Chapter 6

Ditengah lapangan yang ditumbuhi dengan lebat corak hijau rerumputan, terdapat beberapa siswa lengkap dengan costume sepak bolanya, berbaris dengan bola sepak dikakinya. Mereka adalah Tim sepak bola yang hendak melakukan latihan rutin sebelum kompetisi di mulai. Ong adalah kapten tim sementara untuk club ini setelah Minhyun absen untuk menjadi salah satu anggota TIMNAS Junior. Namja itu terlihat begitu kewalahan, mungkin karena tidak terbiasa dengan tugas barunya sekarang. Seorang namja dengan postur tingginya dan tampilan dengan seragam sekolah yang terlihat rapi berjalan santai menuju tengah lapangan, ia tak pernah melepaskan senyumannya itu. Ketika sampai didepan barisan itu, ia disambut dengan cengiran mereka.

"Capten!!!" Teriak mereka serentak dan lapangan terasa rius seketika. Seolah-olah telah kedatangan segerombolan sporter sepak bola dengan semangat yang berkobar dari wajah mereka.

"Bagaimana kabar kalian?" Ia merangkul Ong yang sedang memberikan arahan kepada barisan itu.

"Baik capten!!" Jawab mereka serempak membuat namja itu tersenyum lebar. Mata coklatnya menunjukkan kerinduan begitu besar setelah beberapa hari ia tinggalkan sekolah.

"Kalau bukan karenamu, aku tidak akan mau menjadi capten." Keluh Ong membuat namja itu tersenyum dan menepuk beberapa kali pundak Ong untuk menenangkannya.

"Ku rasa semuanya akan baik-baik saja". Katanya.

"Minhyun hyung..." Panggil seseorang yang tak lain adalah Jaehwan.

"Wae?" Tanya Minhyun dan Jaehwan segera merangkulnya.

"Ikut dengan ku, ada yang harus ku bicarakan denganmu." Katanya yang segera menarik Minhyun dari lapangan.

"Eh tunggu...kami haus? Mana minuman dan makanan ringannya?" Keluh Ong.

"Sebentar lagi Sinb akan kemari." Jawab Jaehwan tanpa menoleh membuat Ong kesal saja.

Sinb berjalan dengan membawa kotak besar yang berisi snack dan minuman untuk anak tim football tapi fikirannya dipenuhi dengan semua perkataan Daniel. Sampai ia tidak sadar ketika ia menubruk seseorang.

Brug

Semua minuman dingin dan snack yang ia bawa jatuh berhamburan. Sinb yang sedikit terkejut segera memungutinya.

"Jadi seperti ini pekerjaanmu disini? Menjadi seorang pesuruh?" Sinis seseorang yang Sinb sangat mengenal suara itu. Ia adalah Yerin yang memang sengaja menubruknya. Sinb menghela nafas kemudian menatap Yerin jengah.

"Sinb..." Ong berjalan mendekati mereka berdua. Yerin segera mengenali sosok Ong. Tanpa mereka tau, Yerin terlihat senang melihat sosok Ong.

"Ong Sunghwon? Bagaimana kabarmu?" Yerin mengulurkan tangannya, agar Ong dapat menjabatnya tapi Ong tak mempedulikannya. Ia malah menarik tangan Sinb untuk segera mengikuti langkahnya. Sinb kebingungan tapi juga tak melarang Ong untuk segera menarik tangannya pergi. Sesungguhnya Sinb masih belum bisa menerima kenyataan Yerin bersekolah disini ditambah lagi yeoja ini tiba-tiba muncul begitu saja. Ekspresi Yerin terlihat tidak suka memandang mereka berdua.

"Apa yang kau katakan kepadanya sehingga membuatnya dingin seperti itu?" Guman Yerin yang sangat yang terlihat sekali membenci Sinb.

Sinb membisu saat Ong terus menyeretnya ketengah lapangan. Entah kenapa? Setiap melihat Yerin, ia selalu mengingat kenangan pahit saat Yerin berbohong bahwa dirinyalah yang membuat ia terjatuh. Ia benar-benar yeoja gila dan seharusnya gadis itu yang harus di kurung, bukan Sinb.

