8. Rahasia untuk Rahasia
Teka-teki kehidupan memang sulit ditebak. Semua teramu apik dalam rahasia alam. Tidak ada yang bisa menebak bagaimana kisah dalam hidup terurai, manusia hanya menjalani tiap detik dengan segala keingintahuan dalam sebuah resolusi. Layaknya dua anak manusia, Randu dan Tasya, berusaha tetap hidup, berdamai dengan masa lalu, demi mimpi besar dalam hidup mereka.
Perjalanan ini cukup sulit untuk Randu, namun tidak ada kata menyerah dalam tiap langkah. Perjalanan masa lalu yang sulit tidak membuatnya menyerah. Tetap berusaha mempertahankan harapan bertemu sang kakak demi wasiat ayahnya, walau rintangan menghadang, tetap yakin pasti ada solusi yang tepat.
"Kalau kamu butuh apa-apa, bisa kok hubungin aku." Tasya mengajukan diri untuk memberikan bantuan kepada Gaga, jika ada sesuatu mendesak terjadi padanya.
"Terima kasih, ya, Sya, aku enggak tahu gimana cara balas kebaikanmu, padahal kita baru pertama kenal."
"Itu gampang bisa diatur, yang penting kamu dapet tempat tinggal dulu. Oh, iya, di gudang tadi kamu ngapain sih, mencurigakan banget."
"Ada sesuatu yang aku enggak bisa ceritakan sekarang, Sya."
"Aku juga enggak akan ngejar kok, santai aja. Kalau udah waktunya cerita, kamu bebas mau cerita apa aja ke aku."
"Sekali lagi terima kasih ya, kamu tuh kayak malaikat yang dikirim Tuhan datang di padang pasir yang gersang."
"Ngapain sih, Ga, ke padang pasir segala?"
"Tasya, aku cuma perumpamaan aja. Kenapa jadi sensitif?"
"Bukannya kodrat wanita selalu dinilai sensitif?"
Randu tertawa mendengar jawaban dari Tasya. Dia tidak pernah menyangka gadis itu begitu lihai dalam memainkan kata. Terlihat kejujuran dari sorot matanya. Benar adanya jika dia memang gadis yang berbeda pada umumnya.
Randu yang beruntung bisa mengenal Tasya, sekalipun melalui kebohongan demi kebohongan. Tetapi, Randu selalu berharap ketika waktunya telah tiba, dia akan menceritakan semuanya. Randu pasti jujur akan latar belakang dan kehidupannya. Menunggu waktu itu tiba, Randu melakukan segala cara demi menutupi kebohongannya di depan Tasya.
"Kamu lapar enggak?"
"Enggak terlalu sih," sahut Randu dengan cepat sambil refleks memegang perutnya.
Tasya nyengir melihat refleks pemuda itu memegangi perutnya. "Itu tandanya lapar, Ga, kalau aku buatin nasi goreng?"
"Terima kasih ya, tapi makan malam bisa bikin gendut, lo."
"Oke deh kalau gitu, kamu minum yang banyak biar kembung, eh, eggak gitu maksudku, biar kenyang."
"Padahal aku tadi bilangnya cuma bercanda, kenapa kamu malah nyuruh aku banyak minum air."
"Sengaja biar kamu sewot, Ga." Senyum Tasya mengembang menghiasi wajah cantiknya
Tasya tidak lantas membiarkan kenalannya itu kelaparan, Dia segera ke dapur dan menanak nasi lalu menyiapkan kecap, cabai, saos, garam, dan gula untuk dibuat nasi goreng ala Tasya dengan keterbatasan bahan makanan. Sesekali Randu merasa bersalah ketika menatap Tasya lantaran kebohongannya pasti semakin hari akan semakin menumpuk dan mungkin akan sulit dimaafkan oleh Tasya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top