chap 8

Sebelum ajal, berpantang mati.

Kami melangkah beriringan menelusuri hutan. Dia berkata jika dia tahu di mana keberadaan kain milik ibuku, aku tidak ada pilihan lain selain mempercayainya. Bahkan ikan pun, sudah pasrah, aku sudah tidak tega lagi jika terus membawanya dalam botol terlalu lama. Saat malam hari aku sengaja melepaskannya ke sungai dan meninggalkannya. Mungkin dengan cara ini dia dapat bertahan hidup, dan membuatnya keluar dari bahaya karena membantuku.

Aku hanya seorang diri mengikuti Kipli makhluk kerdil yang aku temui menurut orang berbahaya. Tapi aku benar tidak memiliki pilihan lain lagi selain mempercayainya. Kipli mulai bisa menahan emosi dan nafsu makanya sehingga sedikit demi sedikit aku mulai terbiasa padanya. Dia juga sering membantuku mencari makan dan menjagaku dari binatang buas. Sebelum ajal, berpantang mati apapun yang terjadi.

"Lihat, lihat, lihat" Kipli berlari meloncat sembari menunjuk suatu tempat seakan melihat sesuatu. Aku pun mendekati Kipli, karena penasaran.

"Tempat apa itu Pli?" Sebuah gubuk reot dengan halaman penuh dengan bunga-bunga.

"Lihatlah Bawang, tempat itu adalah tempat di mana kita dapat memastikan di mana kain ibumu itu."

"Benarkah?" tanyaku yang langsung dijawab dengan anggukannya. Kipli menarik tanganku dan berlari menuju gubuk itu.

Dia mengetuk dengan keras pintu itu sembari memanggil-manggil seseorang. Tak lama pintu itu terbuka dan menampakkan seseorang berbadan lebih kerdil dari Kipli. Aku tersenyum ke arahnya saat melihatku. Namun, saat dia melihat Kipli dia mengerutkan dahinya seakan tidak suka.

"Kau pulang! Untuk apa kau pulang!" teriaknya ke Kipli.

"Amak, dengarkan Kipli dulu," rengek Kipli sembari menyambar tangan wanita itu.

"Kipli membawa seseorang, dia yang akan membantu kita amak, dia ke sini juga ingin meminta bantuan amak." Wanita itu kembali melihatku, raut wajahnya berubah seketika saat menatap mataku.

"Masuklah." Dia mempersilahkan kami masuk. Aku sedikit membungkukkan kepalaku karena rumah yang aku masuki ini memiliki pintu yang sangat pendek. Aku duduk , dan disuguhkan beberapa makanan yang terlihat jelas.

"Apa yang kau inginkan?" tanyanya padaku.

"Amak, dia tengah mencari sebuah kain berbenang sutra."

"Kain berbenang sutra? Lalu kenapa bukan kau saja yang menjawabnya kau dapat menerawangnya?" tanyanya pada Kipli, aku hanya dapat memperhatikan tingkah mereka yang sedikit lucu. Jika di lihat mereka tak terlihat seperti anak dan ibu yang tengah bertengkar. Tapi mereka terlihat seperti dua anak kecil yang tengah bertengkar lucu sekali.

"Amak, aku sudah mencoba menerawang tapi tak tampak, Banyak kabut yang terlihat."

"Kau ini benar-benar, setelah kau kabur dari rumah dan tertangkap makhluk gorila itu apa kemampuanmu bisa hilang? Lagi pula bagaimana kau bisa melarikan diri dari makhluk gorila biadab, penuh dosa, nista, laknat, dan kotor itu? Hah?" Wanita itu memukul kepala Kipli berkali-kali membuatnya meringis kesakitan.

"Dia, Bawang Putih yang tak sengaja aku dekati dan aku ikuti. Karena aku dekat dengannyalah gorila itu tak berani mendekatiku dan perlahan sifat liarku dapat terkendali kembali," sautnya sembari menunjuk ke arahku.

Aku sama sekali tak mengerti apa yang dia katakan. Aku masih terlalu bingung hingga tidak peduli apa maksudnya aku telah menyelamatkannya.

"Lagipula ibu, tampaknya kain berbenang sutra itu tak ada di tanah Bengkalis ini, karena itu aku tak dapat melihatnya," ucap Kipli yang membuat ibunya terdiam sesaat.

Ibunya itu mulai memejamkan matanya dan kemudian membukanya. Dia menatap lekat ke arahku, seperti tengah memikirkan sesuatu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top