"Kenapa kau selalu diam ketika berhadapan dengannya?" Omel Ong membuat Sinb mendongak dan mulai sadar dengan keadaan disekelilingnya.

"Liatlah ekspresi memuakkan darinya karena berhasil membuatmu bungkam!" Ong terlihat sangat marah mengetahui Yerin terus-terusan mengerjainya.

"Ong..." Lirih Sinb yang terlihat gelisah dan sepertinya traumanya kambuh. Merasakan Sinb tak bergerak, Ong berhenti.

"Wae?" Tanya Ong yang mulai melihat kegelisahan gadis itu.

"Woojin..." Panggil Ong dan namja itu segera berlari dari tengah lapangan dan menghampirinya.

"Apa hyung?" Tanya Woojin.

"Bagikan ini dan aku harus mengantar Sinb." Ong menyodorkan makanan dan minuman dingin yang dibawah Sinb.

"Ada apa dengannya?" Woojin melihat Sinb sedikir aneh.

"Ani, kau bagikan saja itu. Ada yang harus ku urus dengannya." Kata Ong yang berusaha menutupi apa yang terjadi pada Sinb. Ong menunjukkan sikap tenangnya, menuntun Sinb agar siapapun tak mencurigainya.

"Kau harus tenang, kau tidak ingin Minhyun mengetahuinya kan?" Sinb mengangguk.

"Ayo!" Ajak Ong yang kini merangkul Sinb, untuk berjalan mengikutinya.

Tidak ada tujuan yang jelas kemana kaki mereka melangkah, Ong cukup tau bahwa Sinb hanya perlu ditemani tanpa mengatakan apapun. Pada akhirnya mereka berjalan dengan ke sunyian. Tanpa mereka tahu Daniel berdiri tak jauh dari mereka dan mengamati Sinb beserta Ong. Sinb menghelan nafas sebelum pada akhirnya berhenti, menatap Ong. "Sampai disini saja, aku akan kekelas sendiri." Sinb menahan sudut bibirnya. "Dengarkan aku, meskipun sulit kau harus mencoba menghadapinya. Jangan takut karena aku akan selalu melindungimu." Tiba-tiba Ong memeluk Sinb membuat gadis itu tak bisa lagi memendung air matanya yang kini mengalir begitu saja.

Ong mengusapnya, merasa khawatir pada gadis dihadapannya ini. "Aku tidak akan membiarkannya menyakitimu lagi, semua ini juga karena aku." Ungkap Ong yang sangat tau kecemburuan Yerin karena kedekatannya dengan Sinb.

Sinb terus menangis, ia berusaha tersenyum memandangi Ong. Wajah kesedihan nampak jelas, ia merasa tak enak karena harus melibatkan Ong dalam masalah ini. Aneh! Dia hanya bisa menangis ketika itu hanya bersama Ong, meskipun sering kali mereka bertengkar. Karena Ong tahu tentang segalanya, tentang penderitaannya selama ini. Tentang bagaimana ia di kurung dan menjalani tiap detik yang menyiksa ketika menjalani terapi psikologi itu.

"Mian-hae..." Kata Sinb dalam isak tangisnya.

"Kenapa kau harus minta maaf? Kau tau bukan, seberapa aku menyukaimu? Meskipun kau lebih memilih namja jepang itu atau pun sekarang kau memilih capten tim basket itu. Aku harus menerimanya, asalkan aku masih bisa melihat senyumanmu. Aku akan tetap senang. Jadi, jangan pernah sungkan untuk berbagi dengan ku, aku tak mengharapkan balasan apapun kepadamu." Ong membelain pucuk kepala Sinb dan kembali Sinb menunjukkan senyum tulusnya untuk segala kebaikan Ong. Sejujurnya Sinb sangat merasa bersalah telah menyembunyikan kebohongan tentang dirinya dan Daniel. Seperti inilah dirinya, entah kenapa Sinb tak bisa menganggap Ong lebih dari seorang sahabat.

"Kalian disini?" Sinb dan Ong menoleh, mendapati pemandangan aneh tapi menggelikan. Woojin menggandeng tangan Umji.

