Chapter 9
Song Rekomen
🎶Taeyong x Ten - Baby don't Stop
Rumor akan cepat menyebar dan mengilang seiring berjalannya waktu, jika tak ada bukti konkrit yang mendasari sebuah rumor beredar.
Sinb menjalani rutinitasnya sebagai asisten magajer seperti biasanya, meskipun masih banyak yang membicarakannya tapi Sinb memilih untuk tak ambil pusing tentang hal itu. Ia duduk disisi lapangan memperhatikan rekan seteamnya melakukan latihan. Kompetisi semakin dekat dan jadwal team mereka semakin padat sekarang. Tugas Sinb saat ini adalah mengatur konsumsi teamnya dan juga menyiapkan beberapa barang yang diperlukan. Pekerjaannya semakin banyak karena Minhyun tak lagi membantunya seperti dulu dan Jaehwan juga sibuk dengan kegiatan osisnya.
Ong yang berada ditengah lapangan, kini berlari kearahnya dan duduk disebelahnya dengan meminum sebotol minuman dingin yang Sinb sodorkan kepadanya.
"Pasti melelahkan bukan? Kau harus menjaga kesehatanmu." Nasehat Sinb membuat Ong segera menatapnya dengan pandangan yang sulit Sinb pahami.
"Wae?" Tanya Sinb yang merasa tatapan Ong ini berbeda dari biasanya.
"Bisakah kau jujur padaku?" Tanyanya membuat Sinb semakin mengkirutkan keningnya.
"Tentang apa?" Sinb bertanya balik.
"Perasaanmu pada Daniel." Jawab Ong dengan wajah seriusnya membuat mata Sinb melebar. Gadis itu mulai menduga bahwa Ong sudah tau yang sebenarnya.
"Ya, aku memang tau semua kebohongan kalian. Yerin yang memberitahuku, tapi kenapa kau tak mengatakannya kepadaku? Kenapa harus Yerin yang memberitahuku? Sebenarnya kau anggap apa aku ini Sinb-ah?" Kali ini Ong menunjukkan ekspresi kekecewaannya dan Sinb hanya mematung, tak mengatakan apapun.
"Wae? Kenapa kau diam? Aku tau kau tak pernah bisa membalas semua perasaan ku tapi haruskah kau bertindak sejauh ini?" Tanya Ong lagi membuat Sinb semakin merasa bersalah.
"Mi-mianhae." Ucap Sinb terbatah membuat Ong mendengus dan meninggalkannya menuju lapangan.
Sinb hanya mampu memandang Ong yang mengabaikannya. Perkataan Ong terus terngiang didalam otaknya sampai ia merasakan tangan seseorang merangkul bahunya.
"Apa yang kau fikirkan? Sampai kau tak menyadari kehadiranku?" Tanya Daniel dengan senyum manis yang terus mengembang di bibirnya, Sinb berusaha untuk membalas senyum itu tak ingin Daniel mengetahui kegelisahannya. Sinb sudah sangat merepotkan dirinya sampai saat ini dan kali ini Sinb ingin menyelesaikan masalahnya ini sendiri.
"Ania, aku tidak memikirkan apapun. Kau tidak latihan?" Bohong Sinb dengan masih mengembangkan senyum keterpaksaannya dan memilih mengalihkan topik dengan bertanya.
"Hm...Aku memang ada jadwal latihan tapi aku ingin melihatmu dulu." Jawab Daniel yang memang sudah memakai costum basketnya membuat Sinb mengangguk sambil tersenyum malu.
"KAPTEN!!!" Teriakan itu seketika membuat perhatian teralih ketengah lapangan, begitu halnya dengan Sinb dan Daniel yang kini memandang kearah lapangan. Disana, Ong tergeletak kesakitan dengan memegangi kakinya.
