Chapter 7
Pagi itu dikediaman keluarga Hwang sedikit ramai karena kedatangan seorang tamu yang tak lain adalah Daniel. Mereka sekarang berada di ruang makan untuk menyantap makan pagi bersama. Senyum selalu mengembang di bibir Sinb dan Daniel. Minhyun dan Tn. Hwang hanya mampu tersenyum geli ketika melihat pemandangan baru di rumah ini.
"Jadi? Kalian sudah berbaikan?" Selidik Tn. Hwang dengan ekspresi gelinya.
"Aku tidak bertengkar dengannya Appa." Elak Sinb dengan ekspresi cemberutnya yang membuat ketiga pria itu tersenyum.
"Niel..." Panggil Minhyun membuat semua perhatian teralih kepadanya. "Kau harus bersabar untuk menghadapinya, dia memang yeoja terlangka yang pernah ada." Seketika Sinb menatap tajam Minhyun hendak melontarkan sumpah serapahnya.
"APA KAU BOSAN HIDUP???" Suara Sinb tinggi seperti biasanya membuat ketiga pria itu terbahak. Jujur mereka lebih suka Sinb yang seperti ini, gadis pemarah dan kasar-itulah Hwang Sinb yang sesungguhnya.
"Kenapa kalian tertawa? Aku tidak sedang bercanda! Kau adalah oppa ku tetapi kenapa kau mengatakan kalau aku yeoja terlangka yang pernah ada?" Protesnya tentunya dengan ekspresi kesalnya.
"Sudahlah, lanjutkan makan kalian." Kata Tn. Hwang yang sekarang berjalan kedapur untuk mencuci piringnya. Sinb mengamati Tn. Hwang dengan heran, tidak biasanya Appanya ini terlihat begitu rapi. Tn. Hwang memakai setelan jas warna warna abu-abu dengan kemeja putih.
"Appa akan bertemu seseorang?" Tanya Sinb dengan ekspresi menyelidik. Tn. Hwang langsung menoleh dan menatap putrinya dengan bingung.
"Dengan seorang teman." Jawab Tn. Hwang dan pandangan Sinb masih menyelidik.
"Orang itu bukan eomma kan?" Seketika mata Tn. Hwang melebar dan Minhyun yang duduk disampingnya menyenggol kaki Sinb beberapa kali.
"Apa yang kau katakan?" Tanya Sinb yang di mulutnya masih penuh dengan makanan.
Seketika Sinb memandang Minhyun cemberut. "Aku hanya menduganya! Appa hanya akan serapi itu jika ia bertemu dengan eomma." Minhyun menggeleng dan Sinb masih bertatapan dengan Appanya berusaha untuk menemukan kebenaran dari tatapan Appanya. Tn. Hwang mendesah dan terlihat berusaha menenangkan dirinya.
"Hanya seorang teman." Ucapnya lagi dan Sinb tidak bertanya lagi.
"Hyung, sampai kapan kau akan meninggalkan sekolah?" Tanya Daniel yang berusaha mencairkan suasana. Minhyun berhenti makan dan menatap Daniel.
"Entahlah, mungkin lebih dari satu bulan. Pastinya sampai liga berakhir." Daniel mengangguk, ia sudah selesai dengan kegiatan makannya beberapa menit lalu. Sinb yang masih terlihat berfikir teralih dengan makanan Daniel yang belum habis.
"Yak! Kenapa kau tak menghabiskan makanmu?" Omel Sinb tentunya dengan nada tinggi yang membuat kedua namja itu menghela nafas.
"Apa kau benar-benar tak bisa berbicara dengan suara rendah?" Keluh Minhyun dan Sinb mendengus.
"Aku akan menghabiskannya, kau tidak perlu menunjukkan ekspresi seperti itu." Daniel meraih sendoknya lagi berusaha untuk mengalah pada kekasihnya ini. Sinb menopang dagunya dan menatap Daniel yang sedang melahap makanannya sambil tersenyum.
"Habiskan!" Perintahnya yang seketika membuat Minhyun merasa geli.
"Baiklah, aku akan pergi! Niel...Fighting!!!" Minhyun memberikan semangat kepada Daniel sambil berusaha menahan kegeliaannya.
Kini tinggal mereka berdua, Tn. Hwang sudah pergi beberapa lalu tanpa berpamitan. Sinb merasa hari ini Appanya ini benar-benar aneh dan Daniel yang mendapati Sinb menatapnya dengan tatapan kosong memilih untuk menanyakannya.
"Wae?" Tanya Daniel dan Sinb mendesah.
"Ku rasa Appa menyembunyikan sesuatu dari ku." Jawab Sinb membuat Daniel mengirutkan keningnya.
"Tentang apa?" Tanyanya lagi.