"Kalian? Jangan katakan kalian sedang berkencan?" Tuduh Sinb dan kedua manusia itu menyemburkan rona merah pada pipi mereka masing-masing. Hanya dengan itu Sinb dapat mengetahui kalau tebakannya adalah benar. Tawa Sinb pun pecah. Sementara Ong mengamatinya dengan mata memicing.

"Kenapa kau menggandeng tangan Umjiku!" Tuntutnya yang terlihat seperti hendak melahap Woojin.

"Aaa..." Woojin mulai tergagap sementara Umji terlihat tak peduli dengan reaksi oppanya.

"Hahahaha...Akhirnya pasangan mustahil ini terlahir juga." Jeritnya merasa geli dan Ong menyenggolnya karena Sinb mengganggunya dalam mengintrograsi Woojin.

"Yak! Pasangan mustahil?" Umji tak terima dengan ucapan Sinb memilih untuk mencubitnya.

"Yak! Appo?" Protes Sinb.

"Hallo! Tidak ada yang ingin menjelaskan kepadaku?" Ong menyela lagi tapi Umji tak memperdulikannya.

"Baiklah, selamat menikmati kencan kalian. Aku akan pergi sekarang!" Kata Sinb yang tiba-tiba memutuskan untuk segera pergi.

"Kau baik-baik saja kan?" Lagi-lagi Ong mengkhawatirkannya. Sinb memangguk dan tersenyum untuk meyakinkan namja itu.

"Tunggu, kalian tidak boleh pergi sebelum menjelaskannya dulu kepadaku!" Sinb tersenyum ketika mendengar suara Ong menyidang pasangan baru itu.

--***--

Sinb pov

Aku cukup bahagia mendengar berita kencan Woojin dan Umji. Ya, itu lebih baik! Setidaknya dari semua kekacauan yang terjadi, ada sesuatu yang baik terjadi disini. Aku merasa bersalah karena Ong harus terlibat dalam masalah ini, meskipun aku tau Yerin melakukan ini juga karena kecemburuannya kepadaku. Tak bisakah semua masalah ini selesai? Tuhan! aku hanya ingin kehidupan yang normal, sama seperti kebanyakan orang. Apa itu terlalu sulit untuk kau kabulkan? Seketika aku tersadar dari lamunan ku dan merasa bingung dengan suasana di sekitar. Ya Tuhan, bahkan aku tidak dapat berkonsentrasi sedikit pun dan jalan ini adalah jalan menuju ruang ganti tim basket. Apa yang sedang ku fikirkan sebenarnya? Kenapa tanpa sadar aku melangkah kemari? Bagaimana kalau tiba-tiba Daniel muncul dihadapan ku? Mungkin dia akan menertawai kekonyolan ku. Tidak! Itu tidak boleh terjadi. Aku harus segera pergi dari sini.

Aku pun berbalik dan berjalan dengan cepat. Setelah aku merasa jauh dari tempat itu, aku memilih untuk duduk disebuah bangku dekat gudang. Setidaknya tempat ini lebih nyaman, karena aku tidak harus mendengarkan semua kebisingan yang menambah kekalutan dalam diriku. Aku menyandarkan kepalaku pada tembok beton itu.

Aku masih saja merasa heran karena tiba-tiba saja berjalan ke tempat ganti ruang basket. Tiba-tiba saja kebersamaan bersama Daniel sekilas terlintas begitu saja. Kami sudah mengalami banyak hal selama beberapa hari. Aku tidak bisa menghentikan senyum ku ketika aku mengingat setiap pertengkaran yang kami lalui. Dia begitu jujur tentang semua hal yang ada di fikirannya meskipun itu sedikit kasar tetapi anehnya aku tak merasa tersinggung sama sekali. Dia selalu membuat ku nyaman dan melindungiku.

Entah kenapa aku merindukannya? Aku ingin ia menemaniku saat ini, disini! Aku tahu aku egois-sangat egois. Aku menginginkannya berada disampingku tetapi aku tidak bisa menjanjikan apapun kepadanya, apa lagi setelah aku mengetahui ia menyukai ku dan membuatnya terluka dengan perkataanku. Sinb...Kau benar-benar yeoja jahat! Aku menangis dalam kesunyian ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" Suara itu? Tidak mungkin dia kan? Mungkin ini hanya halusinasi ku karena aku begitu mengharapkan kehadirannya sekarang. Aku masih diam tidak berusaha untuk menanggalkan kedua tanganku dari wajah yang sudah di penuhi air mata.