"Ong!" Pekik Sinb yang segera berlari kelapangan, meninggalkan Daniel yang menatap punggung Sinb dengan kecewa, ia tak rela Sinb mengabaikannya karena mengkhwatirkan namja lain.
"Ong, kau kenapa?" Sinb menerobos kerumunan orang dan segera meraih kaki Ong.
"Aarrggghhh..." Rintih Ong membuat Sinb semakin khawatir.
"Wae? Mana yang sakit?" Panik Sinb yang membuat Ong terdiam, menatap Sinb dengan perasaan terluka.
"Kenapa kau masih bertanya? Aku terluka disini!" Tunjuknya pada dadanya membuat Sinb membatu dan siswa yang mendengarnya cukup kebingungan.
"Hyung, apa yang kau katakan?" Tanya Woojin yang berusaha untuk memperingatkan Ong agar tak kelepasan tapi Ong yang nampaknya sudah sangat emosi tak menghiraukan perkataan Woojin, ia terus memandang sosok Sinb.
"Dan luka itu karena dirimu!" Tambah Ong yang ia tujukan ke Sinb dan membuat semua memperhatikan Sinb termasuk rekan seteamnya.
"Kau cukup kekanakan!" Celetuk seseorang yang berdiri tak jauh dari sana, ia adalah Daniel yang kini melangkah mendekati Sinb. Mengabaikan semua mata yang memandangnya tak suka, ya ini adalah area lapangan dimana garis teritorial telah diputuskan bahwa ini adalah wilayah kekuasan anak club football dan jangan sampai anak club basket membuat kekacauan disini yang itu berarti akan memicu peperangan terjadi. Seharusnya Daniel cukup tau aturan sesensitif ini, jangan berfikir karena dirinya adalah kekasih Sinb yang membuatnya dengan mudah keluar masuk tempat ini? Daniel salah, anak team football masih akan selalu waspada dengan segala kemungkinannya.
"ckck...Bagaimana denganmu? Kau memanfaatkan keadaan untuk bisa bersamanya." Balas Ong sengit. Kedua namja ini sama-sama terbakar emosi.
"Ong hentikan!" Pinta Sinb membuat Ong semakin geram saja. Kenapa Sinb hanya memperingatkan dirinya? Sementara Daniel tidak! Bukankah itu cukup membuktikan semuanya? Sinb membela Daniel, Sinb lebih memedulikan Daniel dari pada dirinya yang sudah mengenal Sinb sejak dulu. Fakta ini cukup membuat hati Ong sakit dan hancur.
"Aku akan berhenti tapi setelah aku melakukan ini!"
Chu~
Ong mencium singkat bibir Sinb di depan banyak siswa membuat Sinb shock dan Daniel yang melihat itu tak terima. Ia berjongkok dan meraih kaos Ong kemudian memberikannya sebuah pukulan.
Buak
Pandangan beberapa rekan team foot ball semakin tajam, seolah ingin menguliti Daniel.
"Brengsek! Beraninya kau menyentuhnya!" Sungut Daniel yang sudah sangat marah itu. Ia hendak memberikan satu pukulan lagi tapi Sinb segera memeluknya dari belakang.
"Andwae! Jangan lakukan itu, kita pergi saja dari sini Niel." Bisiknya, memohon pada Daniel sambil menangis membuat Daniel menghela nafas. Ia berdiri dan merangkul Sinb.
Senadainya Daniel memukul Ong untuk kedua kalinya, dipastikan ia akan dihajar oleh rekan seteam Ong.
"Aku tak akan membiarkan ini, mulai sekarang tim sepak bola tidak akan pernah mengalah pada tim kalian! Kami akan membalas setiap hal yang telah kalian lakukan kepada kami!" Pekik Ha Sungwoon yang merupakan salah satu team sepak bola, sepertinya perang akan segera dimulai.
"Lakukan saja yang kalian mau, aku akan menunggunya!" Balas Daniel dengan masih menahan amarahnya, Sinb segera menyeretnya untuk pergi dari sana.
