5. Lari, Selagi Bisa
Berapa waktu telah berlalu, namun Randu tidak kunjung keluar dari bilik toilet. Polisi-polisi itu merasa resah, tetapi mereka masih memberikan kesempatan, mungkin saja Randu benar-benar mengalami diare sehingga dia bertahan di dalam bilik itu.
"Lapor, Pak komandan, saya pikir saudara Randu terlalu lama di dalam toilet atau kita akan mendobraknya secara paksa?" tanya seorang polisi kepada komandannya.
"Laporan diterima, jangan, kamu ketuk saja. Mungkin memang dia sedang ada masalah di dalam."
"Baik, Pak, laksanakan!"
"Laksanakan," sahut komandan dengan cepat.
Polisi itu mengetuk beberapa kali, namun tidak kunjung ada jawaban. Kecurigaan itu semakin menjadi-jadi. Apa yang di pikiran mereka sepertinya semakin tidak karuan dan meyakini, jika Randu ternyata tidak ada di dalam sana.
"Kita harus mendobraknya karena sudah beberapa kali diketuk, tapi tidak ada jawaban."
"Saya pikir demikian, laksanakan!"
Ketiga polisi itu mendobrak paksa pintu toilet yang tertutup dengan rapat. Seketika terbuka dengan meninggalkan bekas dobrakan kaki lihat di pintu bilik toilet itu. Kosong tidak ada Randu di sana. Polisi mulai kebingungan lalu akan mencari di sekitar area toilet.
"Lapor komandan, ternyata tahanan telah melarikan diri. Kami pikir, dia bisa lari karena memanjat ventilasi udara di dalam bilik toilet."
"Sekarang segera kalian mencari di area toilet. Semoga dia masih ada di sini!"
"Baik komandan, laksanakan!"
Beberapa polisi segera berpencar mencari keberadaan Randu yang tiba-tiba menghilang dari bilik toilet. Apa yang Randu rencanakan berjalan dengan cukup mulus, namun dia harus segera pergi menghindari polisi-polisi itu, jika tidak ingin tertangkap dengan cepat.
Randu bersembunyi di balik semak yang cukup rimbun, di samping area toilet. Dia segera melarikan diri sebisa mungkin. Nyatanya, Dewi Fortuna berpihak kepada Randu, dia menemukan jaket yang tidak terpakai tertinggal di bangku, di samping semak.
"Aku harus segera pergi dari sini dan jaket ini akan menyelamatkanku untuk sesaat," ucap Randu sambil mengenakan jaket putih itu lalu berjalan diam-diam pergi dari area toilet dan keluar dari pemakaman.
Berjalan dengan cepat, sekali dia lari lalu dia merasakan nyeri di dadanya. Mungkin saja penyakitnya akan kambuh. Tetapi, dia tetap berlari sejauh yang dia jangkau hingga napasnya mulai tersengal. Seluruh tubuhnya terasa nyeri, pandangannya mulai kabur. Pemuda dua puluh tahun meyakini kalau epilepsinya akan segera kambuh. Tidak ingin kegabah, Randu menghentikan pelariannya untuk sementara. Dia duduk di tepi trotoar.
"Aku enggak bisa kayak gini terus, pasti akan tertangkap. Tapi, sepertinya epilepsiku akan kambuh," gumam Randu meyakini jika dirinya tidak dapat lari lebih jauh lagi.
Ketika Randu mulai merebahkan dirinya di atas trotoar, tiba-tiba seorang gadis datang menatapnya dengan tatapan bingung. Gadis itu memandangi Randu dengan tatapan nanar penuh tanda tanya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Akunya istirahat, kamu bisa pergi meninggalkanku," sahut Randu dengan cepat.
"Aku tidak bisa meninggalkan orang yang yang terkapar tidak berdaya sepertimu."
"Aku bukan terkapar tidak berdaya, hanya istirahat, jangan banyak bertanya!"
Segera gadis itu pergi meninggalkan Randu lantaran perintah dari Randu. Untuk sementara Randu bisa tenang karena tidak ada yang mengganggu istirahatnya hingga beberapa saat kemudian, gadis itu kembali datang dengan tatapan yang masih sama. Kali ini sepertinya gadis itu tidak bisa meninggalkan Randu begitu saja.
"Kamu harus pergi dari sini, kamu tidak bisa di sini terus, kamu bukan seperti orang yang lagi istirahat, tapi lagi sakit. Wajahmu pucat sekali," kata gadis itu ketika mengamati wajah Randu yang memang sangat pucat.
"Jangan sok tahu!"
"Bukan sok tahu, tapi sebagai manusia sosial aku harus saling membantu satu sama lain dan kamu saat ini pasti membutuhkan bantuan dari aku."
"Kalau aku orang jahat bagaimana, apa kamu akan membantuku?"
"Aku tidak peduli kamu jahat atau baik. Intinya kalau kita mau membantu, ya, bantu saja, tidak perlu memikirkan akan mendapat balasan baik atau buruk," papar gadis itu yakin jika pemuda yang ada di depannya tidak akan berbuat kasar kepadanya.
Randu tidak lantas menerima bantuan dari gadis itu. Dia malah memejamkan mata, membuat sang gadis duduk di samping Randu. "Aku akan menantimu sampai kamu mau ikut denganku ke rumah sakit."
"Aku tidak mau ke rumah sakit," sela Randu dengan cepat.
"Lalu mau ke mana, biar aku mengantarmu?"
Randu berpikir sejenak, mungkin saja Tuhan telah mengirimkan jawaban atas doanya, meminta pertolongan agar dapat lari dari kejaran polisi. Tidak lagi berpikir panjang, Randu menerima pertolongan dari gadis tersebut.
"Baiklah, aku akan menerima pertolonganmu."
"Ayo!" ucap gadis dengan poni hitam sambil mengulurkan tangan untuk membantu Randu bangkit dari tempatnya tertidur di atas trotoar.
"Aku tidak mau ke rumah sakit."
"Kamu mau ke mana?"
"Antar aku ke suatu tempat, setelah itu kamu bisa pergi ke manapun yang kamu mau."
"Terserah, untuk sekarang kamu harus mendapatkan pertolongan dulu. Ayo, bangkit! jangan menyerah!" ucap gadis dengan pakaian serba hitam sambil mengulurkan tangannya. Randu menerima uluran tangan itu lalu dia bangkit dan berjalan perlahan. "Jadi kamu diantar ke mana?" tanya gadis itu tidak ingin salah jalan.
"Apa kita tidak perlu berkenalan dulu?" Randu mengalihkan pembicaraan untuk sesaat.
"Boleh, aku Anatasya, panggil saja Tasya."
"Aku," Randu menjeda kalimatnya untuk sesaat karena dia tidak mungkin menjelaskan nama aslinya, itu sama dengan bunuh diri dan dia bisa langsung tertangkap, "Aku Gaga."
"Senang bisa kenal denganmu, Gaga. Semoga ke depannya kita bisa berteman dengan baik," ucap Tasya sambil mengulurkan tangan lalu mengajak Gaga bersalaman.
Randu yang di sini telah mengaku menjadi Gaga, sedikit kaku, namun dia mengikuti alur yang ada daripada tertangkap polisi dan semuanya akan menjadi berantakan. Karena misinya saat ini ingin menyampaikan wasiat dari ayahnya untuk kakak kandungnya yang telah terpisah sepuluh tahun yang lalu.
"Aku sudah pesan taksi online, sebentar lagi tiba. Kamu mau diantar ke mana?" tanya Tasya ingin mengetahui arah dan tujuan mereka akan pergi.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top