Tidak! Ini nyata? Sebuah tangan berusaha menyentuh tangan ku yang menghalangi wajah ku untuk terlihat. Tangan ini...Sentuhan tangan ini? Aku pernah merasakannya.

"Bukalah, kau tidak harus malu kepadaku? Kau sudah beberapa kali menangis dihadapan ku bukan? Aku lebih tidak suka ketika kau menangis dihadapan pria lain". Ya, itu dia! Daniel, namja yang tiba-tiba memenuhi otak ku dan membuatku seketika merindukannya. Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku merasa malu terlihat terpuruk dihadapannya. Banyak hal yang aku takutkan didunia ini, salah satunya adalah namja dihadapanku sekarang! Aku merasakan ketakutan itu sekarang-takut tergantung kepadanya dan pada akhirnya ia akan meninggalkan ku seperti Kenta, aku tau Ong akan selalu disisiku tapi aku kasihan kepadanya karena aku tidak bisa mencintainya.

"Sinb..." Ia berhasil menemukan wajah ku yang berantakan dipenuhi air mata. Ia sudah memakai seragam sekolah dan terlihat begitu tampan, sedangkan aku benar-benar dalam keadaan kacau? Aku berusaha memalingkan wajahku dan ia tak menyerah membuat ku agar sepenuhnya menatapnya. Pandangan kami bertemu dan aku tak bisa menghentikan air mataku yang terus mengalir. Ia berjongkok didepan ku dan mengusap air mataku dengan sabar. Aku tidak pernah melihat sisi ini sebelumnya, ia mengkhawatirkan ku?

"Kenapa kau tak berhenti menangis? Apa aku salah satu alasan yang membuatmu menangis?" Jawabannya adalah ya! Tapi bukan karena kau menyakitiku tetapi karena aku takut jika kau terus bersikap seperti ini, maka aku-aku akan benar-benar menyukaimu.

Aku masih diam, tak mampu menjawab semua pertanyaannya. "Aku benar-benar ingin membantumu kalau saja kau mau berbagi dengan ku?" Ku mohon jangan terus bersikap seperti ini. Aku sudah berusaha untuk menahannya-untuk berlari dan memelukmu.

"Aku tahu, kau pasti tidak nyaman dengan apa yang aku ucapkan tadikan? Maafkan aku, aku tidak bermaksud apapun. Sungguh! Anggap kau tak pernah mendengarnya dan aku janji tidak akan mengganggumu lagi, jika kau benar-benar tak merasa nyaman dengan kehadiran ku." Katanya yang hendak berdiri dan tanpa sadar tangan ku menahan tangannya.

"Mianhae..." Ada banyak hal yang ingin ku ungkapkan hanya saja semua terasa sulit.

"Tidak ada yang salah dengan mu. Aku yang salah, selalu memaksamu untuk melakukan hal yang membuatmu tidak nyaman. Maafkan aku." Sebuah penyesalan terpampang jelas pada raut wajahnya. Pria dingin ini benar-benar berbeda. Aku masih tidak mempercayai bahwa dia adalah Kang Daniel. Ya Tuhan, aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Tangannya terus memegang tangan ku, berusaha membuatku nyaman. Aku tak tahan lagi dan pada akhirnya aku menjatuhkan tubuhku padanya. Aku memeluknya meluapkan semua emosiku yang terpendam.

"Kenapa kau terus bersikap baik padaku?" Aku merasakan tangannya melingkar pada pinggang ku dan tubuhnya begitu hangat, aku benar-benar tak ingin melepaskan pelukan ini. Kami sudah beberapa kali berpelukan tetapi aku belum pernah merasakan perasaan yang seperti ini sebelumnya-dimana aku tidak ingin melepaskannya walau sedetik saja. Tangannya beralih pada rambutku yang terurai, ia membelainya dengan lembut.