Daniel dan Sinb segera meninggalkan lapangan dengan tatapan beragam dari para siswa. Ada yang menatap mereka dengan kekaguman, mencemooh dan kebencian tentunya.
Daniel kini menyeret Sinb ke ruangan ganti tim basket. Selama perjalanan tadi, Sinb diam tak mengatakan apapun karena ia cukup tau bahwa Daniel sedang marah dan saat seperti itu, pria ini tak ingin mendengarkan penjelasan bentuk apapun darinya kecuali Daniel sudah siap untuk mempertanyakannya.
Daniel melepaskan genggaman tangannya pada Sinb dan duduk dibangku dengan mengacak rambutnya frustasi. Didalam ruang ganti tak ada tim basket karena mereka sedang berlatih diluar dan Daniel meninggalkan teamnya untuk sekedar melihat Sinb, mengecek keadaan gadis itu tapi ia malah menemukan sesuatu yang membuatnya marah.
"Wae? Kenapa kau sangat mempedulikannya?" Tanya Daniel yang masih merasa cemburu.
"Karena dia teman ku." Jawab Sinb dengan jujur tapi Daniel merasa tak puas dengan jawaban Sinb. Ia berdiri dan mendekati Sinb, menarik gadis itu mendekat untuk saling menatap lekat.
"Kau tidak berbohong kan?" Tanya Daniel lagi dan Sinb mengangguk membuat Daniel mendesah.
"Ku mohon percayalah padaku Niel." Mohon Sinb.
"Tapi aku tidak akan membiarkannya lagi mendekatimu!" Tegas Daniel.
"Tapi..."
"Tapi apa? Dia sudah berani menciummu dihadapan banyak siswa? Kau tau apa yang dirasakan seorang namja jika yeojachingunya di cium orang lain dihadapannya? Penghinaan! Aku seperti seorang pecundang yang tak bisa melindungi gadisku!" Lirih Daniel dengan ekspresi marah dan sedih yang bercampur membuat Sinb menangis, tak tau bagaimana caranya menghibur kekasihnya ini.
"Mianhae..." Lirihnya yang kini memeluk tubuh kekar itu.
"A-aku sa-ma se-kali tak me-nyang-ka, ia akan me-laku-kan itu ke-pada-ku." Ucap Sinb dengan sesenggukan membuat Daniel menghela nafas. Ia selalu jatuh pada hal yang sama, ketidak tegaan untuk menyakiti sosok rapuh dihadapannya ini, meskipun ia begitu sangat ingin marah.
"Mianhae...Aku terbawa emosi." Kata Daniel lebih lembut, kali ini tangan Daniel membelai lembut kepala Sinb membuat gadis itu semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku sangat menyukaimu Hwang Sinb, tolong jangan membuatku merasa khawatir dan sedih karena kau lebih mengkhawatirkan namja lain." Akui Daniel yang terdengar seperti permohonan tapi cukup membuat Sinb ingin tertawa. Ia melepaskan pelukannya dan memandang mata kelam Daniel, memberikan senyum termanisnya meskipun wajahnya berantakan karena tangisnya sesaat.
"Tidak! Kau tidak boleh tersenyum." Larang Daniel.
"Wae?" Sinb kebingungan.
"Karena membuat jantung ku tak normal." Jawab Daniel yang membuat Sinb tambah terkekeh.
"Kau memaksaku untuk melakukannya." Guman Daniel yang membuat Sinb memandangnya.
"Wae?" Tanya Sinb, Daniel pun mendekatkan wajahnya pada pada wajah Sinb. Menghilangkan jarak yang terpenjar, sampai hidung mereka saling bersentuhan. Rona merah itu tergambar jelas di kedua pipi Sinb, ia merasa malu dalam tatapan intens Daniel.
