Chapter 5
Bel tanda berakhirnya pelajaran telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sinb masih berbaring di tempat tidur UKS. Semenjak tadi ia hanya menatap kosong langit-langit UKS. Baginya berbaring dengan posisi seperti apapun tidak akan membuatnya nyaman saat ini. Pikirannya kalut di penuhi dengan pecahan-pecahan ingatan yang membuat dadanya bertambah sesak. Ingin menangis? Tanpa perlu di minta, kristal bening itu terus meluncur dari mata indahnya. Ia tidak mampu menghentikannya. Sudah kesekian kalinya ia menjadi seorang yang terperdaya dengan keadaan sehingga ia begitu membenci dirinya sendiri.
Sinb pov
Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang? Diam dan terbaring disini tak akan menyelesaikan apapun bukan? Tetapi apa yang harus ku selesaikan? Semuanya sudah berantakan beberapa tahun yang lalu. Aku sangat ingin berteriak dan mengatakan semuanya kepada eomma, tapi untuk apa? Ia sudah memilih untuk mempercayai Yerin dari pada diriku.
"Sinb, gwanchana?" Oh Umji, aku berusaha menghapus air mata yang memenuhi pipiku. Umji tidak boleh melihat semua ini!
"Aku baik-baik saja." Jawabku dan aku dengar helaan nafas panjang darinya. Aku berusaha menghilangkan semua kesedihanku dan berusaha tersenyum kepadanya.
"Kau tahu dari siapa aku berada disini?" Tanyaku
"Dari Ong oppa. Dia yang memberitahuku. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kau ikut campur urusan para namja itu? Sekuat apapun dirimu, kau tetaplah seorang yeoja." Hm, ia benar-benar menceramahiku kali ini.
"Umji-ya..." Panggilku dan ia sepenuhnya menatapku.
"Ku pikir Woojin memang yang terbaik untukmu". Kataku, sebenarnya aku sudah lama ingin mengatakan ini, tapi aku masih berfikir kalau Umji masih mengharapkan Jihoon. Aku masih menunggu reaksinya yang tiba-tiba terdiam ketika aku mengatakan itu.
"Wae? Kenapa kau mengatakan ini?" Tanyanya
"Karena dia benar-benar namja yang baik." Jawabku dan ia mendesah.
"Aku tahu, karena dia begitu baik dan aku merasa tak pantas untuknya." Lirihnya
"Kita tidak bisa menilai apakah kita pantas atau tidak untuk seseorang, yang terpenting dari itu adalah ketulusan dan kesungguhanmu untuk memulai awal yang baru." Terangku dan pembicaraan kami terhenti oleh kedatangan seseorang. Ong dan Woojin tiba-tiba datang menghampiri kami.
"Apa kau sudah lebih baik? Apa kau mau ku antar?". Tanya Ong yang terlihat sangat mengkhawatirkan ku dan Woojin yang biasanya banyak bicara hanya diam. Aish, ia tetap tak bisa menghilangkan kegugupannya didepan Umji. Aku benar-benar ingin tertawa melihat tingkahnya saat ini. Kalau dia terus seperti ini? Bagaimana caranya tadi memberitahu Umji kalau aku berada di UKS? Ku mohon Woojin, ini bukan waktu yang tepat untuk ku tersenyum tetapi kau cukup menghibur.
"Sinb..." Aku mengalihkan pandangan ku pada sosok Ong yang menatap ku khawatir sekaligus kesal karena ku abaikan.
"Aku baik-baik saja." Jawab ku dan ia menghela nafas.
"Apa kau akan pulang sekarang?" Tanya ku lagi kepada Ong dan ia menggeleng.
"Aku ada pertemuan dengan Jaehwan, apa kau ingin ku antar pulang?" Tawar Ong dan aku menggeleng cepat.
"Karena kau sangat sibuk, bagaimana kalau Woojin mengantar Umji pulang? Aku akan pulang dengan Daniel sebentar lagi dia akan datang". Terangku yang sebenarnya aku berbohong? Aku tidak tahu dia akan benar-benar datang kemari atau tidak? Kalau pun pada akhirnya aku harus pulang sendiri. Ku rasa itu yang terbaik karena aku butuh menyendiri.
"Kajja...". Ajak Woojin sambil memegang tangan Umji tanpa melihatnya. Yak! Namja ini benar-benar terlihat gugup. Aku benar-benar ingin tertawa dibuatnya.
"Kenapa kau tertawa?" Tanya Ong yang sama sekali tak peka itu. Aku tau sekarang, kenapa ia terus sendiri? Namja ini benar-benar tidak mengerti apapun kecuali bola? Ku pikir dia akan menikahi bolanya. Aku bersyukur Minhyun oppa masih memiliki rasa suka kepada lawan jenis.
Pandangan kami teralih pada sosok bertubuh jangkung yang kini berdiri dihadapan kami. Kang Daniel! Ia benar-benar datang? Apa dia tidak marah? Aku melihatnya menghela nafas dan terus menatap ku. Sesuatu yang baru ku temui darinya, tatapannya itu seolah-olah membuatku tak mampu untuk berpaling sedikitpun. Ya Tuhan! Apa lagi yang akan terjadi? Tidak bisakah ini berakhir sampai disini? Aku benar-benar ingin beristirahat sekarang!
