APAKAH AKU MULAI MENYUKAIMU?

Kosakata

Naeui = dayang yang berperan sebagai dokter wanita.

****

Lee Hwon melihat wajah Yoon Bo-kyung yang berada di dalam pelukannya. Wajah istrinya itu pucat. Lee Hwon memegang pipi Yoon Bo-kyung. Pipi istrinya itu masih dingin sama seperti tadi. Sudah berjam-jam dia tidur dengan memeluk istrinya itu, tetapi hasilnya masih saja sama.

"Jusang Jeonha, bolehkah saya masuk?" suara Hwan Nari terdengar dari depan pintu kamar. Lee Hwon melepas pelukannya dan langsung duduk di atas futon.

"Masuklah!" Lee Hwon memberi perintah. Pintu kamar itu terbuka dan Hwan Nari masuk bersama Park Sanggung. Lee Hwon mengangkat tubuh Yoon Bo-kyung dan membuat istrinya itu duduk dengan bersandar ke dadanya.

"Saya membuat ramuan yang baru," Hwan Nari berkata dengan lirih. Lee Hwon melihat wajah Hwan Nari yang sedih. Matanya bengkak menunjukkan kalau perempuan itu baru saja menangis. Park Sanggung memegang mulut Yoon Bo-kyung sehingga terbuka. Lee Hwon melihat wajah Park Sanggung, wajah dayang senior itu juga sembab.

Hwan Nari perlahan mengambil sesendok ramuan yang dia buat. Dia meniupnya perlahan dan menyuapkannya ke mulut Yoon Bo-kyung. Namun, Yoon Bo-kyung tidak menelannya. Ramuan itu mengalir keluar dari mulut Yoon Bo-kyung lalu mengenai pakaiannya. Hwan Nari meneteskan air matanya.

"Jungjeon Mama, aku mohon! Minumlah!" Hwan Nari bicara dengan suara yang tercekat. Seperti seseorang yang berusaha menahan diri untuk berteriak. Lee Hwon melihat ramuan obat yang keluar dari mulut Yoon Bo-kyung. Perasaannya campur aduk. Hatinya terasa sakit.

"Hwan Nari, jangan menangis!" Park Sanggung bicara dengan tegas, tetapi matanya sendiri mengalirkan air mata. Lee Hwon menggigit bibirnya sendiri. Dia tidak bisa menyerah. Dia harus melakukan sesuatu supaya istrinya itu meminum ramuan yang baru dibawakan oleh Hwan Nari.

Lee Hwon membaringkan Yoon Bo-kyung di atas futon lagi.

"Sanggung," Lee Hwon memanggil Park Sanggung dan memberi isyarat dengan tangan supaya dayang senior itu duduk di dekat kepala Yoon Bo-kyung. Lee Hwon mengankat kepala Yoon Bo-kyung perlahan dan menjadikan paha Park Sanggung sebagai bantalnya.

"Tanganmu!" Lee Hwon memberi perintah dan isyarat tangan bersamaan. Dia membuat isyarat supaya Park Sanggung meletakkan tangannya untuk menahan kepala Yoon Bo-kyung di atas pahanya. Hal itu dia lakukan supaya kepala Yoon Bo-kyung bisa terangkat lebih tinggi dari sebelumnya.

Lee Hwon mengulurkan tangannya lalu berkata kepada Hwan Nari, "Cawan!"

Hwan Nari menyerahkan cawan berisi ramuan obat yang dia rebus. Lee Hwon menerimanya. Dia meniup ramuan di dalam cawan itu dengan cepat. Dia menyecapnya sedikit dan merasakan ramuan pahit itu sudah tidak terlalu panas. Dia lalu meminumnya dan dan dengan cepat mendekati Yoon Bo-kyung lalu mengalirkan isi mulutnya ke dalam mulut Yoon Bo-kyung dengan ciuman.

Upaya Lee Hwon berhasil. Cairan obat itu masuk ke dalam kerongkongan istrinya. Lee Hwon menyeka bibirnya dengan ujung lengannya. Dia melihat wajah kedua pelayan setia istrinya itu kaget seakan melihat hantu. Lee Hwon mengabaikan sikap mereka.

"Air!" Lee Hwon memberi perintah. Hwan Nari yang terkejut tidak langsung memberi respon. Lee Hwon berdeham melihat reaksi naeui itu. Hwan Nari sadar dari keterjutannya lalu dengan terburu-buru mengambil cawan berisi air biasa. Dia memberikannya kepada Lee Hwon. Lee Hwon langsung meminumnya, tetapi rasa pahit masih tertinggal di mulutnya.