"Bersiaplah, aku akan menghapus semua jejak Ong dibibirmu." Guman Daniel dengan ekspresi seriusnya membuat Sinb menunggu dengan cemas. Jelas Daniel masih marah dan apakah ia akan melampiaskan kemarahannya pada Sinb? Sinb tidak tau dan hal itulah yang menjadi penyebab ke cemasan Sinb sekarang.
Daniel mulai melumat lembut bibir Sinb, awalnya Sinb tak membalas hanya merasakannya saja sampai tangan Daniel merengkuh tengkuknya untuk memperdalam ciumannya membuat Sinb semakin terbuai dan tak kuasa untuk memalasnya.
Ditengah lumatan itu, Daniel menggigit bibir Sinb membuatnya terpaksa membuka mulutnya memudahkan lidah Daniel memasuki mulutnya, memainkan dan menjamah lidah Sinb membuat gadis itu semakin terbuai, cukup lama sampai Sinb mulai tak bisa bernafas.
"Emmmpphhh Niel..." Lirih Sinb yang mulai kehabisan oksigen membuat Daniel terpaksa melepaskan permainan lidah nan panas itu.
"Mianhae..." Ucapnya yang kini memeluk Sinb lagi.
"Tidak, kau tidak bersalah apapun." Jawab Sinb.
"Kapan kami bisa ganti baju? Apa kalian tidak punya tempat lain untuk melakukan kegiatan tidak senonoh ini? Kalian benar-benar mengacaukan remaja yang sedang puber." Omel Jinyoung yang seketika membuat Daniel dan Sinb melepaskan diri sementara Jihoon tak tahan untuk terbahak. Sinb merasa malu bukan main sementara Daniel menunjukkan cengirannya yang jarang sekali orang lain lihat, hanya rekan seteamnya dan orang terdekat tentunya.
"HAHAHA...Lihatlah ekspresi mereka!" Jihoon tak berhenti terbahak.
"Kau, berhenti tertawa!" Kali ini Daniel harus mengehentikan ejekan kedua temannya ini karena Sinb terlihat begitu malu.
"Baiklah, aku akan serius sekarang. Aku boleh bertanya kepada kekasihmu kan hyung?" Tanya Jihoon dengan serius membua Daniel dan Sinb saling berpandangan dengan bingung tentunya.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Jika itu sesuatu yang akan membuat Sinb tidak nyaman? Daniel tidak akan membiarkannya.
"Hanya sebuah pertanyaan sederhana saja hyung. Tidak perlu memeras untuk menjawab pertanyaan semudah ini." Lanjut Jihoon, masih dengan senyum mereka di bibirnya. Daniel memandang Sinb lagi dan gadis itu mengangguk, seolah memberi persetujuannya.
"Baiklah, ingat hanya sesuatu sederhana yang tak akan membuatnya merasa tak nyaman." Daniel memperingatkan Jihoon yang di jawab dengan anggukan tercepatnya.
Sinb menghela nafas sebelum menjawab setiap pertanyaan Jihoon, ia merasa seperti melakukan ujian wawancara saja.
"Apa kau begitu menyukai kapten kami?" Pertanyaan aneh dan disampaikan dengan ekspresi penuh kegelian oleh Jihoon membuat Daniel dan Sinb gemas seketika.
"Yak kau!" Sifat kasar Sinb mulai keluar.
"Bukankah itu pertanyaan mudah? Kau hanya perlu menjawabnya dari pada banyak protes." Kali ini Jinyoung yang angkat bicara dengan tawa yang masih tertahan membuat Sinb mendengus, Daniel hanya memperhatikannya saja sambil menahan kegeliaanya. Sepertinya mereka berniat mengerjai gadisnya.
"Ayo jawab dengan jawaban yang membuat kami yakin! Aku akan menghitungnya 1...2...." Jihoon mengintiminasi.
"Iya, aku sanggggaaat menyukainya" Jawab Sinb yang seketika menutupi wajahnya, merasa malu sementara ketiga namja itu sudah tergelak.
