18. Hanya Kecewa
Mario terus teringat akan kondisi Gaga. Dia merasa ada yang aneh dengan epilepsi itu. Kenapa semua seperti nyata adanya dan yang pasti wajah Gaga sekilas memang seperti Randu. Namun, Mario tidak bisa memutuskan kecurigaannya hanya dalam sepihak. Belum ada bukti-bukti yang kuat menyatakan Gaga adalah Randu.
"Kamu kenapa, sih? ada apa, sepertinya sejak pulang dari keluar bareng Tasya dan adiknya ada yang aneh?"
Mario tidak lantas mengucapkan semuanya. Dia tahu jika mamanya mengetahui tentang Gaga yang mirip Randu, pasti akan mengejar dan ingin mengetahui fakta yang sebenarnya. Hal itu bisa membuat Gaga menjadi terancam, jika benar Gaga adalah Randu.
"Enggak apa-apa, Ma, tadi itu cuma ada insiden kecil."
"Insiden kecil?"
"Iya, Ma, tadi waktu kami keluar ke kafe, tiba-tiba Gaga kejang, epilepsinya kumat."
"Apa? Gaga punya epilepsi seperti Randu? Kok aneh, ya?"
Sofi mencium aroma sesuatu yang tidak beres. Seperti ada hal yang dirahasiakan Mario lantaran tidak menceritakannya secara terbuka. Mario terus menundukkan kepala ketika membahas perihal Gaga yang kejang karena epilepsi.
"Ya, itu memang penyakit Gaga, Ma, tapi tadi sudah aku tanggani dengn baik. Aku merasa bersalah, kenapa harus mengajak mereka pergi, seandainya saja kami di rumah pasti Gaga baik-baik saja."
"Lain waktu Mama pengen banget ketemu dengan Gaga."
"Buat apa Mama ketemu dengan Gaga? kan nggak ada hubungannya sama Mama."
"Cuma memastikan aja kalau Gaga itu bukan Randu. Kamu harus tahu dong tidak semua orang memiliki penyakit epilepsi itu. Penyakit yang langka, penyakit yang menurut Mama satu banding seribu orang yang memilikinya."
"Bukan berarti Gaga juga Randu, 'kan, Ma?"
"Mama enggak bilang gitu Mario."
"Tapi, Mama mengarah ke situ, jangan ngada-ngada, Ma."
"Kok kamu jadi ketus gitu ke Mama?"
Sofi merasakan ada yang berbeda dengan putranya. Tidak seperti biasanya, mendukung keinginan dirinya. Kali ini Mario tidak ingin Mamanya lebih jauh untuk terlibat dalam dunia percintaannya yang juga melibatkan Gaga sebagai tertuduh.
"Bukan maksud aku seperti itu, Ma. Aku cuma tidak mau Mama mencampuri urusan Tasya."
"Cuma mau lihat Gaga, seperti apa dia. Kamu tidak perlu khawatir, kalau memang Gaga bukan Randu."
"Ya, bukan maksud aku seperti itu, Ma. Sekarang kan kondisinya tidak baik-baik saja, malah nanti terkesan kita memaksakan."
"Baiklah, kita akan menunggu sampai Gaga bisa lebih baik lagi. Dia sembuh dan Mama cuma mau lihat aja, ketemu doang, nggak yang lain Mario."
"Ya, bisa diatur nanti, Ma."
Sofi meyakinkan putranya jika dia hanya ingin melihat Gaga, tidak lebih dari itu. Namun, di relung hati Sofi yang terdalam, dia meyakini ada sesuatu yang coba Randu sembunyikan darinya. Entah itu tentang jati diri Gaga atau keberadaan Randu yang sebenarnya. Sepertinya Mario sudah tidak satu frekuensi dengan dirinya. Tetapi, Sofi tetap berusaha tenang dan berusaha meyakinkan putranya untuk berada di pihak yang sama.
"Oke kalau gitu, kamu selamat istirahat, ya. Semoga kamu tidak membohongi Mama dan tidak ada rahasia yang kamu sembunyikan dari Mamamu ini," ucap Sofi sambil keluar dari kamar putranya.