"Dia sudah datang!" Pekik Umji seolah-olah melihat seseorang yang kita tunggu kedatangannya. Apa aku benar-benar menunggu namja ini? Ani, aku benar-benar tidak punya fikiran untuk menunggunya, tidak sama sekali! Umji yang masih berada di ambang pintu bersam Woojin, menoleh kepadaku dan aku pun tersenyum.
"Ka, cepat antar dia pulang. Ia harus sampai dirumah tepat waktu." Usir Ong sambil memandang Woojin seolah namja itu harus berhati-hati dalam menjaga Dongsaengnya. Woojin pun mengangguk dan dengan ragu-ragu menggandeng tangan Umji untuk segera pergi dari ruang UKS ini.
"Dan kau juga harus pergi!" Usir ku pada Ong dan ia memandangku dengan ekspresi memelasnya. Sepertinya ia masih ingin menemaniku tapi kalau ada merek berdua? Kepala ku akan semakin pusing, oleh karena itu aku harus mengusir salah satunya dan kandidat terkuatnya adalah Ong.
"Ka!" Perintah ku singkat. Ia mendengus dan aku masih menunjukkan sikap dinginku.
"Apa kau tidak mendengarnya? Biarkan aku yang menjaganya." Mwo? Apa ini? Kenapa ia tiba-tiba berbicara seperti itu hah? Aku dapat melihat tatapan Ong menajam, kemudian menghela nafas dan menatap ku lagi.
"Jika kau membutuhkan sesuatu, bilang saja padaku." Katanya yang kini pergi.
Kini hanya tinggal aku dan Daniel. Tatapan tajam, mengintimidasi yang ia berikan beberapa detik lalu kepada Ong, berubah terlihat ragu dengan tetap berdiri ditempat tanpa mendekat kepadaku.
"Apa kau ingin mengantarku pulang? Atau hanya akan berdiri disitu?" Tanyaku
"Aku akan mengantarmu pulang." Jawabnya singkat dan datar. Rupanya dia masih marah kepadaku tetapi kenapa dia mau mengantarkanku pulang?
"Wae? Apa Minhyun oppa yang menyuruhmu?" Ku pikir ia melakukan ini karena perintah dari Minhyun oppa.
"Itu adalah salah satu alasan ku, alasan lain adalah karena kita sepasang kekasih meskipun ini hanya sandiwara."Sial! Ia begitu jujur mengatakan alasannya. Ya, bukankah semua alasan itu memang benar? Lalu kenapa aku harus merasa marah? Dia sudah sejauh ini melakukan tugasnya. Seharusnya aku juga harus bersikap professional bukan? Kejadian tadi mungkin saja kami hanya terbawa emosi. Tidak lebih dari suasana yang membuat kami menjadi seperti itu. Baiklah, ku harus melupakannya.
"Baiklah, bantu aku berdiri." Dengan cepat ia melangkah dan membantuku berjalan. Tepatnya memopongku.
Kami berjalan dengan berlahan lewat koridor sekolah. Semenjak tadi ia tak memberikan komentar apapun terhadap ku dan itu cukup membuatku waspada. Aku lebih suka ia mengeluarkan kritikannya dibandingkan dia diam seperti ini? Aku lebih suka ia bersikap dingin dari pada menjadi seseorang yang terasa asing seperti ini. Kami telah sampai di parkiran mobil dan ia terus membantuku untuk memasuki mobilnya, memasangkan sabuk pengaman dan semua itu ia lakukan dengan hati-hati. Bukan seperti Kang Daniel yang ku kenal, aku benar-benar merasa pusing dengan sikap anehnya sekarang!
Ketika mobil melaju pun, ia tak mengatakan apapun dan hanya terfokus pada jalanan.
"Apa kau marah kepadaku?" Tanyaku yang sudah tidak tahan dengan sikapnya ini. Ia hanya menoleh kemudian kembali fokus menyetir.
"Kang Daniel!". Panggilku
Chiit...
Tiba-tiba ia menghentikan mobilnya membuatku terkejut.
"Apa aku berhak marah kepadamu? Siapa diriku bisa melakukan itu kepadamu? Bukankah kau mengatakan jangan ikut campur urusanmu? Bahkan dengan semua hal yang terjadi, aku benar-benar tidak bisa marah kepadamu!" Katanya sambil menggebrak setir mobilnya membuatku benar-benar terkejut. Ottokae? Apa yang harus ku lakukan sekarang? Katakan apa? Dia benar-benar marah untuk alasan yang tak pernah ku mengerti?
Aku tidak tahu? Ide dari mana itu? Tiba-tiba saja aku berusaha untuk menyentuh tangannya dan ia menatap ku penuh Tanya?
"Wae? Siapa dirimu? Kenapa kau membuatku seperti ini?" Ucapnya membuatku mengernyitkan alis tebalku. Entahlah apa yang harus ku katakan kepadanya? Pertanyaannya benar-benar tak dapat ku cerna.
"Apa yang kau katakan?". Tanyaku yang mulai merasa kalau dia benar-benar marah kali ini.
"Lupakan!" Katanya yang tak ingin aku tau apa yang membuatnya marah. Tapi aku masih penasaran dan pikiran ku jatuh pada saat aku mengatakan kepada Ong tentang Yerin. Apa karena itu?