"Karena aku peduli kepadamu. Sangat mempedulikanmu, bahkan aku selalu mengkhawatirkanmu setiap saat. Bisakah kau tidak menangis lagi? Itu cukup membuatku gelisah sepanjang waktu." Aku tersenyum mendengar perkataan lembut dari seorang Kang Daniel. Ya Tuhan, aku benar-benar tidak percaya pria yang dihadapan ku adalah pria dingin yang selalu membuatku kesal selama ini.

"Bisakah kau mempercayaiku sekarang?" Aku mengkirutkan dahiku sebelum melepaskan pelukan ku dan menatapnya. "Tentang?" Aku bertanya kembali. "Untuk menggenggam tangan mu dan berjalan bersama untuk melalui semua hal." Aku merasakan suaranya bergetar karena gugup. Pipinya merona dan itu pemandangan yang lucu untuk ku. "Wae?" Aku berusaha menggodanya. Aku benar-benar menyukai tingkah pemalunya karena itu hal yang baru.

Ia memejamkan matanya sambil menghela nafas. Aku ingin tertawa tapi aku berusaha untuk menahannya.

"Jadi?" Aku terus berusaha menggodanya.

"Ayolah Sinb...Kau sangat tahu dengan apa yang ku maksud. Aku serius dengan perasaan ku kepadamu." Okay! Dia kembali dengan ekspresi seriusnya tetapi rona merah itu masih ada pada kedua pipinya.

"Perasaan apa?" Bisikku pada telinganya dan ia menghela nafas lagi.

"Apa kau berusaha menggodaku?" Yeah, ia terlihat kesal. Ini saatnya aku untuk mengakhirinya. Mungkin sudah saatnya aku memulai sesuatu yang baru, hidup baru dan cinta baru.

Aku mengalungkan tangan ku pada lehernya yang masih berada dalam posisi berjongkok. "Seorang sepertiku membutuhkan sebuah kejelasan, ku rasa kau tidak menjelaskan apa maksud dari perkataan mu?" Aku masih berusaha bermain-main dengannya dan ia mendesah lagi.

"Baiklah dengarkan baik-baik." Ia memberikan jeda pada perkataannya, mengintruksiku agar mendengarkannya secara seksama. "Aku menyukaimu Sinb dan aku baru menyadari hari ini. Beberapa hari sebelum itu aku merasa aneh setiap kali aku merasa marah karenamu-karena kau tidak jujur kepadaku. Seharusnya aku tak mempermasalahkan itu, mengingat kita hanya pasangan palsu. Dan ku pikir mungkin hanya perasaan peduli? Tetapi hari ini saat kau berusaha untuk menghindariku dan lebih memilih menangis dihadapan Ong, aku benar-benar marah dan gelisah. Aku ingin melihatmu setiap saat yang aku bisa tapi kau seolah menghilang dan itu cukup menyiksaku." Ia meraih tangan ku yang mengalung pada lehernya. Aku membisu tak bisa mengatakan apapun. Pria ini benar-benar memberiku jeda untuk bernafas. Setiap detik, tiap menit penuh dengan kejutan.

"Jadi, bisakah kau mempercayaiku untuk bersamamu?" Tatapan memohon serta perkataannya membuat seluruh yeoja di dunia ini akan luluh termasuk diriku. Tapi sebelum ia mengatakan ini aku sudah benar-benar luluh kepadanya, terlepas terkadang kekesalan ku. Ini cinta kilat yang cukup konyol tapi percayalah, dia lebih mengganggu fikiran ku dari pada siapapun saat ia marah.

Aku mengangguk dan ia memberikan pelukan hangat kepadaku.

"Gomawo" Gumannya yang masih dapat ku dengar. Ya Tuhan, aku merasa kupu-kupu berterbangan didalam perut ku dan perasaan bahagia itu mengisi setiap inci rongga dada ku. Sesaat aku merasa konyol? Pasangan palsu dan semua sandiwara palsu akan menjadi kenyataan? Ini seperti sebuah mimpi. Aku berharap dia akan menjadi terakhir pelabuhan ku dan semoga saja ia tidak akan pernah berpikir untuk meninggalkanku.

