BAYANGAN YANG TIDAK MENYAKITI
"Yoon Seung Jae, Kakak laki-lakimu memintaku bertemu dengannya hari ini," Lee Hwon memutuskan untuk memulai percakapan setelah mereka berdua berdiri cukup lama dalam keheningan di tengah jembatan yang berada di atas kolam Istana.
Yoon Bo-kyung yang sedang menatap bayangan bulan di atas kolam menoleh dan menatap Lee Hwon.
"Orabeoni meminta bertemu dengan Jeonha?" Yoon Bo-kyung memastikan pendengarannya.
"Iya dan aku sudah menemuinya di Kota, di tempat rahasia kita," Lee Hwon menjelaskan. Yoon Bo-kyung terdiam dan menatap kolam lagi.
'Tujuan Orabeoni menemui Jusang Jeonha pasti untuk berpamitan karena dia akan ke Manchuria,' Yoon Bo-kyung berkata di dalam hati.
"Dia pamit karena akan ke Manchuria," Lee Hwon berkata lagi lalu diam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya lagi.
"Dia menceritakan hal yang menarik, mengenai pelayanmu yang meninggal tiba-tiba pada saat pemilihan Sejabin," Lee Hwon bicara sambil memperhatikan ekspresi Yoon Bo-kyung.
"Dia meninggal karena saya," ucap Yoon Bo-kyung dan matanya memancarkan kesedihan. Dia mengingat Seu-ri yang menemaninya sejak dia masih kecil. Gadis itu meninggal begitu muda karena mencoba membantunya melarikan diri dari pemilihan Sejabin.
"Yoon Seung Jae menceritakan penyebab kematian pelayan itu, kalau dia mati karena membantu Jungjeon melarikan diri dari pemilihan Sejabin," Lee Hwon menceritakan apa yang dia dengar dari Yoon Seung Jae.
"Aku tidak pernah menyangka kalau Jungjeon pernah mencoba melarikan diri pada saat pemilihan Sejabin. Seharusnya kamu menceritakan kejadian yang kamu alami kepada Yoon Seung Jae atau kepadaku," Lee Hwon melanjutkan perkataannya.
"Jeonha, pada saat itu saya masihlah seorang anak perempuan yang naif dan tidak memikirkan segala sesuatu secara mendalam," Yoon Bo-kyung menundukkan kepalanya. Lalu dia mengela nafas.
"Akan tetapi, setelah kejadian itu berlalu saya sering mengandai-andaikan kemungkinan itu. Seandainya saya menceritakan hal ini kepada Orabeoni atau kepada Jusang Jeonha kalau saya mau melarikan diri dari pemilihan Sejabin, apakah akan memberikan perbedaan?" Yoon Bo-kyung mengangkat kepalanya lalu menatap Lee Hwon. Hatinya terasa sakit.
"Jeonha, sekalipun saya menceritakan kalau saya mau melarikan dari pemilihan itu kepada Orabeoni atau Jeonha, tidak akan ada perbedaan karena Jusang Jeonha sekarang tentu sudah tahu sifat asli Abeoji," Yoon Bo-kyung terus terang menunjukkan rasa tidak percayanya kepada Lee Hwon.
" Akan lebih banyak lagi yang menderita jika saya meminta Orabeoni dan Jusang menolong saya melarikan diri,"
"Akan lebih banyak lagi yang mati demi saya, lalu apakah saya sanggup menanggung rasa bersalah sebagai penyebab kematian Seu-ri?"
Yoon Bo-kyung mengingat ibunya yang menjadi sandera, mengingat nyawa Janshil dan rombongan Pedagang yang mau membantunya berada di ujung tanduk. Jika dia bersikeras melarikan diri dan jika dia tidak menuruti perintah Ayahnya maka pasti orang-orang yang tidak bersalah itu mati dibunuh Yoon Dae-hyung.
"Pasti Jusang Jeonha tidak akan percaya jika saya katakan kalau saya juga menyesali kehancuran keluarga Heo," Yoon Bo-kyung merasa dadanya semakin sesak saat mengatakannya.
