Chapter 8

1 Bulan Kemudian.

Huek Huek Huek!

Berkali-kali Moza harus bolak-balik ke toilet untuk memuntahkan sesuatu, dia merasa tubuhnya lemas, dan pusing, belum lagi rasa mual yang sangat mengganggunya. Lexi yang memperhatikan Moza sedari tadi tam- pak khawatir.

"Moza ada apa?" tanya Lexi pada Moza yang baru saja keluar dari toilet.

"Entahlah, Lex, aku merasa kurang baik akhir-akhir ini. Setiap pagi aku akan merasakan mual yang berlebih, belum lagi bila mencium aroma yang aneh-aneh," tutur Moza.

"Kamu ini seperti orang yang sedang hamil saja, Mo," goda Lexi pada Moza. Moza mendelik ke arah Lexi, Lexi pun segera pergi sebelum Moza mengamuk. Moza mengingat ucapan Lexi.

Apa benar aku hamil?? Aku sudah telat dua minggu. Kalau aku hamil bagaimana ini? batin Moza.

***

Saat ini Moza sudah berada di rumahnya, ia me-minta izin untuk pulang terlebih dahulu. Tetapi dirinya masih

memikirkan perkataan Lexi.

"Aku harus memastikannya."

"Apa yang ingin kamu pastikan?"

Moza tersentak kaget saat mendengar suara bariton yang tak asing baginya. Moza segera menoleh ke belakang. Tampak Mark sedang duduk manis di sofa. Mark berdiri dan melangkah maju mendekat pada Moza.

"Kamu? Kau bisa masuk?" tanya Moza. "Apa aku lupa mengunci pintunya?" ucap Moza pelan tapi masih dapat didengar dengan Mark. Mark tersenyum geli melihat ekspresi Moza yang kebingungan.

"Sedang apa kamu di sini? Dan bagaimana kamu bisa masuk ke rumahku?" tanya Moza..

"Itu sangat mudah untukku," jawab Mark sombong seraya menunjukkan kunci duplikat rumah Moza. Moza tampak terkejut.

"Oh, jadi sekarang kamu sudah beralih profesi menjadi pencuri?" ujar Moza sinis.

"Tidak! Hanya mengambilnya tanpa pemiliknya tahu," jawab Mark masih mode coolnya.

"Sama saja."

"Jadi apa yang ingin kamu pastikan?" tanya Mark kembali pada pertanyaan awal. "Tidak ada." jawab Moza singkat.

"Jujur padaku, Moza!" "Kamu penasaran?" tanya Moza. Mark tak men-jawab, tapi tatapannya seakan menjawab bahwa ia ingin tahu.

"Ini bukan urusanmu."

Di pagi yang cerah, Moza merenung memandang kosong ke depan. Ia kembali mengingat kejadian sema- lam, di mana dirinya harus berteriak memanggil warga sekitar agar Mark bisa pergi dari rumahnya.

Hari ini Moza berencana memeriksakan diri ke dokter. Mengingat hasilnya nanti membuat Moza men-jadi tegang.

"Nona Moza," panggil salah satu suster di sana. Moza segera beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam ruangan dokter.

Beberapa saat kemudian.

"Selamat Ibu Moza, Anda hamil." Moza tertegun mendengar perkataan dokter.

"Usia kandungan Anda saat ini sudah memasuki 3 minggu. Saya sarankan untuk banyak istirahat dan jangan kelelahan. Rajin check up ya, agar ibu bisa tahu perkembangan sang calon bayi," tutur dokter panjang lear. Moza pun permisi dari ruangan itu.

Moza berjalan dengan lunglai. Rasanya ia ingin menangis, ia tidak ingin menikah dengan Mark. Karena dia tahu Mark tidak pernah mencintainya, begitu juga dengan Moza. Tanpa Moza sadari, ada seorang pria yang telah mengikutinya.

"Cari tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit ini," perintah pria itu pada seseorang dari seberang telepon. Lalu menyimpan kembali ponselnya di samping bangku pengemudi.

"Apa yang terjadi Moza?" ucap pria itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top