"Apa yang ingin kau tau tentang diriku?" Tanyaku dan ia membalasnya dengan senyum kecut.
"Aku tidak ingin ikut campur terlalu jauh tentang masalahmu, tetapi Minhyun hyung menyuruhku untuk melindungimu dari siapapun yang mengganggumu."
Deg
Minhyun oppa? Ia bersikap biasa saja ketika bersamaku dan selalu saja berusaha memicu amarah ku. Tetapi kenapa? Aku tak mengerti sama sekali jalan fikirannya? Sebenarnya, seberapa jauh ia mengetahui masalah ini?
Seketika aku merasa malu dan sedih. Seharusnya tidak boleh ada yang tau tentang hal menyedihkan ini. Siapapun itu!
"Wae?" Kini Daniel menatapku dan tangannya bergerak hendak mengusap air mataku tetapi aku menahannya. Aku tahu dia tak berniat buruk tetapi aku tidak mau mendapatkan belas kasihan dalam bentuk apapun darinya saat ini. Tidak darinya atau siapapun!
"Aku akan pulang sendiri!" Kataku yang kini meraih pintu mobil miliknya tetapi tanpa ku duga ia menguncinya.
"Sampai kapan kau akan melarikan diri?" Aku memandanginya dan merasa kesal dengan ucapannya. Apa yang kau tau tentang diriku? Kau tak tau apapun! Tapi apa yang dia katakan tidak sepenuhnya salah karena selama ini aku hanya melarikan diri!
"Aku tidak memiliki tenaga apapun untuk berperang sekarang." Kenapa aku harus berterus terang kepada namja ini? Dan aku benar-benar mendengarkan desahannya. Kami masih berada di tepi jalan dan hujan datang membuat suasananya menjadi begitu buruk.
"Apa yang terjadi?". Kenapa ia teru berubah-ubah? Haruskah ku katakan? Seberapa dekatkan kami, sampai aku harus mengatakan kepadanya? Aku memandanginya dengan ragu.
"Kau tidak mau mengatakannya kepada Minhyun hyung atau paman Hwang? Kau juga tidak berusaha untuk menyelesaikannya? Apa yang kau mau sebenarnya?" Aku tidak tahu? Apa yang ku inginkan? Aku tak sanggup untuk mengatakannya. Mengatakannya sama dengan membuka luka lama yang begitu menyakitkan.
"Baiklah, aku akan menunggu sampai kau siap untuk mengatakannya kepadaku." Katanya dan aku masih diam. Kemudian ia mulai menyalahkan mesim mobilnya dan melaju dengan kecepatan rata-rata.
Sinb pov end
Minhyun sedang berlatih bersama timnya di TIMNAS Junior. Berbeda dengan tugasnya saat disekolah yaitu menjadi seorang kapten dan gelandang serang, Minhyum sekarang berperan sebagai striker (penyerang) yang bertugas mencetak gol ke gawang lawan. Sangat tidak mudah mempercayakan posisi ini untuk seseorang yang baru masuk dalam Tim tetapi Minhyun dapat membuktikan skillnya disini. Karena begitu ulet sehingga tak jarang ia membantu sisi tengah untuk membantu rekan-rekannya mengobrak-abrik pertahanan lawan. Ia begitu menikmati perannya dan kebersamaannya bersama rekan-rekannya. Lebih dari 3 jam mereka berlatih dan kini saatnya peluit dibunyikan yang menandakan bahwa waktu istirahat telah tiba. Minhyun duduk ditepian lapangan sambil meneguk sebotol minuman dingin. Seseorang pria paruh baya menghampirinya.
"Kau sudah berusaha dengan baik." Pujinya dan Minhyun menyambutnya dengan senyum.
"Khamsamida, pelatih Nam." Balas Minhyun.
"Bagaimana kabar aboji mu?" Tanya Pel. Nam
"Baik."Jawab Minhyun.
"Kau tahu, ia lebih hebat dariku tetapi sayang dia menyia-nyiakan semuanya." Tuturnya dan Minhyun mendesah.
"Dia mengorbankan semua ambisinya hanya untuk kembali bersama eommamu dan juga dongsaengmu. Aku tahu itu baik, tapi pada kenyataannya takdir tak bisa terjadi seperti apa yang kita inginkan? Ku dengar dongsaengmu juga tinggal bersama kalian?" Tanya pria itu. Minhyun mengangguk mengiyakan.
"Syukurlah, setidaknya bebannya sedikit terangkat." Kata pria itu dan Minhyun pun mengangguk.
"Pulanglah, sudah sore. Sampaikan salam ku untuk abojimu dan dongsaengmu." Katanya sambil menepuk bahu Minhyun. Minhyun pun berdiri dan berjalan menuju ruang ganti dan disana ia mendapati handphonenya berbunyi beberapa kali. Ia pun bergegas mengangkatnya.
"Wae?" Tanya Minhyun kepada seseorang yang meneleponnya.
"Yerin, itu siapa hyung"
Tanya seseorang diseberang dengan suara beratnya.
"Saudara tiri Sinb. Wae?" Tanya Minhyun yang terlihat penasaran.
"Kurasa mereka akan satu sekolah."
Minhyun terlihat membelalak, terkejut.