"Apapun yang terjadi kau harus terus mempercayaiku" Bisikku dan aku rasa ia menganggukkan kepalanya.

"Tentu, sebanyak yang kau mau. Aku akan terus menunggumu untuk mengatakan semuanya yang kau rasakan." Ia melepaskan pelukannya, aku menangis terharu dengan semua hal yang ia lakukan. Ia mengusap air mataku lagi.

"Kenapa kau masih bersedih." Aku hanya menggelengkan kepalaku dan ia membelai rambutku lagi. Dengan cepat ia mengecup dahi ku.

Chu~

Oh my god! Aku masih tak merasa ini nyata? Ku pikir sudah tidak ada kebahagiaan yang tersisa untukku.

"Saranghae" Katanya lagi sambil mengembangkan senyum indahnya. Ah, ia benar-benar seperti seorang malaikat tampan yang turun dari langit. Aku baru menyadari sekarang, pria ini benar-benar sempurna. Rahang yang bagus, hidung proposional, bibir seksi dan suara manlynya. Benar-benar diatas rata-rata dan dia sekarang adalah kekasihku. Ah, ini seperti sebuah mimpi di siang bolong.

"Kajja..." Ia mengulurkan tangannya.

"Kemana?" Tanyaku.

"Sebentar lagi jam istirahat akan habis dan aku akan mengantarmu ke kelas." Ini hal romantis yang pertama ia lakukan ketika kita benar-benar menjadi sepasang kekasih yang sesungguhnya. Kami bergandengan tangan menuju kelas.

Sinb pov end

Mereka berjalan bersama menuju kelas Sinb. Sesekali saling menatap dan tersenyum bersama membuat sebagian siswa merasa iri. Hubungan mereka yang terekspos beberapa waktu lalu itu sudah menghebohkan seentero sekolah, apa lagi sekarang? Melihat mereka tidak canggung lagi untuk menunjukkan kemesraan mereka di muka umum cukup membuat beberapa siswi merasa kesal.

"Aku bisa ke kelas sendiri." Keluh Sinb yang merasa risih dengan tatapan menyebalkan dari beberapa yeoja yang sangat tidak suka melihatnya bersama Daniel. Namja itu hanya tersenyum tak begitu ambil pusing dengan beberapa pasang mata yang menatapnya.

"Jangan pedulikan mereka" Pinta Daneil dan Sinn hanya mendengus kesal.

"Mereka menyebalkan!" Bisik Sinb yang seketika membuat Daniel tersenyum.

"Sangat! Tapi bukan berarti kau akan memukul kemudian memeluk mereka seperti yang kau lakukan pada sahabatmu itu kan?" Sindir Daniel yang seketika membuat Sinb memutar bola matanya dan menahan dirinya untuk tidak tertawa.

"Jadi kau mengawasiku? Sejak kapan?" Pandangan Sinb menajam, berpura-pura kesal.

"Hm, kau tidak perlu tahu tentang itu." Kata Daniel yang seketika membuat Sinb cemberut.

"Aish! Kau belum tahu saja, Ong dulu sering menginap dirumahku." Sinb mulai meluncurkan serangan menggodanya kepada Daniel.

"Tidak perlu dilanjut!" Protes Daniel dan itu cukup membuat Sinb tertawa geli.

"Kami bahkan memasak bersama, menonton TV bersama dan..." Sinb seketika menghentikan perkataannya membuat Daniel juga berhenti melangkah, menatap Sinb dengan ekspresi kesalnya.

"Dan apa?" tanya Daniel tak sabaran.

"Kami...Pernah tertidur disofa bersama". Bisiknya dengan berusaha menahan tawanya.

"Yak! Apa kau ingin melihatku memukulinya?" Tawa Sinb pecah dan Daniel hanya menghela nafas kesal.

Melihat Daniel yang terlihat kesal Sinb mendekat kepada namja itu dan meraih tangannya. "Salah jika kau cemburu kepadanya. Dia seperti saudaraku." Sinb berusaha meyakinkan kekasihnya ini dan tatapan Daniel melunak.

"Tapi ia menyukaimu." Duga Daniel dan Sinb sedikit kaget.

