23. Pelampiasan

"Kaget ya kamu ada di sini?"

"Mama?"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, seakan aku merasa bersalah dan berdosa."

"Kenapa Mama melakukan ini kepadaku? apa salahku, Ma?

"Apa salahmu? Iya, kamu salah Randu, tidak seharusnya kamu menjadi orang yang sengaja membuat aku dan Mario tidak bisa mendapatkan harta itu."

"Mama tidak pantas mendapatkannya!"

Seketika Sofi langsung mendaratkan tangan kanannya pada pipi kiri putra tirinya. Randu tidak dapat berbuat apapun karena kedua tangannya diikat di kursi. Tatapannya penuh dengan nelangsa, sakit yang ada di pipinya tidak ada apa-apa dibandingkan sakit hati yang selama ini dia sembunyikan.

"Sekalipun Mama menamparku seribu kali, aku tetap menyayangimu."

"Jangan munafik, aku tidak butuh sayang darimu. Aku punya Mario yang bisa memberikanku segalanya. Dia anakku, sekalipun tidak pernah lahir dari rahimku."

Pengakuan dari ibu tirinya sangat membuat bingung Randu, lantaran selama ini yang dia ketahui Mario adalah anak kandungnya. Tetapi, kali ini dia mengatakan yang berbeda. seperti ada konspirasi rahasia di balik rahasia yang wanita paruh baya itu sembunyikan darinya.

"Apa maksud Mama, Mario juga bukan anak kandung Mama?"

"Aku sudah bilang jangan pernah panggil aku dengan sebutan Mama. Kenapa kamu kaget benar? Mario bukan anakku, aku mengambilnya dari panti asuhan ketika harus kehilangan anakku untuk selamanya."

"Jadi, kamu membohongi ayah dan juga aku selama ini?"

"Benar sekali, saat itu aku pikir bisa tulus mencintai ayahmu. Tetapi, ketika melihat betapa banyak harta yang dia miliki, pemikiranku berbeda, aku harus mendapatkan hartanya juga. Bukan hanya cinta dari pria yang sakit-sakitan itu."

Sofi membeberkan semua rencana licik yang selama ini dia susu. Dia yakin sebentar lagi akan mendapatkan kekayaan itu dan menyingkirkan Randu untuk selamanya.

"Aku memiliki alasan kenapa harus mendapatkan harta itu, karena aku ingin membahagiakan Mario. Dia anak yatim piatu sama sepertiku dulu yang selalu di hina-hina. Aku tidak ingin Mario juga bernasib sepertiku."

"Itu alasan yang tidak masuk akal!"

"Tidak ada yang tidak masuk akal di dunia ini, bahkan kematian ayahmu dan juga dirimu menjadi buron itu semua karenaku."

"Jadi, kamu yang sudah membuat keluargaku hancur?"

"Benar, aku bisa melakukan apapun sesuai yang aku inginkan demi Mario."

"Mario bukan anak kandungmu, tapi kamu sangat menyayanginya. Sama halnya dengan aku juga bukan anak kandungmu. Seharusnya kamu juga bisa menyayangiku seperti kamu menyayangi Mario."

Randu berusaha menyadarkan Mama tirinya agar memahami tentang situasi yang ada agar bisa menerima dirinya. Karena ketika dia bisa menerima Mario sebagai anaknya walaupun tidak pernah lahir dari rahimnya, apa bedanya dengan Randu yang juga tidak lahir dari rahimnya, tetapi sangat dia benci.

"Tidak perlu alasan untuk menjelaskan mengapa aku menyayangi Mario dan mengapa aku membencimu. Di awal aku sudah mengatakan kalau kehilangan anakku karena kecerobohanku lalu bagaimana aku bisa menebus kesalahanku? ya, dengan aku mendapatkan anak yang lain."

"Kenapa semudah itu kamu berpikir? aku kira kamu sedang sakit jiwa."

"Benar, jiwaku terguncang selama ini. Aku ingin yang terbaik untuk diriku dan anakku bukan orang lain."

Sofi kembali menghempaskan tamparan di pipi kanan Randu. Kali ini mungkin terlalu keras sampai sedikit bibirnya terluka, mengeluarkan darah. Sofi mengambil berkas-berkas yang telah dia siapkan lalu tidak lupa dia memberikan senyum manis sebelum mendapatkan segalanya dari Randu.

Sofi melepaskan ikatan itu, namun dia tidak sebodoh yang dibayangkan. Sebuah suntikan mendarat tepat di lengan kanan Randu. Seketika pandangan pemuda itu menjadi kabur. Ini kesempatan baik untuk Sofi mendapatkan tanda tangan dari anak tirinya guna melimpahkan semua warisan itu.

"Tanda tangan sayang, habis ini semuanya akan berakhir. Kamu bisa memilih membusuk di penjara atau tinggal di pemakaman bersama ayahmu?"

Samar-samar suara itu terdengar oleh Randu. Namun, dia tidak dapat berbuat apa-apa. Mungkin suntikan itu adalah obat bius atau obat penenang yang digunakan untuk bisa mendapatkan keinginannya, tanda tangan dari anak tirinya guna mendapatkan harta warisan itu.

"Aku tidak akan melakukannya," sahut Randu dengan lemah.

"Aku tidak pernah tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Membuatmu pergi selamanya itu bukan masalah yang sulit untukku, tapi jika kamu mau tanda tangan aku akan memperhitungkannya lagi."

"Aku tidak pernah membencimu. Aku tidak pernah marah kepadamu. Aku tidak pernah kecewa padamu selama ini, tapi ketika mengetahui sifatmu, aku luluh lantah. Tapi, aku akan tetap menganggapmu sebagai seorang Ibu, minimal yang menjaga dan memberikanku makanan saat itu."

"Sudah Randu, jangan memperpanjang masalah ini. Tandatangan!" teriak Sofi dengan murka.

Namun, Randu tetap tidak memberikan tanda tangan itu. Sofi semakin muak, dia mendorong Randu hingga tersungkur ke lantai. Darah segar mengucur dari kedua lubang hidungnya. Semua itu tidak lantas membuat Sofi merasa iba. Dia tertawa dengan puas dan bangga karena meyakini selangkah lagi untuk mendapatkan harta itu bisa segera terlampaui.

"Tinggal tanda tangan apa sih sulitnya? Kenapa keras kepala seperti ayahmu, mau aku buat mati untuk sekarang?"

"Mama!" terdengar teriakan yang begitu memekakan telinga.

Sofi mencari sumber suara itu. Dia meyakini itu milik Mario. "Semua sudah terjadi, Mario juga harus tahu kalau kamu selama ini sumber masalahnya. Semoga kamu bisa tenang di surga bersama ibu dan juga ayahmu."

Sofi kembali mengambil suntikan yang dia sembunyikan di balik jaketnya. Entah itu obat apa yang akan diberikan kepada anak tirinya. Tetapi, hentakan kaki, langkah demi langkah, terdengar begitu jelas. Sofi sangat paham itu milik putranya. Dia akan mempercepat untuk menyingkirkan anak malang itu.

"Ayo, sayang, tanda tangan, ya! tapi kalau kamu tidak mau tanda tangan, tidak masalah. Aku masih opsi terakhir, memakai sidik jarimu," ucap Sofi terus mengintimidasi anak tirinya.

Pintu gudang terbuka, dengan langkah sigap, pemuda itu berteriak, "Ma, cukup! Jangan lakukan itu!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top