"Kau serius? Apa mereka sempat bertemu?" Minhyun mulai terlihat panik.
"Gadis itu menghampiri Sinb dan aku tidak tau apa yang mereka bicarakan. Tapi setelah itu, Sinb terlihat sedih."
Minhyun termenung sesaat kemudian ia menghela nafas.
"Niel, aku mohon kepadamu untuk selalu menjaganya. Aku benar-benar tak bisa melakukan apapun untuknya sekarang." Mohon Minhyun.
--***--
Senja itu Sinb duduk disebuah bangku anyaman, ia menatap kosong halaman yang terpampang luas. Seperti seseorang yang tidak memiliki gairah di dalam hidupnya, matanya sayu dan wajahnya pucat. Tak jauh dari sana Minhyun berdiri memperhatikan dongsaengnya ini dengan tatapan sedihnya. Ia menghela nafas sebelum pada akhirnya membuka pintu gerbang rumahnya.
"Oppa..." Panggil Sinb dengan pelan. Sepertinya yeoja ini sudah menunggu kedatangan Minhyun. Dengan langkah cepat Minhyun menghampiri Sinb dan duduk disampingnya.
"Wae?" Tanyanya sambil menatap Sinb. Gadis itu tak menatap balik Minhyun, ia terus menatap lurus kedepan.
"Apa yang kau tahu?" Pertanyaan itu membuat Minhyun mendesah. Ia bukan tidak tahu apa yang ditanyakan dongsaengnya ini? Tetapi, ia tidak suka dengan sikap Sinb yang selalu berusaha menyembunyikan semua hal darinya.
"Siapa yang memberitahumu? Apa Ong?" Kali ini Sinb menoleh dengan tatapan datarnya.
"Kenapa kau seperti ini? Apa yang membuatmu seperti ini? Apa aku tidak boleh mengetahuinya?" Minhyun menjulurkan tangannya untuk menyentuh rambut indah Sinn. Membelainya penuh kasih, kedua matanya tak pernah sedikit pun meninggalkan Sinb. Minhyun menunggu sampai gadis di hadapannya ini mau mengatakan semuanya dengan jujur.
"Oppa..." Panggil Sinb lirih. Air matanya sudah jatuh beberapa detik lalu. Sinb merasa berada di ambang batas kesabarannya. Kesabaran untuk menanggung semua masalahnya, Sinb benar-benar merasa begitu lelah.
"Apa kau mempercayaiku?" Sinb menoleh menatap Minhyun dengan wajah penuh kesedihan. Ini pertama kalinya Minhyun melihat ekspresi Sinb yang seperti ini. Minhyun benar-benar tak tega melihat adik kecilnya berubah menjadi gadis menyedihkan seperti ini.
"Tentu, kenapa tidak? Aku mempercayaimu sebanyak yang kau inginkan." Minhyun mendekap Sinn dalam pelukannya dan membiarkan gadis itu untuk menangis dalam pelukannya.
"Gomawo, Oppa". Lirih Sinb dalam isak tangisnya. Mungkin, saat ini Sinb tak mampu untuk mengatakannya, hanya butuh waktu untuk gadis ini mengatakan semuanya dan itu tidak akan lama lagi.
--***--
Pagi dirumah keluarga Hwang....
Seperti biasa Tn. Hwang menyiapkan sarapan untuk kedua anak kesayangannya. Sinb membantu mengupas beberapa buah dan memotongnya kecil-kecil. Minhyun membantu Tn. Hwang menggoreng beberapa makanan. Mereka begitu kompak dan terlihat wajah tanpa beban diantara mereka, senyum terus mereka pada bibir ketiga orang ini.
"Apa kau tidak akan pergi kesekolahmu?" Tanya Tn. Hwang kepada Minhyun
"Tentu, aku akan pergi hari ini. Aku akan mengurus beberapa surat izin." Tutur Minhyun kemudian ia melirik Sinb yang terlihat serius memotong buahnya.
"Kau mau pergi dengan ku?" Tawar Minhyun yang membuat Sinb menatapnya penuh tanya.
"Apa itu berarti aku tidak harus berangkat dengan Daniel?" Tanya Sinb dengan polos dan Minhyun mengangguk mengiyakan perkataan.
"Jadi aku terbebas dari orang itu!" Pekik Sinb yang membuat kedua pria itu terkejut. Mereka berdua tidak pernah melihat Sinb sebahagia itu. Biasanya ia akan mengeluarkan jeritannya atau lebih buruk umpatan yang sering keluar dari bibir mungil itu. Minhyun melotot kepadanya, karena Sinb melupakan satu hal. Bahwa masih ada Tn. Hwang disana! Yang Tn. Hwang tahu, Daniel adalah kekasih Sinb dan seharusnya Sinb akan merasa senang jika terus bersama Daniel kan?
"Apa kalian sedang bertengkar?" Pertanyaan pertama yang muncul dari mulut Tn. Hwang membuat kedua saudara itu menghela nafas lega karena Tn. Hwang tidak curiga dengan ketidak beresan hubungan Sinb dan Daniel.
"Aboji seperti tidak tahu saja bagaimana Sinb? Dia kan selalu berubah mood dan aku sangat merasa kasihan pada Daniel." Kata Minhyun sambil menggelengkan kepalanya. Sinb sudah memandang oppanya ini dengan tatapan menusuk, ia seolah mengatakan 'APA KAU INGIN MATI!!! Pria itu hanya menanggapinya dengan senyuman dan mengangkat kedua bahunya, seolah mengejek Sinb.
