Chapter 21

🎶Playlist🎶
.
.

Steve Aoki feat BTS - Waste it On the Me
.
.
Hi...Aku balik dengan Ff yang mungkin telah kalian lupakan 😂😂😂
.
.
Vote x Komen selalu ku nanti 😯😯😯
.
.
Follownya juga harus ya, biar kalau kalian minta update jadi nggak sungkan 😅
.
.
T H A N K S
.
.
Happy Reading
🙏🙏🙏
.
.

Pulau Jeju

Sinb pov

Langit membiru, angin segar berhembus dan dedaunan berguguran. Menyenangkan, membuat diriku lebih baik. Memang benar kata orang, jika suasana baru nan alami akan mampu mengubah suasana hati.

Setidaknya aku bisa sedikit bernafas dari semua hal yang menyesakkan. Terutama tentang beberapa orang yang membuatku cukup tertekan.

Aku juga senang melihat eomma banyak berubah, tidak lagi mengedepankan kesempurnaan seperti dulu tapi sekarang ia seperti seorang seniman pengukir kain yang mengalir dengan alamiah.

Hahaha, kenapa aku berbicara cukup konyol seperti ini?

Kami tinggal disebuah penginapan yang bernuansa tradisional, disebuah hanok tua nan kokoh untuk beberapa hari ini, sarapan dengan menu-menu yang berbeda dari biasanya, beberapa menu dimasak dengan memakai tunggu. Sungguh seperti berada di era joseon.

"Sinb, bisakah kau membantu eomma mengetik beberapa hal?" Itu suara eomma. Semenjak bangun tadi, eomma sudah sangat sibuk.

"Tentu eomma." Kataku yang berjalan masuk.

Aku sudah melihat tangan eomma begitu sibuk menggambar beberapa desainnya dan ia segera mengambil sesuatu saat aku masuk.

"Bisakah kau mengetikkan beberapa lembar untuk eomma? Eomma memohon sekali, nanti eomma ada pertemuan di hotel." Kata eomma dan aku mengangguk.

"Oh ya, kau mau ikut atau bagaimana?" Tawar eomma dan aku menggeleng.

"Aku akan disini bersama ajumma penginapan." Kataku dan eomma pun mengangguk tak mengatakan apapun lagi.

Lebih dari 30 menit kami serius mengerjakan pekerjaan kami masing-masing. Eomma dengan desain gambarnya dan aku dengan ketikanku, serius kami sudah seperti tim saja.

"Sudah selesai ketikannya?" Tanya eomma.

"Ne eomma." Jawabku.

"Kalau begitu kau rapikan semuanya. Masukan kedalam tas eomma. Eomma mau mandi karena tidak banyak waktu lagi yang tersisa." Kata eomma dan aku pun mengangguk.

"Ne eomma." Aku hampir mirip seperti asistennya saja dan setelah ini aku tidak ada pekerjaan lain selain berjalan disekitar sini. Menikmati beberapa pemandangan yang tak pernah ku temukan di Seol.

Melihat beberapa anak kecil berlarian terterpa angin musim semi sunguh sangat menyenangkan dan saat melihat beberapa pasangan bercengkraman dengan mesra membuatku iri dan penuh tanya.

Apa mungkin, aku dulu seperti itu dengan Daniel? Ah, kenapa aku mengingatnya lagi dan setelah fikiranku kembali kepadanya, rasa senangku hilang, berganti dengan kebingungan.

Aku tidak mengerti, bagaimana perasaanku kepadanya? Aku merasa kesal, gelisah, khawatir dan ingin menemuinya. Meskipun aku sudah berusaha membuang jauh semuanya dengan terus mengingat ucapan kasarnya kepadaku.

Tapi, aku jatuh pada rasa ketidak berdayaan dan saat seperti inilah aku menyadari jika semuanya sama.

Seberapa jauh aku pergi, hatiku akan tetap akan disana dan terampas olehnya. Aku ingin kembali tapi aku takut, takut jika aku tak bisa menerima kenyataan bahwa ia telah membuangku.