Mario hanya terdiam. Sekali lagi dia tidak mau menatap wajah Mamanya,. Tidak bisa sorot mata itu terbaca dengan baik karena benar adanya, mungkin Mario menyembunyikan sebuah rahasia yang sudah dia ketahui tentang Gaga. Namun, tidak untuk diberitahukan kepada Sofi.
***
"Tolong aku!"
"Maksud kamu apa sih, Ga? Emang selama ini aku nggak menolongmu?"
"Aku mau pindah dari rumah ini, aku tidak bisa di sini terus. Aku merasa terancam, Sya."
"Terancam bagaimana maksudmu? aku melindungimu, memberikanmu makan, memberikan obat, bahkan tadi ketika epilepsimu kambuh, Mario juga dengan sikap sabarnya memberikan pertolongan pertama hingga membuatmu tenang."
"Aku punya rahasia yang tidak mungkin aku ungkapkan secara gamblang di sini."
"Terus apa maksud kebersamaan kita selama ini? aku selalu memahamimu. Aku tidak memintamu mengungkapkan secara jelas tentang jati diri dan latar belakangmu. Memangnya ada orang yang mau menampungmu tanpa mengetahui siapa dirimu yang sebenarnya?"
Tasya kali ini bingung dengan pemikiran Gaga. Dia tidak habis pikir, ternyata selama ini Gaga memiliki rahasia di balik rahasia yang tidak bisa diungkapkan secara jelas kepada dirinya. Hal ini membuat Tasya merasa dibohongi oleh Gaga karena selama ini Tasya telah banyak berbuat baik kepada lelaki itu. Tetapi, balasannya malah rasa kecurigaan yang terus Gaga tanamkan pada dirinya.
"Bukan seperti itu maksudku, Sya. Aku pernah berjanji akan mengungkapkan tentang jati diriku yang sebenarnya. Tapi, nanti jika waktunya tepat."
"Terus, kapan kamu nunggu waktu yang tepat?"
Tasya mengejar dan mengejar demi mendapatkan kejelasan atas apa yang telah Gaga lakukan kepada dirinya. Kali ini Tasya tidak bisa lagi berdiam diri setelah kejadian demi kejadian yang menjadikannya ganjal untuk terus bersama Gaga.
Di sini Gaga merasa tersudut. Seharusnya dari awal dia memberitahu jika dirinya adalah Randu dan menceritakan semua sedetail mungkin agar Tasya bisa memahami tidak seperti saat ini. Kesalahpahaman mulai muncul dan hal ini mungkin akan membuat Gaga semakin sulit untuk mencapai misinya.
"Aku minta maaf, ya, kalau memang kehadiranku tidak membuatmu nyaman. Aku bisa kok pergi dari rumah ini."
"Aku tidak pernah bermaksud mengusirmu. Aku menunggumu dengan baik untuk kejujuran itu, lagipula aku juga tidak meminta imbalan sepeserpun karena niatku menolong dan karena kamu mengingatkanku pada adikku yang sudah meninggal."
"Karena kebaikanmu, sudah aku salah artikan. Aku merasa tidak pantas tinggal di sini."
"Itunya pikiranmu saja yang merasa tidak pantas. Nyatanya, kamu tetap tinggal di sini dengan nyaman," sindir Tasya deng gamblang.
Tasya tidak lagi bisa membendung rasa emosi pada dirinya. Dia cukup baik selama ini telah menampung lelaki plontos itu. kenyataannya tidak sebaik yang diharapkan. Bukan berarti Tasya mengusirnya, hanya memberi kesempatan kepada Gaga untuk berpikir lebih rasional dan mau jujur akan latar belakang dirinya, agar kedepannya rahasia itu tetap bisa mereka pegang dengan baik.
Gaga hanya terdiam. Tidak dapat lagi menyanggah ataupun memberikan argumennya. Seakan dia meng-iya-kan setiap apa yang Tasya ucapkan. Di sisi lain Tasya berupaya untuk mencari kebenaran tentang Gaga. Pastinya tidak sulit untuknya ketika mau melakukan hal itu karena pekerjaannya di LBH memiliki banyak kenalan yang bisa memberikan informasi mengenai pemuda dua puluh tahun itu.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top