"Ku rasa ia benar-benar bertemu dengan Eomma." Ekspresi Daniel menampakkan ketidak setujuannya atas dugaan Sinb.
"Lalu kenapa kalau seandainya paman bertemu dengan Eommamu?" Tanya Daniel dan seketika senyum Sinb lenyap.
"Wae?" Tanya Daniel menyadari ekspresi suram Sinb.
"Ani..." Jawab Sinb dengan memaksakan untuk tersenyum.
Bahkan sampai di dalam mobil yeoja itu hanya diam. Daniel yang menyadari perubahan sikap Sinb semenjak acara makan tadi meliriknya beberapa kali. "Apa kau tidak menyukai Paman bertemu dengan Eommamu?" Tepat! Pertanyaan yang tepat dan mengenai sasaran yang dapat di lihat Sinb langsung menoleh kearah Daniel.
"Jadi? Benar kau tidak menyukainya?" Tukas Daniel lagi dan Sinb hanya mampu mendesah.
"Kalau kau mau menjelaskannya aku akan mendengarkannya, tetapi jika kau tak mau? Itu tidak akan menjadi masalah." Kata Daniel dengan tenang, ia sangat tahu seperti apa kekasihnya ini. Tidak suka di paksa!
Sinb terlihat seperti menimbang antara mengatakannya atau tidak dan ia menghela nafas lagi. "Aku hanya takut." Daniel tersenyum mengatahui Sinb mulai mengatakan sesuatu. Ini adalah baru awal-awal dari rasa percaya Sinb terhadap dirinya.
"Kenapa?" Tanya Daniel dengan tenang, ia tidak mau terlihat antusias karena bahagia Sinb mau bercerita kepadanya.
"Aku takut Appa sedih." Jawab Sinb yang membuat dahi Daniel berkirut merasa bingung dengan jawaban ambigu Sinb.
"Kenapa harus sedih? Apa itu karena Paman masih mencintai bibi?" Daniel memelankan laju mobilnya agar ia dapat membagi konstentasinya, antara mendengarkan Sinb dan menyetir.
"Salah satunya, tetapi ada yang lain yang lebih besar dari ini." Lanjut Sinb lagi, wajahnya tiba-tiba terlihat lelah.
"Apa itu?" Tanya Daniel lagi. Belum sempat Sinb menjawab pertanyaan Daniel. Handphone Sinb berbunyi dan yeoja itu memeriksanya.
Umji...
Bergegas Sinb mengangkat panggilan Umji. Tidak biasanya Umji meneleponnya di pagi seperti ini. Ini pasti ada sesuatu yang mendesak, pikir Sinb.
"Siapa?" Tanya Daniel dan Sinn menjawab dengan gerakan bibirnya karena bersamaan dengan itu ia sudah menyambungkan sambungan teleponnya pada sahabatnya itu.
"SINB!"
Pekik Umji yang terdengar panik. Segera, Sinb menjauhkan handphone itu dari gendang telingannya yang akan pecah jika ia terus mendengarkan pekikan Umji. Sinb merasa heran, tidak biasanya sahabatnya ini sehisteris itu, biasanya jika sesuatu itu begitu mengkhawatirkan ia hanya akan menangis tersedu-sedu. Tapi sekarang apa? Panik! Pasti ada hal besar yang terjadi.
"YAK! Apa kau pikir aku tuli eoh? Kecilkan suaramu atau aku akan mematikannya!" Ancamnya dan Sinb mendengar Umji berusaha mengatur nafasnya.
"Itu-em itu."
Suara Umji terdengar ragu membuat Sinb berdecak.
"Katakan!" Pintanya dengan kesal.
"Woojin, kau saja yang mengatakannya."
Setelah itu tidak terdengar jelas suaranya.
"Sinb..."
Suara Woojin terkesan pelan tetapi tidak bisa ditutupi kalau nadanya terdengar penuh kekhawatirkan.
"Besarkan, aku ingin mendengarnya!" Pinta Daniel dan tanpa bertanya Sinb langsung menuruti perkataan Daniel.
"Wae?" Tanya Sinb yang juga kebingungan dengan sikap Woojin yang tidak seperti biasanya. Sinb mendengarkan desahan Woojin.
"Memboloslah hari ini."
Kata Woojin pada akhirnya. Sinb dan Daniel saling berpandangan merasa bingung. Sinb pun tertawa ketika menyadari permintaan konyol Woojin.
"Kau bercanda kan? Membolos? Yang benar saja? Apa kau begitu tak suka aku mengganggu kalian, sampai kau menyuruhku untuk membolos?" Omel Sinb yang membuat Daniel tersenyum.