Aku sudah memikirkan begitu keras beberapa hari ini. Jika, mungkin dulu Daniel menjadi kekasihku karena ia merasa kasihan kepadaku.

Setiap mengingat dan memikirkan hal semacam ini, air mataku akan jatuh dan aku tak bisa untuk menghentikannya begitu saja. Hatiku terasa sakit tanpa aku pahami dengan pasti.

Sinb pov end

Sinb masih duduk disebuah bangku taman, ditemani angin sepoi dan pepohonan yang melambai karenanya. Menangis dalam diam, dalam kesendirian dan segala kefrustasiannya.

Terlalu banyak memori menghilang dan terlalu banyak perasaan yang ia rasakan tanpa tau maksud di dalamnya. Menghabiskan waktu sendiri dalam kebingungan yang mendalam.

Hanya menunggu waktu sampai ia tumbang kembali. Nyatanya suasana baru tak cukup mampu membuatnya kembali menjadi Hwang Sinb yang selalu ceria seperti dulu.

Butuh banyak waktu dan memalui banyak penderitaan untuk menjadikannya pribadi yang lebih tegar karena hakekatnya manusia hidup dengan mengalami rasa sakit untuk memperoleh kedewasaan itu sendiri.

---***---

Daniel pov

Aku telah sampai di pulau Jeju dan kini berada dalam sebuah mobil penjemput yang telah di pesan oleh Sowon noona.

Aneh, aku merasa gugup dan tegang dalam bersamaan. Tidak biasanya aku seperti ini tapi semenjak Sinb pergi dengan kenangan yang terhapus, aku merasa khawatir jika ia tidak akan  pernah mengingatku. Jadi mungkin ia tidak akan bisa kembali kepadaku lagi.

Namun, saat ini aku mulai memikirkannya dan menyadari satu hal. Tidak penting jika ia ingat atau tidak denganku, tapi yang terpenting adalah aku harus membuatnya mengingatku dengan terus berada disisinya, melindunginya, menjadi sandarannya saat ia rapuh dan selalu membuatnya tersenyum.

Saat ini, aku akan melakukan semua hal yang bisa ku lakukan untuk membuatnya terus berada disisiku.

Hwang Sinb, bisakah aku memaafkan ku, menerima ku kembali?

Mobil pun berhenti, aku melihat sebuah penginapan dengan gaya tradisional dihadapanku. Kegugupanku semakin bertambah.

"Jam berapa saya harus menjemput Tuan muda?" Aku menoleh pada sopir yang semenjak tadi mengendarai mobil sedan ini.

"Nanti aku akan menghubungimu Ajussi." Jawabku dan ia pun mengangguk.

"Baiklah tuan muda. Silahkan keluar dan selamat menikmati liburanmu." Ucapnya, membuka pintu dan membungkuk kepadaku.

Aku pun keluar, membungkuk kepadanya dan berjalan, berhenti sesaat untuk menghirup udara Jeju.

Entah terakhir berapa tahun yang lalu aku kemari? Itu pun karena desakan dari Seulgi dan Sowon noona. Aku tidak suka pergi keluar kota atau luar negeri karena aku bukan seorang yang suka berpergian. Lebih suka dengan membaca webtoon atau bermain game dirumah saat hari libur, bahkan jika itu membolos.

"Daniel!" Suara itu? Bukankah suara Sinb?

Aku menoleh dan menemukan Sinb berjalan kearahku. Ia terlihat kebingungan, sementara diriku terlihat gugup karena aku tidak menyangka secepat ini bertemu dengannya.

Coba kalian beri tahu aku? Apa yang harus ku lakukan sekarang?

Daniel pov end

Daniel dan Sinb saling berpandangan. Sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Sinb dengan wajah heran dan terkejutnya sementara Daniel dengan kegugupannya.

"A-aku ingin menemuimu." Kata Daniel yang terlihat sekali berusaha membuka suaranya.

Dahi Sinb mengkirut, masih memandang tak percaya sosok Daniel dan suasana menjadi canggung seketika. Dulu, mungkin mereka tak akan seperti ini tapi sekarang seolah mereka memiliki pembatas tak kasat mata.

