chap 6

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku pada sosok makhluk kerdil yang terus saja mengejarku.

Mahluk itu mendekatiku dan kembali berjalan mengitariku. Suasana semakin gelap dan angin mulai terasa dingin menusuk kulit.

"Jangan takut, aku tak akan memakanmu," ucapnya, dengan air liur yang terus menetes dan lidah menjulur seperti seekor anjing yang tengah mengintai mangsanya, bagaimana aku bisa tidak takut?

"Kau bertingkah seakan ingin menyergapku, bagaimana aku tidak takut." Keringat menetes di keningku, jantungku berdetak sangat kencang dan napasku pun masih terengah-engah.

"Karena aku?"

Aku seakan berhenti bernapas saat itu juga, ketika makhluk kerdil itu melangkah mendekatiku dengan gesitnya. Aku menahan napas sesaat ketika wajahnya tepat di depan wajahku, hingga aku dapat dengan jelas melihatnya menyeringai menampilkan jejeran gigi yang tajam dan runcing. Wajah yang hitam pekat, dengan mata yang sangat besar.

"Tidak, tidak, jangan takut, aku sudah berjanji tak akan memakan daging manusia lagi." Melangkah mundur menjauhiku, membuatku bisa bernapas lagi.

"Ap-apa yang kau inginkan dariku?" tanyaku gugup, keringat dingin masih menetes dengan derasnya.

"Aku, ingin, membantumu," ucapnya pelan.

"Aku tahu kau sedang mencari sesuatu bukan? Aku tahu itu," lanjutnya, yang membuatku terdiam sesaat.

Bagaimana dia bisa tahu aku tengah mencari sesuatu. Jangan-jangan dia adalah makhluk yang sering dijadikan rumor orang-orang desa. Bahwa di hutan larangan terdapat makhluk kerdil pemakan manusia. Ibu bilang juga, jika ayah mati karena dimakan makhluk kerdil, saat tersesat di hutan larangan.

"Kau makhluk ajaib bukan?" tanyaku pada makhluk itu.

"Ya, ya aku adalah makhluk ajaib penunggu hutan larangan," jawabnya sembari kembali menyeringai.

"Sekitar, dua tiga bulan yang lalu, apa kau melihat seorang pria tua tersesat di hutan ini?"

Dia terdiam sejenak, raut wajahnya pun berubah menjadi datar tanpa ekspresi. Dia menatap tajam ke arahku tanpa berkedip, entah dia tengah berpikir apa. Yang pasti, makhluk ini sangat berbahaya, tapi juga aku sangat beruntung, karena makhluk ini dapat mengetahui semua hal tentang hutan ini. Itu berarti aku bisa saja bertanya banyak hal, mulai dari ayah hingga kain itu.

"Aku lupa, maksudku aku tidak tahu," seringai mengerikan itu kembali muncul dari wajahnya. Tidak mungkin dia tidak tahu, menurut warga desa, makhluk kerdil pemakan daging ini memiliki keistimewaan. Dia dapat menjawab dan mengetahui segala hal, mulai dari kematian hingga keberadaan sesuatu yang bahkan orang tidak tahu.

Para pemburu, mengincar mereka untuk dimanfaatkan untuk berbagai hal. Mereka mencari makhluk kerdil ini untuk dijual, dan kebanyakan dari mereka dijadikan bahan pencari harta karun dan meramal suatu hal. Bukan hanya itu, katanya juga ekornya dapat menyembuhkan segala penyakit, menghidupkan orang mati dan mematahkan semua kutukan.

Entah itu hanya mitos atau fakta, namun, makhluk ini, mengetahui sesuatu tentang diriku, perasaanku terus saja mengatakan itu. Dia memang tidak terlalu terbuka akan suatu hal, sangat sulit jika bukan pemiliknya sendiri yang memintanya.

"Lalu, mengapa kau tahu aku tengah mencari sesuatu?"

"Karena aku, aku mengetahui semuanya, semuanya yang bahkan kau tidak tahu, tapi aku, aku tidak akan mengatakan padamu hahaha." Dia tertawa keras membuat semakin ngeri melihatnya.

"Jika seperti itu, pergilah! Jauhi diriku! Kau mengerikan!"

"Apa kau bilang? Aku mengerikan? Aku benci kata itu." Dia meraung keras, membuat telingaku sakit. Dia kembali melangkah mendekatiku mencengkeram kuat leherku, hingga membuatku tidak bisa bernapas sama sekali. Telapak tangan yang penuh dengan kuku itu seakan semakin kencang mencekikku.

Bagaimana jika aku mati ditangan makhluk kerdil ini? Tapi aku tidak mau, ini akan sangat memalukan. Seorang gadis cantik ditemukan mati tercekik makhluk aneh, ini tidak bisa terjadi sangat memalukan. Daripada hidup berputih mata lebih baik mati berputih tulang..

Aku bahkan belum sempat melihat keperjakaan seorang pemuda, bagaimana aku bisa mati dalam kutukan seperti ini. Jika ada permintaan terakhir, aku ingin melihat sebentar saja, seperti apa sebuah keperjakaan itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top