chap 19


Tak selang beberapa lama kami sudah sampai di seberang. Kami mendengar banyak kejadian yang di ceritakan oleh tiga bersaudara, jika mereka adalah utusan dari kerajaan untuk mengalahkan pemimpin daerah Sibuah tinggi bernama Datuk Dobalang.

Datuk Dobalang sangatlah kejam, sombong dan angkuh dia pemimpin yang suka semena-mena kepada rakyatnya. Karena itu Raja memerintahkan mereka untuk menemui pemimpin itu.

Mereka bahkan menawari kami untuk ikut bersama mereka. Tapi Kipli menolak dengan alasan kami harus segera pergi melanjutkan perjalanan.

"Ayolah, Pli. Aku ingin ikut bersama mereka, ayolahh," rengekku yang masih mengikuti Kipli dari belakang, meminta untuk ikut bersama mereka.

Tapi Kipli hanya diam dan terus berjalan tanpa menghiraukan diriku. Aku menghentikan langkahku dan duduk di tanah sembari mengerucutkan bibirku dan melipat kedua tanganku.

Langkah kaki Kipli berhenti dia membalikkan badanya dan menatap ke arahku. Terserah jika dia mau marah, toh apa salah jika ikut bersama mereka lagi pula kita sama-sama ingin pergi ke tempat itu. Bukanya lebih baik jika bersama-sama.

"Kau ini ingin pergi mencari kainmu atau tidak?" tanya Kipli sembari mengerutkan dahinya.

"Tentu saja ingin mencari kain itu jika tidak, mana mungkin aku pergi sampai sejauh ini."

Kipli menghela napas pelan dan melangkah mendekatiku. "Baiklah-baiklah kita ikut mereka," ucapnya yang langsung membuatku tersenyum lebar.

"Tapi ada satu syarat, ingat kau sudah berjanji padaku untuk tidak ikut campur ataupun membuat masalah. Setelah sampai di sana kita akan berpisah dengan mereka." Aku mengangguk dan berlari kegirangan menuju ke tempat tiga bersaudara tadi berada.

Tak ingin aku melepaskan mereka bertiga. Selama ini aku belum pernah melihat pria yang normal seperti mereka. Kebanyakan pria di desaku suka kepada sejenisnya alias homo.

"Tuan! Aku dan temanku memutuskan untuk ikut berjalan bersama, bukanya lebih baik kita bersama toh tujuan kita ke tempat yang sama. Kita pun bisa saling menjaga Asal Ada Kecil pun Pada."

Mereka tersenyum ke arahku." Kami senang kau mau bergabung bersama kami, Putih," ucap Jo Mahkota.

"Benar, gadis cantik sepertimu tidak baik jika pergi hanya bersama Kipli. Akan lebih aman jika kalian bersama kami."

Berbagai hal kami perbincangkan selama perjalanan mulai dari yang pendek sampai yang panjang.

"Untuk apa ayam betina yang kau bawa Tiala?" tanyaku pada Tiala yang tengah membawa seekor ayam.

"Ayam ini untuk bersabung," ucapnya, sembari mengarahkan ayam itu ke arahku.

"Bersabung? Ayam betina?" Bukanya sedikit aneh, di desaku orang bersabung menggunakan ayam jantan yang gagak perkasa.

"Heem," jawabnya sembari mengangguk.

"Lalu, kau ingin bersabung dengan siapa? Kulihat saudaramu yang lain tak membawa ayam." Aku melirik kedua saudaranya yang tidak membawa seekor ayam.

"Bersama Datuk Dobalang," jawabnya yang membuatku sedikit berpikir. Pikirkan saja mereka bilang ingin menghentikan keangkuhan dan kesombongan Datuk Dobalang. Tapi, malah ingin bersabung bersama dia.

Dan sepanjang jalan aku melihat Kipli hanya dia tak berkata apa pun. Hingga tanpa sadar kami sampai di tanah Sibuah tinggi.

"Apa kalian mau ikut bersama kami menghadap pemimpin tempat ini?" Tanya Tiala.

Aku ingin sekali ikut tapi, aku sudah berjanji pada Kipli jika hanya sampai sini saja kami bersama. Lagi pula benar kata Kipli, aku ini seharusnya segera menemukan kain ibu bukanya malah bersenang ria mengikuti para pemuda tampan.

"Tidak, terima kasih kami harus segera melanjutkan perjalanan

Aku dan Kipli memutuskan untuk istirahat dan mereka memutuskan untuk segera menghadap Datuk Dobalang.









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top