Hwan Nari menyadari ketidaknyamanan Raja-nya itu. Dia segera menyodorkan cawan yang berisi madu. Seharusnya air biasa tadi dicampur dengan madu itu. Namun, Hwan Nari sangat gugup sehingga lupa mencampurnya. Lee Hwon menyecap madu itu sedikit.

Dia melihat wajah Yoon Bo-kyung lalu dia memegang bibirnya sendiri.

'Jika aku sendiri merasa kalau mulutku pahit setelah meminum ramuan obat tadi maka kamu pun merasakan hal yang sama, bukan?' Lee Hwon berkata di dalam hati.

Dia memasukkan jarinya ke dalam larutan madu di dalam cawan. Tangannya pun berselimut madu. Lee Hwon mengoleskan madu itu ke bibir istrinya itu. Madu itu perlahan merembes ke mulut Yoon Bo-kyung. Lee Hwon melakukannya sekali lagi.

"Bagaimana keadaan Jungjeon sekarang?" Lee Hwon bertanya dengan suara yang datar. Dia berusaha menahan diri supaya suaranya tidak terdengar panik. Hwan Nari menganggukkan kepalanya. Dia mengambil lengan Yoon Bo-kyung dan menyentuh nadinya. Dia terlihat serius saat memegang nadi Yoon Bo-kyung.

"Bagaimana?" Lee Hwon mengulang pertanyaannya lagi. Hwan Nari menggelengkan kepalanya dan air matanya mengalir lagi.

"Irama nadinya masih seperti tadi, Jusang Jeonha. Jungjeon, keadaannya masih dalam bahaya," Hwan Nari berkata dengan terbata-bata.

"Jangan menangis! Pergi dan buat ramuan yang baru. Kamu berjanji untuk tidak menyerah, bukan?" Lee Hwon bicara dengan tegas dan nyaris seperti orang yang marah.

"Hwan Nari," Park Sanggung memegang tangan dayang juniornya itu. Park Sanggung hanya menyebut namanya saja, tetapi dayang bagian pengobatan itu langsung berhenti menangis. Dia menganggukkan kepalanya dan menundukkan kepalanya sebentar kepada Lee Hwon lalu pergi dari kamar itu.

Lee Hwon mengangkat kepala Yoon Bo-kyung dari paha Park Sanggung. Dia membaringkannya perlahan di atas futon lalu menyelimutinya dengan selimut yang tebal.

"Park Sanggung, pastikan kalau tidak ada yang mengetahui keadaan Jungjeon saat ini," Lee Hwon berkata dengan tegas kepada dayang utama di Istana-nya itu.

"Baik, Jusang Jeonha," Park Sanggung menjawab dengan cepat.

"Sekarang pergilah! Biar aku yang menjaganya," Lee Hwon memberi perintah. Park Sanggung menganggukkan kepalanya. Dia mundur perlahan menuju pintu. Sebelum dia keluar, dayang utama itu berkata dengan suara yang lirih.

"Terimakasih Jusang Jeonha karena Anda berusaha menyelamatkan Jungjeon Mama," Park Sanggung berkata lirih sambil membungkukkan badannya. Lalu keluar dari ruangan itu. Lee Hwon menghela nafas. Dia melihat wajah Yoon Bo-kyung.

Perkataan Park Sanggung terngiang di kepalanya. Lee Hwon perlahan menyentuh pipi istrinya itu.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan cara seperti ini," Lee Hwon berkata dengan suara yang lirih. Dia memegang dadanya sendiri dengan tangannya yang satu lagi. Sejak tadi dia tidak merasa tenang. Dia merasa dadanya sesak.

'Aku tidak pernah mencintaimu, Bo-kyung. Aku bahkan membencimu karena menganggap kalau kamu yang menyebabkan kehancuran keluarga Heo. Namun, mengapa dadaku terasa sakit seperti saat ini?' Lee Hwon bertanya kepada dirinya sendiri.

Dia ingat dengan perkataan Park Sanggung saat dia pertama kali melihat kondisi istrinya itu. Dayang utama itu berkata kalau Yoon Bo-kyung terpaksa meminum ramuan itu untuk menyelamatkan Kim Suk-won.