Dia sudah kembali kepada sikap menyebalkannya. SIALAN!! Batin Sinb.
--***--
Daniel berada di tengah lapangan sedangan mendrible bola sampai pada mide line kemudian ia melakukan shoot dan masuk. Berulang kali namja ini melakukannya. Ia tidak peduli dengan peluh yang terus bercucuran dari pelipisnya. Tatapannya begitu tajam, muka itu terlihat lebih gelap dari biasanya. Jika terus seperti ini? Namja ini akan benar-benar terkapar kelelahan. Kebanyakan dari teman-temannya memandang khawatir tetapi mereka tidak bisa melakukan apapun saat ini. Berbeda dengan pandangan para gadis yang berteriak di tepi lapangan. Mereka seolah-olah mengeluarkan semua matra sanjungan untuk pria ini. Jihoon dan Jinyoung saling berpandangan merasa bingung dengan sikap Daniel kali ini?
"Apa yang terjadi padanya? Ini tidak bisa di biarkan, dia akan benar-benar terkapar." Gumam Jinyoung yang merasa khawatir dengan kapten timnya ini.
"Apa menurutmu, ia marah pada kita?" Tanya Jihoon yang merasa bersalah karena ulahnya kemarin yang sudah membuat Sinb harus di rawat di UKS.
"Wae? Kenapa dia harus marah kepada kita? Aku merasa tak memiliki masalah apapun dengannya?" Tanya Jinyoung yang merasa tak bersalah dan seketika Jihoon menggigit bibir bawahnya merasa khawatir.
"Apa dia masih marah padaku? Aish, ku pikir semua sudah selesai setelah ia meminta ku untuk mencari informasi tentang seseorang." Celoteh Jihoon yang mulai terlihat kesal. Jinyoung melebarkan matanya dan mengirutkan keningnya saat mendengarkan penuturan Jihoon.
"Jangan katakan kau berbuat ulah lagi?" Jihoon terdiam membenarkan seolah membenarkan dugaan Jinyoung, seketika itu pula Jinyoung melotot kearahnya. "YAK! Kau ini bagaimana? Kau sangat tahu seperti apa Daniel hyung kan? Dia tidak akan mudah untuk kembali seperti biasanya dan sebentar lagi kita ada Turnamen. Kalau ini terjadi sepanjang hari? Aku yakin, kita tidak akan masuk semi final dan kau tahu? Perjuangan keras kita melakukan Drills selama ini akan sia-sia. Kau tahu bagaimana membosankannya Drills itu? Aku benar-benar merasa akan GILA mengingat itu!" Jinyoung mengacak-ngacak rambutnya frustasi, ia benar-benar tidak mengharapkan semua ini terjadi. Basket adalah kebanggannya dan itu sudah tertanam semenjak dulu di dalam dirinya. Basket merupakan urat nadinya, ia benar-benar tak dapat hidup tanpa basket. Ia selalu benci ketika seseorang meremehkan basket dan semua orang-orang yang didalamnya. Banyak yang mengatakan Basket adalah ajang tempat bergaya para namja untuk mempesona seorang yeoja. Jinyoung akan menentang keras opini itu! Ia tidak akan segan memukul siapapun yang meremehkan permainan Basket.
Dengan rasa frustasinya ia mendekat kepada Jihoon dan meraih kerah baju namja itu. "KAU! Kau harus bertanggung jawab untuk ini!" Katanya dengan kesal. Jihoon membisu dan menghela nafas, ia tahu kalau semua ini salahnya.
Daniel yang semenjak tadi sibuk dengan permainan dan dirinya, menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi diantara rekan timnya itu. Ia melangkah mendekati kedua orang yang terlihat bersitegang itu. Sudah ada beberapa orang yang berusaha melepaskan cengkraman tangan Jinyoung dari kerah baju Jihoon.
"WAE?" Tanya Daniel dengan ekspresi datarnya. Pandangannya terlihat gelap, rahangnya mengeras menampakkan kemarahannya.
"Hyung..." Mereka semua menghentikan aktivitasnya dan menunduk tak mampu melihat tatap Daniel yang seolah-olah ingin menguliti mereka semua.
"Aku tidak ingin melihat ini lagi!".
BUG
Daniel melemparkan bola basket itu dengan keras. Membuat timnya terkejut, tidak hanya itu para gadis yang semenjak tadi meneriakinya di pinggir lapangan terdiam menatap Daniel penuh tanya.
Daniel pov
SIALAN!!! Kenapa semua orang terasa menyebalkan sampai aku ingin memukul wajah mereka! Ini semua karena Hwang Sinb, kenapa ia tidak mau menceritakannya kepada ku? Kenapa hanya Ong yang tau? Bahkan ia juga tidak memberitahu Minhyun hyung.
Aku terus berjalan di koridor sekolah, entah kemana aku harus pergi? Mood ku benar-benar buruk hari ini. Seharusnya tadi pagi aku berangkat dengan Sinb tetapi entah kenapa Minhyun hyung menghubungiku dan mengatakan bahwa Sinb akan berangkat bersamanya. Apa dia berusaha menghindariku? Kenapa? Apa salah ku? Kenapa aku merasa bahwa aku dipermainkan oleh mereka! Kenapa? SIAL!