"Ah, kalian brengsek!" Umpat Sinb semakin membuat Jihoon dan Jinyoung terpingkal-pingkal.
"Baiklah, sekarang pertanyaan santai tapi serius." Daniel yang tidak tau apa rencana kedua temannya ini memilih untuk menunggu seperti Sinb.
"Siapa yang akan kau pilih sekarang? Team sepak bolamu atau team basket?" Tanya Jihoon membuat Sinb membisu dan Daniel melotot kearah kedua temannya itu tapi Jihoon dan Jinyoung mengabaikannya.
"Aku akan memberimu waktu cukup lama untuk menjawabnya." Tambah Jihoon yang sedikit bijak ini.
Sinb nampak berfikir kemudian menghela nafas lagi. "Aku tau bahwa aku tidak bisa memilih keduanya tapi aku ingin mempertahankan keduanya. Sepak bola adalah kebanggaan kelurgaku dan aku sudah terbiasa dengan itu tapi aku juga tidak bisa mengabaikan kesukaan orang yang ku sukai. Aku akan tetap menyukai keduanya, jadi apa kalian dapat menerimanya?" Tanya Sinb, ia tak akan memaksa siapapun untuk menerima keputusannya. Ia hanya perlu mengatakannya dan biarkan mereka memutuskan sendiri.
Jihoon dan Jinyong nampak berfikir sebelum akhirnya tersenyum. "Aku suka dengan jawabanmu." Puji Jinyoung.
"Kau lebih terlihat manis jika berkata lembut seperti itu." Jihoon yang selalu melayangkan rayuannya membuat Daniel seketika menonyor kepalanya.
"Kami sudah mendengarkannya hyung, sesuatu terjadi dilapangan. Percayalah, jika itu aku. Aku sudah menghajarnya habis-habisan!" Sungut Jinyoung.
:Perlu kau tau Sinb, hyung kami pasti menahan dirinya karena dirimu. Biasanya ia tidak tanggung-tanggung untuk mengkajar seseorang." Akui Jihoon membuat Sinb menatap Daniel dan namja itu hanya memalingkan wajahnya kearah lain.
"Aku yakin setelah ini, team foot ball tidak akan mengijinkanmu bersama Daniel hyung." Duga Jihoon.
"Aku akan mengatasi itu, kalian tenang saja." Jawab Sinb tanpa ragu membuat Jihoon mengangguk.
"Aku jadi penasaran, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" Katanya lagi.
"Sudah cukup intograsinya. Aku akan mengantarkannya ke kelas." Daniel harus membawa Sinb, takut gadis ini merasa tak nyaman.
"Baiklah, lagi pula kami juga sudah mendapatkan jawaban yang kami inginkan." Jinyoung menunjukkan wajah puasnya.
"Ingat ini Sinb-ssi. Jika pada akhirnya mereka tak menerimamu, kami akan membuka pintu lebar-lebar untuk menyambutmu." Jihoon mengatakannya sambil memberikan wink mematikannya itu. Jika saja yang dihadapannya bukan Sinb, sudah dapat dipastikan gadis itu akan langsung terpesona dan jatuh cinta kepada Jihoon. Sinb hanya menanggapinya dengan senyum dan setelah itu, ia mengikuti langkah kaki Daniel yang menarik tangannya keluar dari ruang ganti team basket tersebut.
"Apa mereka akan bertahan lama?" Jinyoung mulai menunjukkan kecemasan.
"Entahlah, tapi kau cukup tau bagaimana Daniel hyung bukan? Dia tidak pernah menyerah dalam hal apapun! Kita hanya perlu mewujudkan keinginannya, meskipun harus menghajar para bedebah itu! Mereka telah melecehkan gadis yang disukai hyung dan itu tidak bisa dimaafkan!" Pandangan Jihoon berubah menjadi tajam dengan wajah seriusnya.