"Wae? Kenapa kau ingin menemuiku?" Tanya Sinb yang terlihat mulai menguasai dirinya.

Daniel terdiam, percayalah ia sekarang terlihat seperti pria bodoh. Merutuki dirinya sendiri mungkin, karena tiba-tiba saja bertingkah seperti pecundang seperti ini. Keinginan membaranya yang beberapa lalu, ia kumandangkan seolah menguap terkubur bersama kepercayaan dirinya yang menghilang.

Daniel menghela nafas, mencoba mengatur emosinya kembali dan mulai mengumpulkan keberaniannya kembali. "Mianhae." Kata itulah yang terucap dari mulutnya.

Sinb terdiam tapi dengan mata lebarnya. Ia bingung harus bereaksi apa kepada pria satu ini. Sangat tidak mudah ditebak, terkadang ia menyebalkan dengan perilaku kasarnya dan terkadang ia berubah menjadi pria emosional dengan menunjukkan rasa bersalahnya. Seperti saat ini, ia tiba-tiba datang seperti hantu yang muncul di siang bolong.

Sinb juga tidak tau harus bereaksi apa dengan semua hal yang terjadi secara tiba-tiba ini.

Hening tercipta dalam beberapa menit sampai desahan Daniel terdengar cukup jelas.

"Aku tau, aku sudah kasar kepadamu. Aku memang brengsek tapi nyatanya aku tak pernah bisa untuk melepaskanmu." Akui Daniel dan bukannya memang seperti ini seharusnya seorang pria kan? Penuh dengan tekat.

Sinb diam dan terlihat bingung harus mengatakan apa? Akhinya ia hanya bisa menghela nafas yang seketika membuat Daniel bisa menyimpulkan jika Sinb belum bisa memaafkannya.

"Jadi kau belum bisa memaafkanku? Baiklah, aku akan tetap disini sampai kau memaafkanku." Pernyataan Daniel kali ini jelas membuat Sinb semakin terkejut saja.

"Disini dingin, sebaiknya kita masuk dan berbicara di dalam." Kata Sinb tak terduga yang seketika membuat Daniel tersenyum, mengikuti langkah Sinb yang berjalan terlebih dahulu.

Kini mereka berada di rumah Hanok yang telah Sinb tinggali selama beberapa hari. Seseorang menyiapkan teh hangat untuk keduanya yang masih duduk berhadapan dalam kecanggungan.

"Kau datang kemari dengan siapa?" Tanya Sinb yang sepertinya juga mencoba untuk mencairian suasana yang kaku ini.

"Sendirian." Balas Daniel sembari menyeruput teh dalam cangkir yang telah di sajikan.

"Hanya ingin menemuiku?" Tanya Sinb lagi dan Daniel kini mengangguk. Sepertinya ketenangannya mulai kembali.

"Ya, hanya untukmu. Hanya untuk bisa meminta maaf kepadamu." Kata Daniel kemudian.

Sinb masih terdiam, sepertinya gadis ini terus berfikir. Sampai gerakan tak terduga muncul dari Daniel. Saat tiba-tiba ia mengeser meja kecil yang menghalangi dirinya dan Sinb.

Meraih tangan Sinb dan menggenggamnya erat. "Sinb, kembalilah padaku. Aku berjanji tidak akan melukaimu lagi, tidak akan memintamu untuk mengingatku lagi. Kita mulai semuanya dari awal. Maukah kau melakukannya denganku?" Mohon Daniel yang lagi-lagi membuat Sinb tercengang.

Berulang kali keheningan tercipta. Daniel menunggu jawaban dari Sinb dan Sinb masih terlihat shock, tak menduga akan terjadi hal semacam ini.

"Sinb..." Panggil Daniel dan terlihat mata Sinb mulai berkaca-kaca.

"Wae? Apa aku menyakitimu lagi?" Tanya Daniel yang kini kedua tangannya meraih wajah Sinb.

"Aku tidak tau?" Guman Sinb yang kali ini mulai menangis. Ia masih kesal dengan perbuatan Daniel tapi disisi lain, ia tidak bisa mengabaikan pria dihadapannya ini.