Hening~
Woojin tak mengatakan apapun! Sinb merasa Woojin sedang tidak ingin bercanda sekarang. Sinb pun mulai serius.
"Baiklah aku akan serius. Sial! Aku benar-benar benci kau menjadi seserius ini. Kau benar-benar menakutkan jika seperti ini." Keluh Sinb sambil mendesah, Daniel masih terus mendengarkan dan mengamati perbincangan mereka.
"Berikan aku sebuah alasan kuat kenapa aku harus membolos?"
Hening~
"Woojin...Kau mendengarkan ku bukan?" Sinb mulai terlihat gelisah.
"Hm.." Jawab Woojin.
"Kalau begitu katakan! Apa?" Sinb mulai tidak sabaran dan Woojin menghela nafas lagi.
"Ong hyung sedang berusaha untuk menghapus semua beritamu yang berasal dari koran jepang yang muncul di chat room kelas dan dengan cepat menyebar, sekarang seluruh sekolah mengetahui berita itu."
Deg~
Handphone Sinb akan terjatuh kalau saja Daniel tidak menangkapnya. Daniel pun menghentikan laju mobilnya, merasa khawatir dengan ekspresi keterkejutan dari Sinb.
"Sinb...Kau masih mendengarkan aku bukan?"
Woojin masih berusaha berbicara dengan Sinb. Gadis itu hanya terdiam tidak bisa berbicara apapun. Daniel lah yang berinisiatif untuk mulai berbicara dengan Woojin.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Berita apa?" Tanya Daniel, ia masih belum melepaskan pandangan khawatirnya dari kekasihnya itu.
"Aku tidak bisa mengerti hyung, hanya Ong hyung yang benar-benar mengerti jelasnya. Ia sekarang sibuk untuk menghapusnya. Pesannya, kau harus membawanya pergi kemana pun hari ini, kecuali sekolah. Kau bisa melakukannya kan hyung?"
Mohon Woojin dengan sungguh-sungguh. Daniel yang masih bingung pun memilih mengiyakan perkataan Woojin.
"Baiklah" Jawabnya.
"Kau harus terus ada disampingnya."
Kata Woojin lagi membuat Daniel bertambah bingung.
"Jangan khawatir, aku adalah kekasihnya dan aku pasti akan selalu berada disampingnya." Jawab Daniel dengan yakin.
"Kalau begitu aku akan menutup telponnya."
Kata Woojin pada akhirnya.
Tutt~
Daniel Pov
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepadanya? Kenapa ia terlihat ketakutan dan sedih? itu-berita apa sebenarnya? Bisakah dia mengatakannya kepadaku, agar aku bisa membantunya? Bisakah?
Aku mengulurkan tanganku untuk membelai rambut indahnya.
"Gwenchana?" Hanya kata itu yang mampu untuk ku katakan. Aku ingin bisa melakukan banyak hal untuknya. Ya! Aku pasti akan melakukan apapun untukmu jika kau menginginkannya.
Aku melihat matanya berkaca-kaca. Ku rasa ia berusaha untuk menahan tangisnya. Aku benar-benar tidak bisa melihatnya seperti ini. Berlahan-aku menariknya dalam pelukan ku.
"Menangislah jika itu bisa membuat perasaanmu lebih baik, kau bahkan bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku akan mengabulkan permintaanmu apapun itu." Kataku dan ia memperat pelukannya padaku. Ia menangis-ini pertama kalinya aku melihatnya benar-benar menangis mengeluarkan semua emosinya tanpa menahannya sedikit pun.
Sudah lebih dari 15 menit kami berpelukan seperti ini. Untung saja kami berhenti dijalanan yang sepi sehingga kami tak terlalu khawatir mengganggu lalu lintas. Aku masih terus membelai rambut indahnya dan sesekali mencium rambut dengan wangi strawberry itu. Berusaha menciptakan suasana senyaman mungkin untuknya. Meskipun kemejaku basah dengan air matanya, itu tak cukup mengganggu bagiku. Melihatnya mulai tenang-itu cukup melegakan bagiku.
Berlahan ia melepaskan pelukan ku. Kami bertatapan tanpa mengatakan apapun. Semenjak tadi kita memang tidak berbicara, hanya-kami berkomunikasi dengan sentuhan-sentuhan itu. Ia mendesah dan terlihat kesulitan hanya untuk mengeluarkan sebuah kata. Aku memeluknya kembali, meskipun aku tidak tahu apa yang terjadi? Aku bisa menebak, kalau itu pasti begitu sulit untuknya.
"Jika itu sulit? Jangan katakan." Ucapku dan ia menggelengkan kepalanya, melepaskan pelukan ku.
