chap 18.

Aku dan Kipli kembali melanjutkan perjalanan. Menurut penuturan Kipli kita akan menyeberang dan akan sampai di sebuah tempat bernama Sibuah tinggi. Tak selang beberapa lama aku dan Kipli melihat beberapa orang yang akan menaiki sebuah perahu.

"Lihatlah Pli, ada perahu, kita bisa menumpang perahu itu." Aku menunjuk sebuah perahu yang lumayan besar.

"Tampaknya itu bukanlah perahu nelayan, sebaiknya tidak usah," ucap Kipli sembari menatap tajam kapal itu.

Aku menghela napas kesal, jika kita menunggu kapal nelayan akan sangat lama itu yang dikatakan orang yang aku temui tadi. Lagi pula tidak salah kan jika hanya menumpang menyeberang saja.

"Kapal nelayan akan lama datangnya, lagi pula kita hanya menumpang menyeberang saja."

"Kalian ingin menyeberang?"

Kami menoleh dan mendapati seorang pria separuh baya tersenyum ke arah kami.

"Benar Tuan, kami ingin menyeberang, kami sudah menunggu lama tapi, tak ada kapal nelayan yang datang." Aku memasang wajah semelas mungkin berharap jika tuan itu berbaik hati menawari kami tumpangan.

"Jangan bersedih, ikutlah dengan kami. Kami akan memberikan tumpangan pada kalian."

Binggo! Rencanaku berhasil, akhirnya tuan itu menawari kami tumpangan. Aiss, aku benar-benar hebat, Bawang Putih yang pintar. Aku melihat Kipli tersenyum, dan aku sangat tahu dia pasti akan berkata tidak, terima kasih.

"Ti-"

"Terima kasih Tuan, anda sangat baik," potongku sebelum Kipli menghancurkan semua rencanaku.

Aku tersenyum pada Kipli yang melirikku dengan wajah kesal. Jika sudah seperti ini dia pasti tidak akan bisa berkata apa-apa.

"Siapa namamu, kalian?"

"Namaku Bawang Putih, dan dia Kipli si kecil cabe rawit," jawabku, Kipli hanya diam melirikku dengan wajah seribu keanehan.

"Aku Duli, utusan dari Indragiri."

Tuan itu mengajak kami untuk naik kapal kami pun melangkah menuju kapal itu, di dalam kapal kami melihat beberapa orang dan bertemu dengan tiga orang pemuda tampan.

"Astagahh," ucapku saat melihat tiga pemuda tampan ada di hadapanku. Energiku seperti terisi penuh, saat memandang dan melihat mereka bertiga. Ini yang aku ingin lihat beberapa hari ini. Pemuda tampan dan gagah dan ... aku melirik ke bawah, hahaha kalian pikirkan saja apa yang sedang aku pikirkan hahahah.

"Huss!" Kipli mengusap wajahku yang tengah melongo dan menatap mereka tanpa berkedip.

"Mereka adalah tiga bersaudara, nama mereka Tiala, Sabila Jati, dan Jo Mahkota." Mereka mengangguk dan tersenyum ke arahku.

Astaga, aku meleleh, senyumnya sangat manis membuatku jadi menderita penyakit gula mendadak. Yang ingin aku lihat seorang pemuda tampan dan kini aku bukan hanya melihat satu, tapi tiga pemuda tampan dan gagah. Astaga ini seperti mimpi ketiban duren.

"Kalian ini ingin pergi ke mana?" tanya salah satu pemuda.

"Kami ingin ke Sibuah Tinggi," saut Kipli yang masih melirikku aneh.

"Apa kalian tidak tahu, jika di tanah itu tinggal seorang pemimpin yang kejam dan selalu bertindak semena-mena kepada rakyatnya."

Aku dan Kipli menggelengkan kepala bersama. Kami sama-sama tidak tahu dan tidak ingin tahu, karena tujuan kami ke sana untuk mencari kain milik ibuku, bukanya ingin menetap di sana.

"Siapa memang pemimpin itu?" tanyaku pada mereka. Tapi sebenarnya bukan karena penasaran aku bertanya hanya saja aku ingin memperpanjang pembicaraan bersama mereka.

Ahay, mungkin saja ada satu dari mereka yang kecantol oleh kecantikan dan kemolekan diriku ini.

Aku melihat Kipli menggelengkan kepalanya. Entah apa yang dia pikirkan tapi ini adalah kesempatanku agar dapat memiliki pemuda tampan. Hahaha.








Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top