"Bagaimana kau tau?" Tanya Sinb heran, ia juga tak ingin menutupi apapun dari Daniel.

"Karena kita sama-sama namja dan mulai dari sekarang jangan terlalu dekat dengannya." Perintah Daniel dan Sinb menganggukkan kepalanya.

"Tentu saja! Sekarang aku sudah memiliki dirimu." Sinb mengembangkan senyum tulusnya kepada Daniel.

"Baiklah! Aku akan mempercayaimu sekarang dan aku harap kau akan lebih terbuka lagi kepadaku." Sinb terdiam. Ya! Ia merasa memang belum terbuka sama sekali kepada Daniel. Ia masih memendam rapat-rapat masalahnya.

"Tentu-aku akan mengatakannya jika sudah tepat waktunya." Katanya lagi dan mereka pun akhirnya berjalan bergandengan tangan lagi.

--***--

Yerin terlihat duduk santai disebuh cafe dengan menyeruput sebuah secangkir latte sampai seseorang memasuki pintu cafe dan duduk dihadapannya.

"Katakan dengan cepat apa maumu?" Kata namja itu malas tapi itu tak cukup membuat Yerin menyadarinya. Yerin segera meraih tangan namja itu dan memegangnya erat.

"Ong, aku merindukamu." Ungkapnya dan Ong segera menepis tangan Yerin.

"Hanya itu yang ingin kau katakan? Kalau begitu aku akan pergi." Pamitnya yang berdiri.

"Tunggu, aku memiliki sesuatu yang perlu kau dengar. Ini tentang Sinb." Ungkap Yerin yang seketika membuat Ong terdiam sesaat.

"Tak bisakah kau melepaskannya?" Tiba-tiba Ong memohon membuat Yerin tersenyum, ia berhasil melemparkan perangkapnya pada Ong.

"Aku tidak melakukan apapun hanya sedikit tau tentang kebohongannya." Sangkal Yerin sambil memakan cake dihadapannya. Ong duduk lagi tanpa disuruh membuat Yerin semakin senang.

"Kebohongan tentang apa?" Desak Ong.

"Emmm...Tapi kau harus janji, setelah aku mengatakannya. Kau mau menemaniku kapan pun aku memanggilmu." Yerin berusaha membuat kesepakatan dengan Ong yang seketika membua Ong menghela nafas jengah.

"Baiklah!" Katanya mantap, ia cukup mengenal Yerin. Gadis ini meskipun licik, ia tidak pernah membual tentang ucapannya.

"Bagus, sebenarnya Sinb dan kapten tim basket itu tidak benar-benar berkencan. Itu hanya rencana oppanya saja agar kalian tidak saling bersiteru." Mata Ong seketika membulat dengan mulut menganganya. Ia terkejut dengan ucapan Yerin, bagaimana pun ia memang merasa memang sedikit aneh tentang hubungan Sinb dan Daniel. Jadi, dugaannya benar?

"Kau tak berbohong kan?" Yerin menggeleng santai.

"Aku tidak bisa memberitahumu dari mana aku mendapatkan berita ini, tapi aku bisa menjaminnya." Kata Yerin dengan yakin.

"Bagaimana Minhyun melakukan ini?" Ong geram. "Aku akan pergi!" Ong mulai bangkit.

"Ingat janjimu!" Yerin mengingatkan Ong dan namja itu mengangguk mengerti.

Yerin tersenyum sinis sambil menatap punggung Ong ketika melewati pintu cafe.

"Jika aku tidak bisa mendapatkan hatimu, tidak masalah. Tapi aku lebih tidak rela jika Sinb bahagia, aku akan membiarkanmu merebutkannya tanpa kau tau bahwa mereka sekarang bersama. Hahaha Jung Yerin, skenariomu sungguh hebat dan melodrama ini akan segera dimulai." Guman Yerin dengan senyum liciknya.

-Tbc-

Annyeong...Ada yang menunggu FF ini?? 😂

Jangan lupa ya VOTE!
KOMEN HARUS!

Biar aku punya semangat buat ngelanjutin FF ini 😂😂😂

Sekian terima OngNiel buat nemenin malming haha 😅😅😅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top