"Ani, aku harus mengatakan kepadamu sekarang! Aku tidak ingin kau mendengarkannya dari orang lain." Katanya dengan linangan air mata. Aku tahu-dia benar-benar berusaha mengatakannya. Tanganku membelai pipi putih susu itu dan menghapus jejak air matanya.
"Wae? Kau tidak harus memaksakan dirimu. Apapun yang terjadi dan seperti apapun itu sulitnya? Aku akan terus berada disampingmu." Benar! Aku akan selalu berada disampingnya walau apapun yang terjadi. Ia memejamkan matanya, menikmati tiap sentuhan tangan ku pada wajahnya.
"Berilah aku kepercayaan untuk membantumu." Ucapku dan ia membuka matanya lagi dan menatap ku seolah mencari kebenaran itu, berusaha meyakinkan dirinya untuk mempercayaiku. Apa yabg terjadi kepadanya? Sampai ia kehilangan rasa percayanya pada semua orang?
Aku pun meraih tangannya dan menciumnya. "Kali ini percayalah kepadaku." Mohon ku dan aku melihat sedikit senyum dari bibir mungilnya.
30 menit lamanya perjalanan kami menuju sebuah pantai. Tidak terlalu siang, jadi matahari masih akan terasa hangat. Pada akhirnya kami menuruti saran Woojin yang merupakan pesan dari Ong untuk membolos. Jujur saja, semakin hari aku semakin tak menyukai bentuk perhatian apapun dari namja itu untuk Sinb. Meskipun berulang kali Sinb mengatakan kalau mereka hanya berteman.
Kenapa aku memilih pantai? Kurasa Sinb membutuhkan suasana yang nyaman tetapi tidak begitu banyak orang. Ku rasa pantailah tempat yang tepat dan disana juga ada sebuah cafe. Aku sering menghabiskan waktu ku disana, jadi aku sangat mengenal baik pelayan maupun pemilik cafe di situ. Kami sudah duduk disebuah tempat yang begitu nyaman yang dapat dengan mudah memandang lautan yang luas. Aku melihat ia menatap kagum pemandangan laut dihadapannya, kemudian ia menarik perhatiannya kepadaku.
"Apa kau sering kesini?" Ucapnya dengan antusias dan itu cukup membuat ku lega. Aku mengangguk pasti.
"Ne, bagaimana? Apa kau menyukainya?" Ia mengangguk dan tersenyum lebar.
"Syukurlah" kataku dengan tulus, aku meraih tangannya dan menciumnya lagi. Rona merah itu muncul kembali pada kedua pipi putih itu. Kalau kami tidak dalam suasana seperti ini? Mungkin-aku akan terus menggodanya, tapi saat ini? Ia membutuhkan aku untuk membuatnya lebih nyaman.
Ia memandangku lekat. "Itu terjadi beberapa tahun yang lalu, saat kami masih di bangku Junior High School." Akhirnya ia mulai mengatakannya. Aku mengangguk dan mengisyaratkan agar ia terus melanjutkan ceritanya tanpa ekspresi memaksa.
"Aku, Ong dan Yerin adalah satu angkatan. Kau tahu kalau aku tinggal dengan eomma kan?" Aku mengagguk mengiyakan pertanyaannya. "Aku memiliki saudara tiri bernama Yerin. Saat itu, aku masih tidak mengerti kenapa Appa dan Eomma bercerai? Jujur aku membenci perceraian itu yang membuatku harus terpisah dengan Appa dan Minhyun oppa." Matanya berkaca-kaca lagi. "Aku bingung ketika harus memilih untuk ikut bersama siapa? Appa atau Eomma? Tapi eomma memaksaku untuk ikut dengannya dan saat itu eomma menikah lagi dengan Paman Jung, Appa Yerin dan setelah itu kami menjadi saudara tiri."
"Tahun pertama semua berjalan normal. Aku dan Yerin seperti saudara pada umumnya sampai ketika aku mengenal Ong. Apa kau mau mendengarkan yang ini juga?" Ia menatapku dengan pandangan tak enak hati. Aku tersenyum seketika, ku rasa ia berusaha untuk menjaga perasaan ku. Aku mengangguk.
"Kau sekarang milikku, jadi tidak ada yang perlu ku khawatirkan." Iya hanya tersenyum mendengar ucapanku.
"Aku bertemu dengan Ong tidak sengaja saat kami menunggu hujan reda. Mulai saat itu kami semakin dekat sampai hari ketika Yerin memasuki kamar ku. Ia bertanya kepadaku tentang hubungan ku dan Ong? Aku menjawab kami hanya berteman dan memang benar meskipun Ong seumuran Minhyun Oppa. Yerin seolah tidak percaya dengan apa yang ku ucapkan bahwa memang kami tak memiliki hubungan apapun. Saat itulah Yerin berubah, ia selalu mencari gara-gara saat dirumah." Ia berhenti sejenak sambil mengatur nafasnya, aku masih setia memegang tangannya.