Lee Hwon bisa membayangkan dilema yang dialami oleh istrinya saat itu. Jika Yoon Bo-kyung menolak cawan itu dan orang-orang bertanya alasannya, mereka mungkin akan memaksa untuk memeriksa isi cawan teh yang diberikan Kim Suk-won kepadanya. Lalu saat mereka menemukan kalau teh di dalam cawan itu bercampur dengan racun maka Kim Suk-won akan dituduh telah berupaya membunuh Yoon Bo-kyung.

Orang-orang itu tidak akan berhenti dengan menangkap dan menyiksanya saja. Mereka juga akan menyelidiki latar belakang Kim Suk-won. Dengan cepat mereka akan mengetahui kalau Kim Suk-won adalah Heo Yeon Woo. Jika hal itu terjadi, siapa pun tidak akan bisa menyelamatkannya. Dia sendiri pun tidak akan bisa melakukannya.

'Apakah kamu tahu kalau dia adalah Heo Yeon Woo? Aku rasa kamu tidak tahu. Karena jika kamu tahu, kamu pasti tidak akan menyelamatkannya, bukan?' Lee Hwon berkata di dalam hati.

Perasaannya bercampur aduk jika mengingat pristiwa yang menjatuhkan keluarga Heo. Dia masih menganggap Yoon Bo-kyung terlibat dalam pristiwa yang menyedihkan itu. Tragedi keluarga Heo dimulai sehari setelah pertemuan Yoon Bo-kyung dengan Heo Yeon Woo. Sehari setelah pertemuan itu, boneka sihir ditemukan di kediaman keluarga Heo Yeon Woo.

Setelah itu, Lee Hwon mengalami hari-hari penuh kesedihan. Dia kehilangan guru yang sangat dia hormati. Dia kehilangan sahabatnya sejak kecil. Dia bahkan terpisah dari wanita yang dia cintai.

Mengingat pristiwa itu, kemarahan menyusup dan menguasai hati Lee Hwon lagi. Otomatis dia menarik tangannya yang menyentuh pipinya Yoon Bo-kyung.

'Jika mengingat semua tragedi itu, aku seharusnya tidak peduli dengan keadaanmu,' Lee Hwon berkata di dalam hatinya.

Akan tetapi, tiba-tiba perkataan Yoon Bo-kyung terngiang di kepalanya, 'Jusang Jeonha, aku mencintai Anda,'

Perkataan itu terasa menusuk dada Lee Hwon saat ini.

'Anda percaya atau tidak, saya tidak peduli lagi. Saya ingin Anda bahagia, apapun akan saya lakukan untuk kebahagiaan Anda,' kata-kata Yoon Bo-kyung yang lain ikut terngiang di benaknnya.

Kemudian satu demi satu pristiwa yang dia dan Yoon Bo-kyung lewati bersama-sama terngiang lagi. Mengalir di benak Lee Hwon dan memenuhinya.

Pristiwa saat mereka menemui Tuan Hwan. Pristiwa dimana mereka mengalahkan tangan kanan Perdana Menteri Yoon dengan taktik yang dibuat Yoon Bo-kyung. Dia ingat kalau Yoon Bo-kyung memberikannya banyak saran yang baik kepadanya.

Istrinya itu terus berusaha menolongnya berulang kali . Yoon Bo-kyung bahkan berulang kali mengambil resiko dengan pergi keluar dari Istana secara diam-diam. Istrinya itu tidak pernah takut kepada apapun.

Dia melakukan semua itu untuk dirinya!

Lee Hwon merasa hatinya sakit. Dia merasa kebenciannya meredup digantikan perasaan asing yang selalu dia sangkal berulang kali.

Perlahan dia menyentuh bibir Yoon Bo-kyung yang kebiruan.

"Kamu bilang akan melakukan apa pun supaya aku bahagia, bukan? Apakah ini adalah salah satu hal yang kamu lakukan untuk membuktikan perkataanmu? Kamu tahu kalau aku menyukai Kim Suk-won, karena itu kamu menyelamatkannya?" Lee Hwon bertanya dan dia menariknya tangannya itu lagi.

"Bodoh!" Lee Hwon menggerutu.

"Jika kamu merasa dengan melakukan itu maka kamu sudah membuatku bahagia, kamu salah. Kamu bodoh atau pura-pura bodoh? Kita belum mengalahkan ayahmu! Selama dia masih berada di atas angin seperti saat ini, aku tidak akan pernah bahagia. Kamu harus menyelesaikan apa yang kamu mulai," Lee Hwon berkata dengan setengah suara, tetapi penuh dengan emosi.