Dengan tetap memakai seragam basket, aku melangkah menuju kantin. Tiba-tiba saja aku merasa tenggorokan ku kering akibat aku terlalu memforsir tenaga ku saat latihan tadi. Aku merasa risih ketika setiap siswa melihat ku sampai seperti itu. Apa ada yang aneh dengan diriku? Kang Daniel, bersabar! Bukankah ini sudah sering kali terjadi? Jadi bertahanlah!
Aku melangkah pada lemari pendingin didepan ku dan memasukkan beberapa koin untuk membeli dua buah minuman kaleng dingin. Aku merasa seseorang berdiri di samping ku, aku menoleh kearahnya dan sekarang apa lagi?
"Oppa, ini untukmu." Seorang yeoja berdiri di hadapan ku. Menyodorkan sebuah kotak berukuran kecil dan di hiasi pita warna pink di atasnya. Ayolah, jangan membuat ku ingin tertawa, aku sedang tidak ingin tertawa! Melihat bentuknya saja aku sudah tidak tertarik. Apa lagi isinya? Ku mohon jangan membuat ku bertambah marah!
"Terimalah..." ia berusaha menunjukkan egyonya kepada ku. Aku benar-benar muak dengan gadis ini. Tak bisakah mereka berhenti mengganggu ku? Baiklah, aku akan bersabar dan menerimanya, setelah itu aku akan pergi!
"Yak! Apa yang berusaha kau berikan kepadanya! Apa kau tidak tahu siapa dia eoh?". Oh itu adalah Umji teman Sinb bukan? Syukurlah, meskipun aku tidak suka semua orang memandang kita karena pekikannya yang hampir menyerupai teriakan. Setidaknya ini lebih baik karena aku tidak harus mengeluarkan tenaga ku sedikit pun.
"Ia sudah memiliki kekasih! Apa kau tidak tahu itu?" Umji mengambil kotak itu dan memberikannya kepada gadis itu. Dengan tatapan sinisnya gadis itu pergi. Kini gadis dengan berpipi chubby ini memandangiku seksama.
"Kalau Sinb sampai tahu? Aku tidak bisa menjamin apa yang akan dia lakukan kepadamu?" Aku mengangkat satu alis ku merasa tak mengerti dengan ucapan gadis ini.
"Wae?" Tanyaku yang tak mengerti.
"Kau, berhentilah menebarkan pesona pada setiap gadis disini!" SIAL! Ku pikir dia lebih baik dari kebanyakan yeoja disini? Nyatanya dia sama saja!
"Umji-ssi, kau harus berhati-hati dengan ucapanmu!" Aku menatapnya tajam dan pergi meninggalkannya begitu saja. Aku tidak peduli dengan reaksinya.
Daniel pov end
Umji berjalan sambil beberapa kali menepuk-nepuk kedua pipinya menuju kelas. Kemudian yeoja itu duduk sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sinb yang semenjak tadi tidak keluar kelas dan memilih untuk memperhatikan dari jendela kelas rekan-rekan timnya yang berlatih sepak bola. Sinb hanya merasa malas bertemu siapapun terutama Yerin. Ia menatap Umji dengan heran, tidak biasanya gadis itu bersikap aneh seperti itu.
"Ada apa denganmu?" Umji terlonjak kaget, ia sibuk dengan pemikirannya sendiri sampai tidak menyadari kehadiran Sinb yang kini duduk disebelahnya.
"Yak! Kau mengagetkanku saja!" Umji mengelus dadanya.
"Wae? Aku merasa ada yang aneh denganmu?" Selidik Sinb sambil memegangi muka Umji dan menolehkannya kekanan dan kekiri.
"Yak! Sakit!" Keluh Umji membuat Sinb terkekeh.
"Apa yang mengganggumu nona Umji?" Tanya Sinb sambil menopang dagunya bersiap mendengarkan cerita dari Umji. Umji menatap Sinb dengan ragu.
"Emm..." Umji berhenti dan Sinb mengisyaratkan agar gadis itu untuk mengatakannya.
"Tadi aku bertemu Daniel..." Katanya membuat seketika tubuh Sinb menengang tetapi ia berusaha untuk menyembunyikannya dari Umji.
"Lalu...?" Sinb bertanya tanpa minat tetapi sejujurnya ia sangat ingin tahu bagaimana kabar namja itu? Ada perasaan bersalah pada dirinya karena membuat Daniel marah kepadanya tetapi ia juga belum benar-benar siap bertemu dengan namja itu. Ia takut Daniel menangih atas pertanyaan kemarin karena Sinb belum siap untuk mengatakannya kepada siapapun!
"Dia memakai seragam basket. Kau tahu?" Umji mulai terlihat bersemangat bercerita dan Sinb mulai bersiap-siap mendengarkan cerita Umji.
"Dengan keringat mengucur di pelipis dan tubuhnya, dia terlihat begitu seksi" Sinb mendesah mendengarkan omong kosong Umji.
"Kau tidak sedang mengidolakannya kan?". Cibir Sinb yang entah kenapa merasa panas ketika gadis lain berusaha menyanjung kekasih palsunya ini.