"Mulai menghasut Appanya untuk tak menyukaiku. Ia selalu menggangguku di segala kesempatan. Ketika aku marah padanya, ia akan berakting bahwa akulah yang mengganggunya. Sehingga paman dan eomma mulai merasa kesal padaku." Ia berhenti lagi kali ini ia menggenggam tangan ku lebih erat.
"Bahkan kepindahan kami kejepang itu juga rencananya. Ia tak ingin melihat ku bersama Ong. Paman yang memanjakannya jelas menyetujui keinginanya ini dan eomma yang juga sedang mengembangkan bisnis fasionya, tentu akan langsung menyetujuinya." Sinb mengambil nafas lagi.
"Akhirnya kami tinggal di jepang dan hidupku mulai tenang sampai seseorang menyukaiku, aku pun menyukainya. Takada Kenta, pria itu seperti obat diatas segala kesulitan yang ku lalui." Ia terdiam, memejamkan matanya. Aku tau itu tak mudah baginya dan aku masih disampingnya, berusaha menguatkan dirinya.
"Sampai hari itu terjadi, hari yang membuat kehidupan ku benar-benar hancur." Hancur? Apa yang sebenernya terjadi kepadanya?
"Apa yang terjadi?" Tanyaku mulai tak sabar.
"Hari itu saat aku berada di kelas lantai atas Yerin menghampiriku. Ia mengatakan agar aku menjauhi Kenta, kalau aku tidak melakukannya ia akan melompat kebawah." MWO? Gadis itu benar-benar gila!
"Lalu apa kau mengabulkannya?" Tanyaku dan Sinb menggeleng.
"Aku tidak tau alasannya menyutuhku untuk meninggalkan Kenta. Yang Yerin suka adalah Ong, lalu kenapa aku harus menjauhi Kenta juga? Lagi pula ini bukan yang pertama kalinya ia mengancamku dan aku selalu mengabaikannya. Hari itu pun aku memilih untuk mengabaikannya. Aku mengatakan kepadanya, lakukan saja jika itu maumu dan setelah itu aku meninggalkannya." Matanya mulai berkaca-kaca.
"Ia benar-benar melakukannya." Sinb pun mulai menangis. "Aku tidak tahu kalau ia benar-benar nekat. Aku, aku tidak mengerti jalan fikirannya sama sekali." Sinb pun menangis sesenggukan. Aku memilih untuk berdiri dan duduk disampingnya, membiarkannya untuk bersandar kepadaku.
Aku membiarkannya menangis, meluapkan semua emosinya yang lama sekali ia pendam. Sekarang aku tahu kenapa ia tak mau menceritakannya kepada Minhyun hyung atau paman-mungkin ia tidak ingin melihat mereka bersedih. Ia menghela nafas lagi, ku rasa ia sudah siap untuk melanjutkan ceritanya.
"Aku benar-benar terkejut ketika ia menjatuhkan dirinya dari lantai atas. Ia tergeletak di bawah dengan berlumuran darah. Aku, aku benar-benar tak mengerti apa yang ia fikirkan?" Katanya lagi, aku masih memeluknya. Ia berkata sedikit berbisik kepadaku tetapi aku masih bisa mendengarnya.
"Saat itu Kenta orang yang pertama tahu. Ia mendongakkan kepalanya dan mendapatiku berada diatas. Aku ketakutan, Kenta memandangku seolah meminta menjelasan tentang semua ini. Saat itu semua orang bergerombol dan mulai menolong Yerin, aku lari ketakutan dan Kenta dia menarikku ke gudang." Dengan terbatah-batah ia berusaha mengatakannya. Aku terus membelai bahunya untuk menenangkannya.
"Ia menyuruhku berkata jujur, bahwa akulah yang mendorong Yerin. Aku mengatakan bahwa bukan aku tetapi melainkan Yerin sendiri tetapi Kenta, ia tidak mempercayai ucapanku. Sebelum itu memang Yerin sering memancing emosiku di depan Kenta. Mungkin, karena itu ia berfikir karena aku kesal kepadanya." Lirihnya, Aku merenggangkan pelukanku. Tanganku meraih wajahnya dan aku mengecup keningnya.
"Jika itu aku. Aku akan mempercayaimu!" Ia tersenyum getir mendengarkan ucapan ku.
"Aku tahu!" Jawabnya.