"Kenapa kau terus memaksaku?" Lirih Sinb yang bahkan kini mulai terisak.

Daniel yang merasa bingung, memilih untuk mendekapnya. Mencium beberapa kali pucuk kepala Sinb dan membelainya lembut.

"Maafkan aku, semua itu terjadi karena aku takut. Takut kau melupakanku dan tak pernah kembali lagi. Aku bisa saja melalui banyak kehidupan yang keras tapi melepaskanmu, seperti sebuah pukulan telak. Aku tidak bisa hidup tanpamu Hwang Sinb, mengertilah." Ucap Daniel dengan segala bentuk ke fruatasiannya karena seorang gadis seperti Sinb.

Sinb mendongak, melihat dalam mata coklat yang mengisyaratkan ketersiksaannya itu. Seketika Sinb merasa bersalah, ia tidak menyangka jika Daniel terluka karena dirinya.

"Mianhae..." Ucap Sinb serak, bercampur dengan tangisannya.

"Ne, aku akan selalu menerimamu karena aku memang tak bisa melepaskanmu." Ucap Daniel yang kini wajahnya semakin mendekat hingga hidung mereka bersentuhan.

Sampai pada bibir mereka yang saling menempel, berlahan Daniel mulai melumat bibir mungil itu. Mencoba merasakannya, membaur dengan perasaan dan gejolak yang memuncak.

Sinb hanya mampu memejamkan matanya dan merasakan kelembutan lumatan bibir Daniel, terhanyut bersama dengan perasaan yang bercampur menjadi satu.

Romansa ini berlangsung cukup lama, sampai mereka merasa kehabisan pasokan oksigen. Daniel dan Sinb pun melepaskannya. Saling memandang sambil melempar senyum.

"Aku merindukanmu!" Ucap Daniel yang kini menarik Sinb dalam pelukannya.

Sinb hanya tersenyum menanggapinya. Menempelkan kepalanya pada bahu Daniel dan tangannya melingkar di perut Daniel. Nyaman, seperti itulah kiranya yang dapat Sinb rasakan saat ini.

Cukup lama Daniel dan Sinb berpelukan, bahkan Sinb sudah memejamkan matanya membuat Daniel heran.

"Sinb...Apa kau tertidur?" Tanya Daniel lembut dengan membelai rambut Sinb. Gadis ini menggeliat dan berguman.

"Biarkan seperti ini. Aku tidak bisa tidur beberapa hari karena memikirkanmu." Akuinya yang jelas membuat Daniel terkejut.

"Benarkah? Wae?" Ini tentu sebuah kejutan bagi Daniel, mengingat Sinb tak mengingat apapun tentangnya.

"Karena aku kesal kepadamu. Kau mengabaikanku, bahkan kau pergi bersama Kyul Kyung." Keluh Sinb yang jelas membuat Daniel tertawa geli.

"Itu juga karena kau tak mengingatku dan aku selalu melihatmu bersama Ong." Akui Daniel dan kini Sinb melepaskan pelukannya dan mendongak menatap Daniel.

"Coba kau fikirkan, aku tidak mengingatmu tapi aku mengingat teman-temanku yang dulu dan itu sangat wajar tapi kenyataannya rasa suka ku kepadamu tidak bisa hilang. Aku membenci setiap yeoja yang berusaha mendekatimu, menyeka keringatmu, memberimu minuman dingin bahkan memanggilmu penuh manja. Rasanya aku ingin menendang mereka, agar jauh darimu tapi..." Sinb tiba-tiba saja terdiam dan Daniel masih tertawa geli mendengarnya sampai ia melihat wajah Sinb berubah.

"Tapi apa? Kenapa kau tak melanjutkannya?" Tanya Daniel, menatap Sinb heran.

"Tapi aku tau, kalau aku bukan siapa-siapa. Kau namja populer dan aku? Aku hanya yeoja biasa yang tiba-tiba beruntung pernah menjadi kekasihmu." Lirih Sinb yang kali ini membuat Daniel mendesah.