Penyesalan yang bertumpuk di dalam hatinya kembali mencuat. Jika dia tidak mengendalikan diri, dia pasti akan menceritakan perbuatannya yang menyembunyikan boneka sihir itu di kamar keluarga Heo.
'Ini belum saatnya kamu menceritakannya, Bo-kyung. Belum saatnya,' hati kecilnya memperingatinya untuk tidak bicara lebih jauh lagi. Dia pun menggigit bibirnya sendiri.
"Aku mengerti ketakutanmu pada saat itu, tetapi seharusnya kamu menceritakan kejadian yang sebenarnya supaya aku tidak berpikiran buruk tentangmu," Lee Hwon bicara lagi dan perkataan itu justru lebih menyakiti hati Yoon Bo-kyung. Dia tersenyum sinis menatap laki-laki yang berdiri bersamanya itu.
"Sejak peristiwa boneka sihir itu terjadi, sejak saya masuk ke Istana sebagai Sejabin, sejak saat itu Jusang Jeonha telah menetapkan saya sebagai musuh Anda. Anda telah menganggap saya dan Ayah saya itu sama. Jadi apa gunanya saya menceritakan hal itu kepada Jusang Jeonha? Jeonha pasti akan semakin membenci saya karena menganggap saya membela diri dengan cara mengarang cerita sedih," Yoon Bo-kyung menundukkan kepalanya.
"Sampai akhirnya saya menyadari kalau selamanya Jeonha tidak akan menerima dan percaya kepada saya jika saya tetap diam. Dan Ayah saya akan semakin jahat karena Jeonha tetap melawannya dengan cara menghindari dan membenci saya," Yoon Bo-kyung kembali menegaskan motivasinya sejak awal mengajak Lee Hwon bekerjasama menjatuhkan Yoon Dae-hyung.
"Apa Jeonha tidak tahu atau pura-pura tidak tahu kalau Abeoji pasti akan melakukan segala cara untuk menjaga kekuasaannya di Istana ini, termasuk menyingkirkan Jeonha?" Yoon Bo-kyung bicara dengan lebih tegas.
"Karena itu, saya tahu kalau saya tidak bisa diam lagi. Saya tidak bisa membiarkan rasa bersalah dan rasa takut saya menghantui saya seumur hidup. Saya juga tidak bisa melihat orang yang saya cintai perlahan-lahan menuju kehancurannya karena ayah saya sendiri. Kalau saya mati, setidaknya saya mati karena perjuangan saya bukan karena sikap diam saya," Yoon Bo-kyung berkata dengan berapi-api.
"Namun, ternyata seberapa banyak pun usaha saya, seberapa banyak pun pengorbanan saya, Jeonha tidak percaya kepada saya dan perasaan cinta saya. Bahkan Jeonha mempermainkan cinta saya dan harapan saya," Yoon Bo-kyung tidak bisa menahan air matanya lagi.
"Membuat saya tahu posisi saya selamanya bukan istri, bukan teman, bukan juga sahabat bagi Anda. Sejujurnya saya bahkan sempat kehilangan tujuan saya," Yoon Bo-kyung bicara lirih.
"Sempat saya berpikir untuk berbalik dari Jeonha, tetapi saya sadar sekalipun saya sakit hati, tetapi saya tidak bisa melihat Jeonha celaka. Sekalipun Jeonha tidak menghargai jerih payah saya, Langit pasti melihat apa yang saya perjuangkan. Saya tidak lagi mengharapkan Jeonha menghargai saya atau membalas cinta saya. Saya yakin Langit akan memberikan kepada saya upah yang lebih baik daripada yang bisa Jeonha berikan kepada saya," Yoon Bo-kyung tersenyum. Setiap kata-kata yang diucapkannya, mengalir dari hatinya.
Seiring dengan kata-kata itu, hatinya pun semakin kokoh. Sekalipun harus berulang kali meyakinkan Lee Hwon, sekalipun juga harus menerima penghinaan darinya berulang kali juga, dia tidak akan berbalik dari rasa cintanya.
Yoon Bo-kyung menatap bulan yang bersinar terang di belakang Lee Hwon. Lalu menatap bayangan bulan yang ada di kolam. Bayangan itu membuatnya yakin akan perasaannya sendiri.