"Ani, aku hanya melihat seseorang yeoja mendekatinya ketika ia membeli beberapa minuman dingin. Yeoja itu memberikan sebuah hadiah, untung saja aku segera mencegahnya. Kalau tidak Daniel mungkin sudah menerima kotak itu. Aku benar-benar tidak mengerti kenapa para yeoja itu tidak berhenti mengganggu Daniel meskipun semua orang tahu kau adalah kekasihnya? Dan kenapa Daniel harus menerimanya?" Umji menggeleng-gelengkan kepalanya lagi.
"Oh begitu, aku sudah biasa menghadapi hal yang seperti ini dan mungkin juga Daniel hanya berusaha menghargai pemberiannya." Reaksi sepontan Sinb yang membuat Umji melotot dengan ekspresi ketidak mengertiannya.
"Kau tidak cemburu? Apa kau tidak curiga dengannya?" Sinb tertegun, ia lupa kalau dirinya adalah kekasih Daniel sekarang. Haruskan ia berpura-pura cemburu? Tapi ia sangat mengenal Daniel. Namja itu tidak suka berisik dan tidak suka berhubungan dengan gadis yang selalu menciptakan keberisikan itu sendiri.
"Ani, aku mempercayainya." Kata Sinb dengan senyum canggungnya dan Umji meskipun terlihat sulit untuk mencernanya tetapi ia berusaha memahami perkataan Sinb. Kemudian ia menghela nafas sambil mengigit bibir bawahnya.
"Tetapi, ia terlihat marah saat aku berusaha menegurnya. Ahhh ottokae???" Umji memegang tangan Sinb sambil terteriak panik, Umji mulai ingat dengan apa yang membuatnya ketakutan. Sinb menatap Umji bingung.
Apa yang membuat yeoja ini bertingkah aneh seperti ini? Batin Sinb.
"Wae? Apa yang terjadi?". Paksa Sinb agar Umji melanjutkan ceritanya.
"Aku menyuruhnya untuk tak menebarkan pesona pada gadis-gadis dan ap-apa yang ia katakan kepadaku?" Umji sudah akan menangis ketika Sinb memperingatkannya untuk tak menangis.
"Katakanlah?" Pinta Sinb membuat Umji harus mengambil nafas beberapa kali untuk menetralkan emosinya yang meledak.
"Ia menatap ku tajam. Seolah ia ingin menusuk ku dan mengatakan bahwa aku harus berhati-hati dengan perkataan ku." Umji pun memeluk Sinb.
"Aku takut. Apa dia benar-benar marah padaku?" Tanya Umji.
"Tidak, ia tidak marah padamu." Kata Sinb sambil menatap kosong papan tulis. Sinb tau apa yang menyebabkan Daniel seperti itu? Itu pasti karena dirinya? Haruskan Sinb menemuinya? Tiba-tiba saja Sinb mengkhawatirkan pria itu.
--***--
Sinb kini berada didepan ruang ganti tim basket. Ia menimbang-nimbang ingin masuk atau tidak? Membuatnya sampai disini saja merupakan sebuah perjuangan baginya, karena ia harus membuang rasa malunya dan melesat kemari. Jinyoung yang berdiri tak jauh darinya menatap heran Sinb yang terlihat kebingungan. Pada akhirnya Jinyoung memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Jinyoung dengan senyum ramahnya.
"Aku...Aku..." Sinb merasa gugup seketika. Jinyoung tiba-tiba merasa geli dengan tingkah laku yeoja ini.
"Kau mencari Daniel hyung kan?" Tanya Jinyoung. Berusaha mempermudah Sinb, karena ia melihat Sinb kesusahan untuk mengeluarkan perkataannya dan mukanya semerah itu membuat Jinyoung mengerti bahwa yeoja itu sedang gugup. Sinb pun mengangguk.
"Tunggu disini. Aku akan memanggilnya." Katanya hendak masuk kedalam tetapi dia berbalik lagi. "Jangan masuk ya. Kau tahu apa fungsi ruangan ini kan?" Katanya dengan senyum manis yang sukses membuat muka Sinb bertambah merah. Pada akhirnya Jinyoung tidak tahan juga ingin menggoda gadis ini. Jinyoung masuk kedalam ruang ganti dengan tawa yang meledak.
"Hahahahaha..." Seisi ruangan itu menatap heran Jinyoung terutama Daniel dan Jihoon yang duduk disebuah bangku.
"Kau kenapa?" Tanya Jihoon.
"Itu, disana..." Jinyoung masih meneruskan aksinya tertawa.
"Apa?" Tanya Jihoon yang tak sabaran. Sementara Daniel masih menyandarkan tubuhnya pada dinding dan memperhatikan Jinyoung dengan ekspresi datarnya.
"Kekasihmu hyung, ia menunggumu di luar." Ungkap Jinyoung membuat Daniel terkejut. Dengan segera Daniel bangkit dan melesat keluar, Jinyoung di buat melongo menatapnya sementara Jihoon hanya tersenyum.
"Kau lihat itu? Aku tidak melihat semangatnya semenjak tadi?". Tanya Jinyoung kepada Jihoon. Jihoon pun hanya terkekeh mendengar pertanyaan berantakan dari Jinyoung. Jinyoung melihat Daniel bersemangat ketika itu menyangkut tentang Sinb.