"Saat itu Yerin di bawah ke rumah sakit dan baru beberapa hari ia sadar. Ia mengatakan kepada semua orang bahwa aku lah yang mendorongnya dan semua orang mempercayainya. Bahkan Yerin mengarang cerita bahwa aku memiliki gangguan jiwa sehingga eomma, ia mengurungku dan memaksaku untuk menemui beberapa psikeater." Air matanya jatuh lagi. Aku mengusapnya berlahan dan ia memejamkan matanya. "Semua orang boleh tak mempercayaiku tetapi eomma? Seharusnya ia mempercayaiku kan?" tanyanya padaku, seolah ia berusaha meyakinkan pendapatnya tentang bagaimana semestinya menjadi orang tua.
"Iya, seharusnya ia mempercayaimu!" Kataku dan ia pun tak dapat membendung air matanya lagi. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan? Bagaimana bisa gadis ini mengalami hal mengerikan seperti ini?
"Mereka semua mengurungku didalam kamar itu. Setiap detik, setiap saat aku selalu ketakutan. Mereka ingin benar-benar membuatku gila." Aku memeluknya dan untuk pertama kalinya aku menangis. Aku benar-benar tidak sanggup membayangkan betapa menderitanya dirinya.
"A-aku, aku berusaha melarikan diri setiap saat tetapi selalu gagal! Mereka menempatkan penjaga di depan pintu kamar ku. Paman dan Eomma merasa malu karena ia berfikir aku gila, sehingga ia melakukan itu. Sampai ketika, Yerin datang menjengukku. Hari itu ia tersenyum lebar melihat penampilan ku. Ia mengatakan kalau ia begitu bahagia dan ketika aku mengatakan mengapa ia melakukan ini? Ia mengatakan bahwa ia membenci ku karena aku selalu mendapatkan semua yang ku inginkan! Dari awal ia menginginkan eomma dan Ong, bukan diriku sebagai saudarinya atau Kenta. Dengan ketiga orang itu kebahagiaannya sudah lengkap, baginya aku hanya benalu yang harus di basmi." Aku membisu! Tidak mampu mengatakan apapun. Bagaimana bisa? Ada orang seperti itu di dunia ini? Aku terus memeluknya erat, aku benar-benar berjanji pada diriku sendiri. Aku akan membuatmu bahagia Sinb.
"Bagaimana dengan Kenta? Apa ia tidak berusaha untuk membantumu?" Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini tetapi entah mengapa rasa ingin tahuku begitu besar.
"Awalnya ia meragukan bahwa aku benar-benar memiliki gangguan jiwa tetapi entah mengapa? Malam itu, aku tertidur lelap didalam kamarku, kurasa seseorang telah memberikan obat tidur pada makananku. Aku tiba-tiba terbangun di sebuah sofa bersama Yuta dan Kenta ada disana. Kami tersadar ketika Kenta tiba-tiba memukul Yuta. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat itu? Bagaimana bisa aku berada di rumah itu ketika keluar dari kamar saja aku tidak bisa? Semuanya sudah Yerin rencanakan, semuanya! Mulai dari Paman, Eomma dan Kenta." Lirihnya.
"Kenapa harus Yuta? Siapa dia?" Tanyaku yang tak mengerti. Ia menghela nafas, aku tahu itu pasti tidak mudah untuknya, membuka luka lama yang begitu memilukan.
"Ia adalah sahabatnya Kenta dan ia saksi mata dari peristiwa itu, aku tidak tahu saat Yerin jatuh ternyata Yuta melihatnya. Awalnya ia hanya berusaha merekam beberapa siswa yang berlalu lalang, kemudian ia melihat percecokan kami, karena merasa menarik, ia juga ikut merekamnya percecokan kami sampai pada peristiwa Yerin yang terjatuh." Ia terdiam sebelum melanjutkan perkataannya. "Yuta berusaha membuktikan bahwa aku tidak bersalah melalui rekaman itu tetapi Yerin mengetahuinya. Ia menghancurkan bukti rekaman itu dan menjebak kami." Aku merasa rasa panas itu sudah sampai diatas ubun-ubun ku. Gadis picik itu benar-benar telah menghancurkan hidup Sinb. Aku harus melakukan sesuatu! Harus!
"Niel, bisakah kau berjanji sesuatu kepadaku?" Mohonnya sambil menatapku. Aku mengangguk tanpa suara.
"Jangan katakan apapun ke Minhyun oppa. Biarkan dia fokus pada mimpinya." Aku terdiam, bingung? Tentu saja, beritanya sudah menyebar dan lambat laun Minhyun hyung pasti akan tahu.
"Tapi, bukankah semua orang sudah tahu? Mungkin nanti seseorang akan memberitahunya." Kataku dan ia tersenyum membenarkan perkataanku.
"Gwenchana, aku akan menjelaskan sendiri kepadanya dan juga Appa." Ya, mungkin itu yang terbaik. Kami pun berpandangan dan ia mendekatkan wajahnya kepadaku.