Cinta yang dimilikinya saat ini bukanlah cinta yang menuntut diberikan perasaan yang sama oleh orang yang dia cintai ini.
Sama seperti bayangan bulan yang tidak menuntut orang-orang mengaguminya, karena sejatinya dia hanyalah bayangan. Orang-orang akan tetap mengagumi bulan yang sebenarnya.
Sebagai bayangan, dia akan tetap mengagumi bulan di Langit dan orang yang mengagumi bulan itu. Dan bayangan bulan tidak pernah menyakiti orang yang mengagumi bulan yang sebenarnya.
***
Lee Hwon terus menyimak perkataan Yoon Bo-kyung dengan kesungguhan hati. Setiap kata Yoon Bo-kyung tidak dapat dibantahnya.
Dia hanya diam. Tidak sekalipun dia memalingkan wajahnya dari Yoon Bo-kyung. Seakan terpana dengan perempuan di hadapannya.
Dia memegang dadanya sendiri, mengapa dia merasa jantungnya berdebar keras? Mengapa saat ini, dia tidak lagi berprasangka buruk?
Ketika Yoon Bo-kyung mengatakan kalau dia mengharapkan upah dari Langit, mengapa hatinya merasa bersalah dan kagum sekaligus.
Lee Hwon merasa bersalah karena tidak bisa memberikan balasan seperti Yoon Bo-kyung katakan. Tetapi juga kagum, karena ketika Yoon Bo-kyung mengatakan kalau dia mengharapkan upah dari Langit artinya dia tulus.
Sebuah cinta yang tidak mengharapkan apapun sebagai balasan adalah cinta yang sangat besar dan indah.
"Bukankah kamu meminta kebebasan?" Lee Hwon masih berusaha memberontak dari kekagumannya.
"Jika Jusang Jeonha tidak dapat memberikannya, maka Langit yang akan memberikan kepada saya kebebasan yang lebih besar dari yang bisa Jusang Jeonha berikan," Yoon Bo-kyung tersenyum.
"Sama seperti cahaya bulan ini yang memancar ke seluruh penjuru tanpa halangan. Jika Sang Pencipta dapat menciptakan cahaya yang tidak dapat dibatasi, apalagi sebuah kebebasan? Langit pasti memberikannya kepada saya," Yoon Bo-kyung tersenyum.
"Saya juga tahu kalau Jusang Jeonha menganggap saya hanyalah bayangan bulan. Namun, bayangan tidak meminta untuk dikagumi. Bayangan juga tidak menyakiti. Saya bertekad untuk menjadi bayangan yang seperti itu. Jadi, Jusang Jeonha juga jangan khawatir, saya pun hanyalah bayangan ibu bagi anak yang dikandung Han Sukwon. Tidak akan pernah menjadi ibu sejatinya," Yoon Bo-kyung menatap Lee Hwon dengan berani
"Jusang Jeonha, hari semakin larut. Udara juga semakin dingin. Saya undur diri untuk beristirahat," Yoon Bo-kyung memberi hormat kepada Lee Hwon lalu pergi meninggalkannya sendiri di atas jembatan.
Lee Hwon menatap ke Langit yang dihiasi oleh Bulan terang. Bulan adalah lambang Ratu, tetapi Yoon Bo-kyung menegaskan apa yang Lee Hwon pikirkan kalau Lee Hwon hanya menganggap Yoon Bo-kyung sebagai bayangan semu bulan yang tidak akan menggantikan Bulan di langit.
Yoon Bo-kyung tidak terlihat terluka saat mengatakan pemikirannya itu. Dia bahkan terlihat bangga dengan ucapannya. Hal itu membuatnya bingung.
Lee Hwon menatap bayangan di kolam. Untuk pertama kalinya, dia menyadari bayangan Bulan pun terlihat indah terpantul di permukaan air. Bayangan bulan memang tidak dapat menyakiti orang.
Akan tetapi, Yoon Bo-kyung lupa kalau bayangan Bulan dapat menghipnotis orang untuk meraihnya. Sama seperti ketika Lee Hwon masih anak-anak pernah melompat ke kolam di malam hari karena menganggap bulan di kolam itu dapat diraihnya.
21 April 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top