Chap 17.
"Apa yang kau lakukan di sini, Raden Slang?" Aku menoleh ke belakang, memastikan siapa gerangan yang memanggil nama yang sempat kupakai sebelum aku menjadi Kipli.
"Raden Guntur," ucapku saat aku melihat seorang pemuda dengan keris di tangannya. Dia tersenyum ramah ke arahku, masih sama seperti dulu.
Raden Guntur adalah salah satu dalang, dia yang menjaga kisah si Bujang Buta. Aku sangat mengenalnya, sempat menjalin persahabatan dengan dulu, sebelum aku menjalani hukuman ini.
"Memperbaiki kesalahan," jawabku, mengalihkan pandanganku ke arah langit malam. Mungkin hanya bintang di langit yang mengerti dengan penyesalan yang menghantuiku selama ini.
Apa kalian pernah mendengar tentang kisah, Timun Emas, Jaka Tarub, Malin Kundang dan yang lain, setiap kisah itu memiliki satu dalang untuk menjaga kisah itu, tetap utuh dan tetap pada jalannya. Aku adalah satu diantara para Dalang, kami hanya menjaga dan tidak boleh mengubahnya sedikit pun. Hanya mengawasi agar tidak melenceng dan berakhir sesuai takdirnya dan jika kami melakukan sebuah kesalahan kami akan mendapatkan hukuman.
Sang pencipta menyimpan rahasia dibalik rahasia yang bahkan semua orang termasuk kami tidak dapat mengetahuinya. Dan, inilah aku, menjalani hukuman karena kelalaianku menjaga kisahnya.
Sebelum kisahnya, jauh sebelum takdirnya di mulai hiduplah seorang Dalang. Dalang yang hebat, dan selalu menjadi yang terbaik dari yang terbaik Dalang itu adalah diriku. Para Dalang lain memanggilku dengan nama Raden Mas Slang.
Kini aku hanyalah manusia pecundang yang harus menebus segalanya. Segalanya yang hampir membuat kisahnya hancur. Mataku masih menatap bintang-bintang yang bersinar di langit. Sembari mengingat masa lalu yang membuatku menjadi seperti ini.
"Apa dengan melakukan itu kau bisa kembali bersama kami?" Dia melangkah mendekatiku dan duduk di sampingku.
"Entahlah, setidaknya aku bisa menebus kesalahanku padanya."
"Hmm, kau ini Berhati baja, berurat kawat." Dia menoleh menatap ke arahku.
"Tapi, tetaplah aku seorang pecundang," ucapku yang masih menatap langit.
"Bawang Putih itu, sepertinya kau membuatnya menjadi gadis yang aneh."
"Dan mesum," sambungku sembari tersenyum ke arahnya.
"Is, tepat sekali, bukanya seharusnya menjadi gadis yang kalem nan lembut?"
"Harusnya seperti itu." Aku menghela napas pelan.
"Kau membuatnya menjadi kacau."
Benar sekali, aku membuat kisahnya menjadi kacau dan makin sulit. Hanya menjaga dan mengawasinya saja aku tidak bisa.
Semakin bersalah, saat aku melihatnya begitu kesulitan entah dengan cara apa aku bisa membantunya. Dia bahkan tidak tahu sama sekali tentang semua ini. Bahkan ketua tidak memberikanku kuasa sedikit pun untuk membantunya.
"Raden Slang? Apa kau yakin dia dapat menemukan takdirnya?"
"Aku yakin, karena semua itu tergantung dirinya sendiri, hanya saja mungkin akan sulit, karena itulah aku memutuskan untuk ikut bersamanya."
"Lihatlah, dulu kau yang tertampan dari yang tertampan dan sekarang kau bahkan hanya setinggi perutku. Hahaha." Dia tertawa kencang membuat telingaku sakit.
Aku harus berterima kasih pada Bawang Putih, karena aku bertemu dengannya sedikit demi sedikit sifat liarku hilang. Jika di ingat dulu, bahkan melihat daging hidup pun aku tidak bisa menolaknya bahkan, menahan hasratku untuk memakan daging hidup pun sangat sulit.
Akan lebih baik jika aku terus berada di sisinya. Dengan itu aku bisa membantunya dan memperbaiki semuanya.
Kau tahu Bawang Putih, saat ini kau segalanya dan harapan bagiku. Dengan memperbaiki semuanya aku akan dapat hidup dengan tenang lagi, walau aku harus tetap menjalani hukuman ini seumur hidupku sebagai Kipli si manusia kerdil.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top