Cup~
"Gomawo...Niel." Bisiknya
Ia mencium pipiku! Itu cukup membuatku tertegun untuk beberapa saat dan aku menyaksikan rona merah itu lagi di kedua pipinya. Tanganku meraih wajahnya dan memberikan ciuman singkat pada bibirnya.
Chu~
"Saranghae..." Bisikku pada telinganya dan setelah itu aku mencium pipinya, agar membuatnya lebih merona lagi.
Daniel pov end
School...
Ong berjalan dengan tergesah-gesah menuju sebuah kelas diikuti Umji dan Woojin, mereka yang kewalahan menyamai langkah kaki Ong. Mata Ong menyala ketika melihat sosok Yerin dudum santai berbincang dengan satu temannya
"JUNG YERIN!" Ong berteriak kali ini dengan ekspresi kemarahan yang memuncak. Yerin menoleh dan mendapati Ong berjalan mendekatinya, hendak ingin menampar gadis itu tapi Umji dan Woojin menghalanginya.
"Hyung, dia perempuan!" Woojin memperingatkannya.
"Oppa, kita pergi saja." Kata Umji sambip menarik tangan kakaknya.
"Wae? Kenapa kau marah padaku? Aku sudah memberimu waktu untuk menanyakan tentang kencan palsu itu."
"JUNG YERIN! TUTUP MULUTMU!" Ong semakin kalap.
"Eh, kenapa kau mengacau di kelasku!" Seseorang muncul diatas kekacauan ini yang tak lain adalah Jihoon yang kini menatap tak suka Ong.
"Jaga sikapmu, dia adalah sunbaemu!" Woojin memperingatkan Jihoon.
Yerin merasa suasana seperti ini menyenangkan.
"Bagus, semua perwakilan team ada disini, jadi aku akan mengatakannya sekarang!" Kata Yerin yang berusaha membuat suasana semakin panas.
"DIAM KATAKU!" Ong tak berhenti berteriak membuat wajah tampannya terlihat mengerikan.
"Kau yang harus diam, aku sudah menunggumu untuk melakukan sesuatu pada kebohongan yang mereka buat tapi apa? Semenjak semalam tidak terjadi apapun, kau masih tenang berada dirumahmu. Itu sangat tidak mengasyikan." Kata Yerin santai yang membuat Ong memandangnya tak percaya. Woojin termangu dan Umji memandang Yerin tak suka.
"Kau memata-mataiku? Jung Yerin, kau memang gadis gila!" Pekik Ong.
"Hahaha, segilanya diriku aku tidak akan membodohi banyak orang dengan kebohongan seperti gadis yang kau sukai." Cibir Yerin.
"Apa maksudmu?" Umji yang sudah tak tahan langsung bertanya kepada Yerin.
"Kau ingin tau?" Tanya Yerin sambil tersenyum penuh arti.
"Woojin bawa Umji keluar!" Pinta Ong.
"Kenapa kau berusaha membelanya mati-matian? Dia tidak akan pernah membalas cintamu, perlu kau tau itu Ong." Sinis Yerin. Ong semakin marah dan Umji melepaskan rangkulan Woojin.
"Tutup mulutmu! Ikut aku!" Ong menarik tangan Yerin tapi Jihoon menghentikannya.
"Lepaskan dia!" Kata Jihoon.
"Wae? Kau menyukainya?" Sinis Ong.
"Ya, aku menyukainya!" Jawab Jihoon yang membuat semua orang terkejut tapi tidak dengan Yerin, gadis ini tersenyum.
"Kalian semua pasti menyangka bahwa Sinb dan Daniel pesangan kekasih kan?" Yerin menyerang lagi.
"YERIN!" Ong kembali lagi menariknya tapi...
BUAK
Pukulan Jihoon membuat Ong jatuh tersungkur. Yerin tersenyum merasa menang. Umji yang masih menatap Yerin seketika merasa khawatir dengan oppanya.
"Sinb dan Daniel hanya berpura-pura agar kedua club tak saling bermusuhan. Gadis itu sangat pandai berbohong dan kalian, ku harap berhati-hatilah kepadanya." Kata Yerin yang membuat Jihoon dan Woojin terkejut, sedangkan Umji tak menunjukkan reaksinya.
"BRENGSEK!! Kenapa kau menjadi seperti ini, Jung Yerin!" Ong bangkit lagi hendak menyentuh Yerin tapi Jihoon memukulnya lagi.
BUAK
Umji yang tak tega melihat oppanya di pukuli berlahan mendekatinya.
"Oppa kajja, Woojin bantu aku." Kata Umji dan Woojin pun membantunya.