Tangan Daniel tiba-tiba meraih wajah Sinb, menempelkan kedua tangannya disana. "Itu bukan sebuah keberuntungan untukmu, tapi itu adalah keberuntungan untukku. Sangat menyenangkan memiliki seseorang spesial sepertimu. Jadi aku berharap mulai sekarang, berhentilah merendahkan dirimu. Kau adalah seseorang yang begitu berharga dalam hidupku, gadis mana pun tak akan mampu menggantikanmu." Kata Daniel yang kini mencium kening Sinb cukup lama.

"Ehem...Apakah aku menganggu kalian?" Suara itu, seketika membuat keduanya melepaskan diri.

"Eomma..." Panggil Sinb dengan wajah semerah tomat.

Jessica berjalan mendekat dan duduk diantara keduanya. Memandang bergantian dua remaja yang ketangkap basah bermesraan ini.

"Jadi kau stress karena dia?" Tanya Jessica, menuding ke Daniel.

Sinb menggeleng cepat tapi terlihat sekali jika gadis remaja ini berbohong.

"Kau tidak pernah bisa berbohong kepada eomma." Kata Jessica sambil menggeleng.

Sinb seketika menyenggol-nyenggol Daniel. Menginginkan pria ini untuk segera bertindak.

"Ehem...Bibi, aku minta maaf. Semua ini salahku, aku kesal kepadanya karena ia melupakanku dan lebih memilih pergi bersama Ong." Akui Deniel dengan jujur yang seketika membuat Jessica terpingkal.

"Astaga! Kau stress hanya karena masalah sesimpel ini? Eomma selalu mendidikmu untuk terus kuat, bahkan Appamu pelatih sepak bola yang begitu kuat dan juga Oppamu." Kata Jessica yang terus saja menggodai Sinb.

"Eomma! Berhentilah membual." Protes Sinb yang seketika membuat Jessica terbahak.

"Baiklah...baiklah, besok kau kembali ke Seoul bersama Daniel. Eomma yakin, kau pasti sudah rindu dengan rumah kan?" Tanya Jessica membuat Sinb tersenyum malu-malu.

"Jadi besok Sinb bisa pulang dengan ku bibi?" Daniel bertanya pada Jessica dan wanita paruh bayah itu pun mengangguk.

"Ya, saat ini kau bisa menemaninya juga. Aku masih ada meeting dan aku kembali hanya untuk mengambil beberapa hard copy yang ketinggalan. Jadi bersenang-senanglah tapi sewajahnya." Kata Jessica yang kini bangkit, masuk kedalam terlihat mengambil beberapa data.

Sinb dan Daniel saling melirik kemudian tertawa.

"Ingat sewajatnya." Jessica sudah kembali dan memperingatkan keduanya lagi.

"Ne..." Kata mereka bersamaan.

"Eomma pergi." Pamit Jessica dan setelah ia pergi barulah Daniel dan Sinb tertawa.

"Eommamu ternyata cukup cool." Puji Daniel

"Ya, terkadang beberapa orang tak percaya jika aku ini adalah puterinya. Beberapa orang mengira kami seperti saudara. Betapa menjengkelkannya itu kan?" Keluh Sinb dan Daniel tertawa mendengarkannya.

"Kenapa kau tertawa? Kau mengakuinya kan? Jika eomma terlihat lebih muda dan cantik, bahkan aku kalah cantik." Cibir Sinb dan lagi-lagi Daniel hanya menanggapinya dengan tawa.

"Aish...Kau ini menyebalkan sekali sama seperti Minhyun oppa!" Pekik Sinb yang kesal melihat Daniel terus menertawainya. Bahkan gadis ini pun mulai mencubiti Daniel.

"Eh, appo! Dari pada kau sibuk mencubitiku, lebih baik cium aku saja." Protes Daniel.

"Shireo! Kau menyebalkan dan kau pantas untuk mendapatkan ini!" Pekik Sinb yang semakin gencar memberikan cubitan-cubitan kecil pada lengan Daniel.

"Ayolah maafkan aku. Ini sakit sekali, aku serius!" Keluh Daniel yang tak di gubris oleh Sinb, malahan gadis ini semakin gencar saja mencubitinya.

-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top