"Kapan kita menyerangnya?" Tanya Jiyoung yang mulai antusias.
"Tunggu gerakan dari mereka, aku yakin mereka tidak akan tinggal diam untuk satu pukulan itu. Aku hanya perlu menyuruh seseorang untuk memata-matai mereka." Jihoon menyeringai.
"Dan peperangan dimulai." Jinyoung menepuk bangku dihadapannya seolah memberikan pertanda start untuk memulai.
---***---
Ong berada di dalam UKS dengan ditemani Umji dan Woojin. Pikiran Ong kacau, menatap kosong langit UKS.
"Aku tidak tau, apa yang harus ku katakan kepadamu oppa." Lirih Umji yang menatap prihatin Oppanya sementara Woojin disampingnya, mencoba menguatkan gadis itu.
"Kau tidak perlu mengatakan apapun! Semua ini salah ku!" Lirih Ong yang kini menunjukkan kesedihan teramat.
"Sekeras apapun aku mencoba untuk memaksanya, Sinb tidak akan pernah menyukaiku." Mata Ong berkaca-kaca.
"Mungkin kau harus melupakannya dan mulai memandangku." Celetuk seseorang yang membuat Umji dan Woojin menoleh sementara Ong mendesah, sepertinya ia cukup mengenal suara itu.
"Apa yang kau lakukan disini? Pergi! Jangan ganggu oppaku!" Pekik Umji yang terlihat ingin sekali mencakar wajah inocent gadis yang berada dihadapannya ini.
Namun gadis itu tak menghiraukannya, ia berjalan mendekati Ong. "Sekarang kau merasakan sendiri kan? Rasa sakut itu? Saat seseorang yang kau suka memilih orang lain dan mengabaikan dirimu." Lanjut gadis itu.
"Diam! Pergi kau dari sini!" Berang Umji yang sudah hendak menjambak rambut gadis dihadapannya ini.
"Umji-ya tinggalkan kami! Aku butuh berbicara dengan Yerin." Pinta Ong yang membuat Umji dan Woojin memandangnya tak percaya.
"Tapi Oppa..."
"Woojin, bawa Umji dari sini." Kali ini Woojin mengangguk.
"Baik hyung, kajja!" Ajaknya menarik Umji dengan lembut.
"Oppa, kau tidak berfikir untuk membuat kesepakatan dengannya kan? Atau kau ingin bersamanya? Tidak! Kau tidak boleh bersamanya!" Teriak Umji yang sudah diseret Woojin untuk meninggalkan ruang UKS ini.
"Kenapa kau kemari?" Tanya Ong dingin, membuat senyum Yerin hilang.
"Tentu saja untuk melihat keadaanmu. Aku sangat mengkhawatirkanmu Ong." Akui Yerin.
"Apa kau masih menyukaiku? Pertanyaan tak terduga itu muncul dari bibir Ong dengan intonasi datar dan wajah dinginnya.
"Tentu saja, sampai kapan pun aku akan selalu menyukaimu." Jawab Yerin dengan antusias.
"Bagus, mari berkencan!" Ajak Ong yang membuat mulut Yerin menganga karena terkejut.
"Ka-kau serius?" Tanya Yerin.
"Ya, jadilah kekasihku." Jelas Ong masih dengan muka dinginnya.
"Tentu, aku mau." Jawab Yerin dengan wajah bahagianya memeluk tubuh Ong yang masih terbaring. Ong diam, tak berniat memalasnya, ekspresinya masih saja datar.
-Tbc-
Hi...aku bawa kejutan kedua dihari rabu 😂😂😂
Hayo siapa yang menunggu? Yuk di Vote! KOMEN WAJIB!
Suka baca ff ini tapi belum Follow? Sakit Author rasanya 😳
Baca FF ku yang lain ya 😉😉😉
Bye and Thanks
😘😘😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top