Shafa vs Khafid

Battle RP
Shafa vs khafid 1/7/15

Start : 22.00-24.00wib

Tema:
Shafa adalah Romeo
Khafid adalah Juliet

Dua insan yang saling beradu “gombal” serta pantun demi mendapatkan sang pujaan hati.

• • •

Shafa ::
"Juliet..." aku mengedip nakal padanya. Sambil membawa bunga kamboja, aku mendekatinya.

"Apa Romeo?"

"Aku punya pantun untukmu seorang, Juli."

"Ah... yang benar?"

Aku mengangguk antusias lalu duduk di sampingnya.

"Dengerin yah..."

"Buah nanas rasanya asam
Dimakan lahap sama si eneng
Meskipun kamu masang muka masam
Tetap pertama di hati akang."

.

Khafid ::
Pria itu, dengan postur yang tegap walaupun perutnya yang sedikit buncit membawa setangkai bunga kamboja.

Walaupun perutnya yang terkadang membuatku geli namun aku tidak merasa terganggu. Romeo namanya, tiada hari tanpa pantun manis untukku.

Hari ini pun dia melantunkan pantun manisnya itu.

"Ah... Romeo bisa aja, Juliet jadi malu." Kataku sambil tersenyum malu-malu. Terlintas untaian kata untuk membalas pantunnya itu.

"Jalan-jalan keliling dunia. Cuma untuk beli akuarium. Ada satu hal yang membuatku bahagia. Yaitu melihatmu tersenyum." Jawabku dengan rona merah yang menghiasi pipiku.

.

Shafa ::
Aku terkekeh geli melihat rona merah di pipi sawo busuknya. Ingin hati memegang pipinya, namun langsung kuurungkan niat tersebut.

Dia wanita yang pandai menggombal ternyata. Tak kecewa aku sudah memilihnya.

Ah Juli, meskipun kamu memakai kacamata butut serta gigi yang tonggos, aku selalu mencintaimu, teriakku dalam hati.

"Malam Minggu sama Bang Arman
Bang Arman suka sama daun muda
Meskipun kamu sering melirik yang tampan
Tapi aku tetap yang setia."

Aku membalas pantunnya sambil menepuk perut buncitku agar ia tahu seberapa besar kesungguhanku.

.

Khafid ::
Tiba-tiba jantungku berdegup kencang, sampai aku takut jika jantungku akan mencuat keluar. Berdegup kencang setelah mendengar pantun Romeo.

Aku berargumen bahwa Romeo sepertinya benar-benar mencintaiku. Pantun manis yang selalu dia ucapkan setiap hari semakin menambah rasa sayangku kepadanya, semakin menguatkan argumenku. Bahwa yang dia ucapkan dalam pantunnya itu memang benar dari lubuk hatinya.

Walaupun perutnya yang buncit dengan ukuran jari yang begitu besar tapi aku tetap memiliki rasa sayang untuknya.

"Jalan-jalan sama abang. Pergi ke kebun binatang. Walaupun perutmu buncit bang. Tapi Juli makin sayang bang."

Aku melantunkan pantun dengan menunjukkan gigiku yang tongos, memamerkannya walaupun banyak noda kuning yang tertera.

.

Shafa ::
Astaga, jeritku tertahan di dalam hati. Niatnya ingin menggoda, tapi malah jadi sedikit ilfeel padanya. Namun, jodoh yang Tuhan berikan memang Juli si tonggos kuning, mau bagaimana lagi?

Aku menyukai wanita yang berani dan penyabar sepertinya. Apalagi yang sanggup menandingiku dalam hal rayuan. Itu ada dalam diri Juli-ku sayang.

Andaikan manusia itu bisa dipermak, aku akan membawanya ke sana. Agar saat menikah nanti, aku bisa memamerkan pada tamu undangan kalau om-om buncit dengan rambut dipenuhi ketombe bisa menggaet seorang tonggos.

Aku memegang tangan bersisiknya, lalu mengecupnya pelan. Iya pelan. Takut kalau bibirku meluber.

"Jalan-jalan ke Simpang Lima
Jangan lupa mampir ke Ronggo Studio
Jika memang kita tidak bersama
Kamu yang selalu di hati bang Romeo."

Setelah mengucapkannya aku memberikan senyuman adalanku. Biarkan aku ini sudah tua, rayuanku tetap yang juara.

.

Khafid ::
Mataku membulat lebar melihat tanganku yang dikecup pelan oleh Romeo. Dia tidak tahu ya, padahal aku tadi habis buang air besar dan tanganku belum aku cuci bersih pakai sabun. "Semoga saja tidak tercium aromanya." Ucapku dalam hati.

Ku lihat dia salah tingkah, dia menggaruk kepalanya. Alhasil, ketombe-ketombe tebal dan lebar itu berjatuhan. Walaupun begitu, Romeo tetap nomor satu di hatiku.

"Abang beli manggis beli durian. Dibawa ke kampung dukuh. Hai Romeo yang tampan. Juli akan selalu mencintaimu."

Aku mengatakannya dengan jantung yang meluap-luap. Bagaikan petasan tikus yang sedang melompat-melompat.

.

Shafa ::
Aku melongo menatapnya lalu dengan paksa kutinggalkan dirinya sendiri.

~ END ~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top