil pernah baca. Kisahnya tentang seekor Burung Bayan yang sombong. Dia pikir bisa terbang menuju matahari dan menyombongkannya. Dia mengumbarnya kepada teman-temannya. Akhirnya dia didesak untuk membuktikannya. Dia pun terbang untuk membuktikannya, tetapi saat mendekati matahari justru dia terbakar. Kalau tidak salah, dongengnya berasal dari Kalimantan.
Sumatera Utara, 11 Maret 2018
Pembaca yang kusayang, maaf karena keterlambatan publish dan lama baru membalas komentar. Aku sedang sibuk di dunia nyata. Kali ini saya publish dua bab. Semoga keduanya dibaca tanpa dilompati ya. Terimakasih untuk semua dukungannya. Tanpa kalian, aku nol.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top