"Aku akan terus mengatakan kamu bodoh jika kamu tidak berjuang untuk hidup! Aku belum bahagia, tetapi kamu memutuskan untuk meninggalkan dunia ini?" Lee Hwon bertanya lagi.

Dia merasa dadanya tetap sesak. Dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri lagi. Dia tidak bisa menyangkali perasaan yang muncul di hatinya berulang kali.

Jujur saja, dia merasa sedih melihat keadaan Yoon Bo-kyung saat ini. Dia juga merasa takut. Dia takut kalau perempuan yang berbaring di sampingnya ini tidak akan bangun lagi.

"Aku tidak hanya akan mengatakan kamu bodoh. Aku juga tidak percaya dengan pernyataan cintamu. Aku bahkan akan membencimu sampai ke tulang sum-sumku jika kamu memutuskan menyerah dan pergi ke dunia kematian," Lee Hwon mengancamnya.

Lee Hwon takut kalau istrinya itu memutuskan untuk menyerah dan meninggalkannya. Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Tidak akan pernah

Lee Heon bertekad akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Yoon Bo-kyung. Dia memutuskan dalam waktu singkat untuk mengatakan apapun untuk memprovokasi Yoon Bo-kyung. Dia akan membuatnya marah lalu bangun dari keadaannya saat ini.

Dia yakin kalau istrinya itu bisa mendengar perkataannya saat ini. Dia tidak peduli kalimat sekejam apapun yang dia keluarkan.

Dia tidak akan membiarkan perempuan itu menyerah dan meninggalkannya.

"Aku membenci orang yang tidak menyelesaikan apa yang sudah dia mulai," Lee Hwon berkata lagi dan merasakan air matanya mengalir di pipinya. Lee Hwon menyentuh pipinya sendiri dengan jarinya. Dia menatap ujung jarinya yang basah setelah menyentuh pipinya sendiri.

Air mata itu menjelaskan dengan jelas isi hatinya. Lee Hwon tahu kalau dia tidak bisa membohongi hati nuraninya. Air mata yang mengalir di pipinya adalah bukti kalau sesuatu telah terjadi pada dirinya. Kalau dirinya sudah menganggap Yoon Bo-kyung adalah orang yang penting baginya

Sebesar apapun pertentangan yang terjadi di batinnya saat ini. Dia tahu satu hal kalau dia tidak mau kehilangan Yoon Bo-kyung. Dia tidak mau perempuan itu meninggalkannya.

Lee Hwon menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghelanya perlahan.

"Aku tidak mau kehilangan dirimu. Apakah ini tanda kalau aku mulai menyukaimu?" Lee Hwon berkata lirih. Dia menatap Yoon Bo-kyung. Hatinya terasa sakit.

Lee Hwon berbaring di samping istrinya itu. Dia memeluk Yoon Bo-kyung dengan lembut.

"Apakah kamu dengar perkataanku tadi?" Lee Hwon bertanya dengan suara yang lirih di telinga Yoon Bo-kyung.

"Aku mungkin mulai menyukaimu," Lee Hwon mengulang perkataannya lagi.

"Jadi jangan menyerah dan kembalilah kepadaku!" Lee Hwon melanjutkan kalimatnya lalu mempererat pelukannya itu.

*****

Pembaca Yang Kusayang,

Maaf lama tidak memberi kabar. Banyak kesibukan di kantor dan pikiranku memang lagi mumet juga. Beberapa kali saya mencoba melanjutkan cerita ini. Namun, buntu. Setelah mendengar banyak lagu Korea yang menjadi OST Drama Saeguk, barulah ide ini muncul.

Mengapa sedikit sekali yang aku publish? Alasannya aku mau menekankan perasaan Lee Hwon disini.

Kadang-kadang, aku ingin nampar karakter ini. Namun, jujur aja saat aku nulis part ini, aku nangis untuk Lee Hwon. Aku bayangin dilema Lee Hwon. Gak mudah buat dia untuk memahami perasaannya sendiri. Pristiwa boneka sihir bukan saja membuatnya jauh dari Heo Yeon Woo, tetapi juga membuatnya kehilangan sahabatnya, Yeom dan guru yang paling dihormatinya, Tuan Heo.

Membayangkan perasaan yang campur aduk seperti ini, berat. Apalagi melawan nurani sendiri, lebih berat lagi!

Terimakasih untuk dukungan yang kalian berikan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top