--***--
Daniel menangkap bayangan Sinb yang berada di balik pintu ruang ganti. Ia berhenti sesaat berusaha mengambil nafas dalam-dalam sebelum pada akhirnya memilih untuk menghampiri gadis itu. Sinb yang semenjak tadi terlihat melamun tiba-tiba terkejut dengan kehadiran Daniel.
"Wae?" Pertanyaan datar dan dingin dari seorang Kang Daniel membuat Sinb seketika takut untuk bertindak apapun. Bahkan itu hanya mengungkapkan sebuah kata. Benar kata Umji, Daniel terlihat menakutkan kali ini.
Tubuh Sinb menegang dan kegugupan itu tiba-tiba menerpanya. Ia tak mampu menatap tubuh namja jangkung dihadapannya ini. Pada akhirnya Sinb memikih untuk menunduk. Ia terus meurutuki dirinya sendiri, menyesali keputusannya untuk datang menemui Daniel. Seharusnya, ia tak perlu harus berlebihan seperti ini kan? Daniel terlihat baik-baik saja tetapi pada kenyataannya gadis itu tetap mengkhawatirkannya.
"hmm..." Daniel bergumam membuat Sinb bertambah gelisah. Terdengar dari nada suara itu, Daniel menunggu dengan tidak sabar. Apa yang akan gadis ini ucapkan? Sinb berusaha sekuat tenaga untuk menatap pria jangkung yang ada dihadapannya ini. Ketika Sinb berhasil bertemu pandang dengan Daniel, tatapan tajamnya menusuk. Rahangnya mengeras dan dengan wajah seriusnya itu? Semua orang pasti akan terkagum karena ketampanan namja ini. Sinb terpesona seketika dan fikirannya tiba-tiba merasa kacau. Perasaan senang bertemu dengan Daniel dan juga ketakutan akan pertanyaan namja ini, menumpuk, memenuhi isi kepala Sinb.
"Ah...Lupakan..." Sinb benar-benar merasa tidak sanggup untuk menghadapi pria ini. Pada akhirnya ia memilih untuk bersikap bodoh dengan melarikan diri. Sebelum itu benar-benar terjadi Daniel meraih tangannya dan menahannya.
"Aku sudah memberimu kesempatan! Tidak ada untuk kedua kalinya!" Ungkap Daniel penuh penekanan sambil dengan menatap Sinb serius. Gadis itu menggigit bibir bawahnya merasa takut dan khawatir.
"Aku..." Sinb menghela nafas, berusaha untuk menghilangkan kegugupannya. "Aku hanya ingin meminta maaf". Kata Sinb pada akhirnya, kemudian ini menghela nafas lega. Ia sudah berhasil mengatakan apa yang ingin ia katakan. Daniel tak bereaksi apapun dengan perkataan Sinb, namja itu hanya diam seolah menunggu sesuatu yang lebih besar dari ini.
"Lalu?" Pertanyaan singkat tetapi jawabannya cukup rumit untuk Sinb katakan. Sinb membeku lagi, kemudian ia menghela nafas. Ingin rasanya ia menangis sekarang. Ia benci di paksa oleh siapapun dan itu akan mengingatkannya pada kenangan menyakitkan itu lagi.
"Kenapa kau sangat ingin tahu?" Sinb menatap nanar Daniel. Beberapa detik lagi air matanya benar-benar akan turun. Sinb lelah untuk menangis, apa lagi dihadapan namja ini. Sinb berusaha untuk tidak terlihat menyedihkan didepan siapapun.
"Karena aku peduli kepadamu".
Deg
Daniel, tidak pernah sedikit pun merencanakan akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Tetapi pada kenyataannya semua itu keluar begitu saja tanpa mampu ia kontrol. Gadis ini membuatnya terlihat seperti orang lain dalam beberapa hari ini. Daniel merasa seperti tak dapat mengendalikan dirinya sendiri! Sinb masih menatapnya penuh tanya?
"Wae?" Lirihnya
"Aku tidak tahu" Jawab Daniel terlihat begitu pasrah. Tiba-tiba air mata Sunb jatuh, ia menyadari satu hal. Namja dihadapannya ini mulai menyukainya tetapi ia benar-benar merasa tidak pantas untuk disukai siapapun. Apa lagi orang itu adalah seorang Kang Daniel? Itu sangat tidak pantas!
"Anggap aku tak pernah mendengarnya. Sebaiknya kau tak perlu khawatir. Aku akan mengatasi masalahku sendiri!" Kata Sinb yang meninggalkan Daniel begitu saja. Daniel mematung dan tak mencegah gadis itu lagi. Mungkin, ia menyadari satu hal dari apa yang barusan ia katakan kepada Sinb.
-Tbc-
Ada yg menunggu ff ini nggak? Emang remake ya jadi panjang dan terlalu males aku potong 😂😂😂
Jadi terima kesialan kalian harus baca panjang-panjang, sabar karena hanya sampai chpater 7 aja yg panjang entar aku buat pendek 😂😂😂
Ya uda VOTEnya Guys banyakin 😅😅😅
KOMEN harus!
Follow akun ku dunk 😁😁😁
Baca ff ku yg laen ya 😎😎😎
Sekian terima OngNiel 😍😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top