"Kau tidak mempercayai perkataan ku Umji? Aku mengatakan kebenaran!" Kata Yerin yang membuat Umji tersenyum sinis.
"Jika hanya kau yang dapat di percaya di dunia ini? Aku akan memutuskan untuk tidak memilihmu." Katanya membuat Yerin tertawa.
"Kau yakin? Jangan menunggu penyesalan itu datang!" Katanya lagi membuat Umji semakin emosi. Gadis itu berjalan mendekati Yerin dan menjambak rambutnya.
"YAK!" Yerin memekik dan semua orang dibuat terkejut melihat tingkah frontal Umji yang tak biasa ini.
"KAU GADIS GILA! PSIKOPAT! Kau pikir siapa dirimu? Apa belum cukup semua yang kau lakukan kepadanya hah?" Umji terus menjambak rambut Yerin.
"Woojin cepat bawa Umji." Pinta Ong dan Woojin segera menghampirinya.
"Yeoja berengsek itu kau! Siapa yang terlihat seperti licik disini eoh? Apa kau ingin membuat seluruh isi sekolah tahu tentang peristiwa itu dan dengan senang hati mengatakan Sinb adalah tersangka utamanya? Bodoh! Dan kau melengkapi ketololanmu dengan mengatakan bahwa berita kencan Sinb itu adalah kebohongan? Melihat begitu gigihnya dirimu menghancurkan Sinb membuat aku semakin mengerti bahwa kau gadis yang menakutkan?" Umji menunjukan tangan kanannya pada Yerin sementara tangan kirinya masih menjambak rambut gadis itu. Woojin berusaha menghentikannya tapi Umji terus-terusan mengabaikannya.
"Lepaskan tanganmu dari rambutku!" Pekik Yerin tapi Umji mengabaikannya.
"Kenapa? Apa kau iri kepadanya? Ong oppa menyayanginya dan aku juga menyayanginya, kita semua menyayanginya. Bukankah kau sangat ingin mendapatkan semua itu? Tetapi, kalau kau melakukan dengan cara ini? Aku jamin kau tidak akan mendapatkan apapun! Bahkan itu oppaku, aku akan membunuhmu jika kau mendekat atau menyentuhnya! Dulu, kau memang bisa menghancurkan Sinb tetapi tidak disini? Semua orang menyayanginya! Ckckck...Aku benar-benar sangat kasihan kepadamu. Kau yeoja menyedihkan!" Kata Umji dengan tersungut-sungut, Ong dan Woojin saja sampai terperangah. Gadis yang terlihat manis, pendiam dan tidak terlalu banyak berbicara berubah menjadi gadis kasar seperti ini? Apa dia belajar semua itu dari Sinb? Pikir Ong dan seketika namja itu meringis karena bertepatan dengan itu, ia merasakan sakit pada wajahnya akibat pukulan Jihoon.
"Oppa...Chagi-ah..Kajja, aku benar-benar muak berada disini!" Umji menarik Ong dan Woojin pergi begitu saja meninggalkan Yerin yang terlihat geram dengan semua ucapan Umji. Tatapan penuh dendam itu nampak dari kedua bola matanya jika seseorang jeli melihatnya.
"Aku menyukaimu tapi tak menyukai caramu?" Kini giliran Jihoon menceramahi Yerin.
"Kau mempercayaiku kan?" Seketika Yerin menunjukkan wajah polosnya. Jihoon menghela nafas.
"Tidak tau, aku memang membenci team sepak bola tapi aku tidak bisa melakukan apapun jika hal yang kau katakan itu benar. Daniel adalah kapten kami, apapun yang terjadi kami harus patuh kepadanya." Terang Jihoon membuat Yerin nampak berfikir.
"Aku akan membantumu untuk menjadi kapten dan membuat semua member tim basket mendukungmu." Tawar Yerin membuat Jihoon tertawa.
"Wae?" Yerin tak mengerti kenapa Jihoon harus tertawa.
"Aku menarik kata-kataku. Aku tidak menyukaimu lagi. Kau pikir Daniel hyung itu sampah yang bisa kau buang begitu saja? Aku tidak tau di dunia ini kenapa ada manusia sepertimu!" Kata Jihoon yang kali ini meninggalkan Yerin sendiri.
"Kalian semua boleh memakiku tapi setiap serangan ini, aku pastikan kalian akan mendapatkan balasannya dua kali lipat!" Guman Yerin sambil tersenyum miring.
-Tbc-
Dan aku juga udpate ini 😂😂😂
Malming yang menyenangkan bukan?
Banyak yg aku update gitu 😂
Menunjukkan betapa Jonesnya Author 😳😅
VOTE YG BANYAK!!!
KOMEN YA 😂😂😂
BACA FF KU YANG LAEN YA 😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top